end

11.7K 826 103
                                    

Aku menggaruk tengkukku, tidak mengerti dengan ekspresi kesal Lee Hangyul yang kini sedang duduk berhadapan denganku.

Berbicara soal kejadian tadi siang, sebenarnya Lee Hangyul tidak bisa menjemputku, membuatku harus kembali menggunakan bus dan memutuskan untuk menunggu Riven hingga preschoolnya usai.

Riven sedang memainkan rambut Hangyul, dan anak itu kebetulan sedang duduk diatas pangkuan lelaki itu.

"Dasar" lelaki itu mendengus.

"Kau selalu datang kepadaku ketika Kim Yohan meninggalkanmu" lanjutnya seraya memutar kedua bola matanya.

Lee Hangyul benar-benar kesal denganku? Demi Tuhan aku tidak memiliki maksud untuk menjadikan lelaki itu sebagai pelampiasanku atau apapun yang kalian sebut. Aku tidak tahu harus membicarakan ini dengan siapa jika itu bukan dengan Lee Hangyul.

"Kenapa kau berpikir seperti itu?" aku menghembuskan nafasku.

"Jangan berpikir seperti itu, Lee Hangyul!"

"Aku tidak tahu harus membicarakan hal ini jika bukan denganmu!" lanjutku lantas memalingkan wajahku darinya, tidak tahu harus menjelaskan apa lagi agar lelaki itu tidak salah paham dengan semua ini.

Lelaki itu kemudian mendengus "Don't take it too personal, sweetheart. I just playing around" Hangyul mengulurkan sebelah tangannya, mendorong pelan dahiku menggunakan jari telunjuk.

Kini giliranku yang memutar kedua mataku, menatapnya malas ketika lelaki itu kini tertawa keras.

"Ada apa lagi?" tanya lelaki itu.

Aku menggeleng pelan "(y/n)" menyebut nama itu membuat hatiku kembali menjerit.

Aku berlebihan? Maafkan aku.

"Jangan asal menuduh seperti itu"

"Kau bahkan belum mendengar penjelasan pria itu" Hangyul menurunkan Riven dari pangkuannya, membiarkan anak itu berlari kearah pintu karena seseorang tengah mengetuk pintu apartemenku.

Tunggu. Kenapa Lee Hangyul beralih membela Kim Yohan sekarang?

"Kau tidak tahu berapa lama tadi aku menunggunya?"

"Tidak ada yang pernah tahu apa yang pria itu lakukan sebelum ke butik" lanjutku seraya melipat kedua tanganku di dada.

"Dengar0"

"Kamu bukan anak kecil lagi" lelaki itu tersenyum, memberikan elusan lembut pada pucuk kepalaku.

Sekali lagi Lee Hangyul mengulurkan tangannya, kali ini untuk mengetuk dahiku menggunakan jari telunjuknya "Berpikir layaknya orang dewasa bisa, bukan?"

"Ayah Han!" aku menoleh, mendapati Riven yang berhasil membukakan pintu untuk Kim Yohan, orang yang sedari tadi mengetuk pintu apartemenku.

Aku kembali menatap Lee Hangyul yang kini tersenyum miring kepadaku, membuatku menebak bahwa lelaki itulah yang menyuruh Kim Yohan untuk datang.

"Selesaikan masalah kalian"

"Aku harus pergi" Hangyul mengacak rambutku sebelum lelaki itu bangkit dari duduknya.

Riven berlari kearah Lee Hangyul dan memeluk kaki lelaki itu, membuat Hangyul mengecup pucuk kepala anak itu berkali-kali.

"Bye bye ayah Gyul!" Hangyul menatapku dengan tatapan seakan menyuruhku untuk berbicara baik-baik dengan Kim Yohan, hingga pada akhirnya lelaki itu berhasil keluar dan menutup pintu apartemenku.

Kim Yohan masih berdiri di dekat pintu, kali ini beralih membawa Riven ke dalam gendongannya.

Aku bahkan baru menyadari sebuah cengiran menemani wajah lelaki itu sedari tadi.

between | kim yohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang