"Kenapa aku mulai berpikir hubungan ini mulai terasa hambar?"
"Iya aku bosan"
"Maaf"
Kim Yohan baru saja meneleponku begitu aku selesai membersihkan diriku, berisap-siap untuk tidur. Aku berpikir ia akan menceritakan betapa antusiasnya lelaki itu dengan kemenangannya pada pertandingan taekwondo yang lelaki itu ikuti. Aku bahkan berharap panggilan telepon itu akan menjadi pengantar tidurku, setidaknya membuatku lebih tenang karena mendengar suaranya.
Ternyata tidak sama sekali.
Bagaikan sebuah pisau yang datang menyayat tubuhku berkali-kali.
Bingung, marah, frustasi di saat yang bersamaan.
Sekarang Kim Yohan mengakui bahwa ia bosan denganku. Mau ku apakan bayi ini? Aku bahkan belum sempat menceritakan hal ini kepadanya, dan sekarang ia mengakui bahwa ia bosan denganku?
Aku menundukkan kepalaku seraya memainkan ujung bajuku, sementara Kim Yohan berkali-kali menghembuskan nafasnya kasar.
Iya. Setelah perbincangan di telepon itu, Yohan memutuskan untuk segera ke apartemenku, ingin membicarakan hal ini baik-baik.
"(y/n)?"
"Bagaimana?" tanyanya. Kalian dengar itu? Lelaki itu bahkan tidak memanggilku dengan panggilan kesayangannya lagi.
Lebih parahnya, Kim Yohan bahkan dengan tidak sabarnya menunggu keputusan dariku. Aku yakin lelaki itu sangat ingin mengakhirinya hubungan kami, secepat mungkin.
Aku menggeleng "Kenapa? Aku buat salah?"
"Bukan salahmu"
"Semua ini salahku" Yohan berusaha untuk menyentuh punggung tanganku. Aku menepis itu tentu saja.
"(y/n) kan?" timpalku, menatap kedua matanya yang terlihat begitu bersalah.
Kim Yohan kembali mengela nafasnya "Iya"
Mendengar itu membuatku merasakan sesak yang mengikat dadaku, seakan kekurangan oksigen. Bersamaan dengan itu, bagaikan sebuah sayatan pisau sekali lagi menyayat hatiku.
Seharusnya aku tahu itu.
"Aku tahu gadis itu masih bersama kekasihnya, namun kurasa aku akan menunggunya"
Apa-apaan itu.
Aku benci melihat senyuman itu. Senyuman antusias yang kini Kim Yohan pamerkan kepadaku. Senyuman seorang lelaki yang baru saja menemukan cinta sejatinya.
Aku terdiam, kembali menundukkan kepalaku.
"Kau ingin mengakhiri hubungan ini?" tanyaku pada akhirnya.
"Keputusan ada di kamu" timpalnya.
"Aku tidak menyangka ini akan terjadi" lanjutnya.
Aku juga.
"Akuberusaha melawan perasaan ini berkali-kali, dan pada akhirnya aku tidak bisa melakukan itu. Jika kau ingin melanjutkan hubungan ini, aku tidak masalah. Tapi kau harus membantuku" sekali lagi lelaki itu berusaha untuk menyentuh punggung tanganku.
Kenapa sekarang Kim Yohan terdengar seperti seorang yang brengsek?
Bagaimana bisa aku menjalani hubungan seperti itu? Ketika hatinya hanya untuk orang lain? Yang benar saja.
"Membantu apa? Membantu untuk melupakan perasaanmu kepada (y/n)?"
Karena itu tidak akan berhasil. Kenapa? Maksudku lihat dia. Gadis itu bahkan punya segalanya. Semua orang menyukainya. Semua orang tahu tentang dirinya. Tidak seperti gadis penyendiri yang satu ini. Jika aku seorang lelaki mungkin aku akan menyukai gadis itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
between | kim yohan
FanfictionKarena hamil diluar nikah selalu membawamu ke dalam sebuah bencana ©2019 by deeongg