Gadis itu berdiri di depan sebuah box bayi berwarna merah muda, menatap sedih box itu. Hatinya kembali menjerit, belum bisa menerima kepergian malaikat kecilnya sekalipun waktu sudah berlalu selama ini.
"Bunda" seorang anak berumur 4 tahum berlari kecil kearah ibunya, memeluk kaki gadis itu seraya menarik-narik baju yang gadis itu kenakan, meminta untuk di gendong oleh ibunya.
(y/n) tersenyum kecil melihat putranya yang datang dengan wajah mengantuknya, membawa anak itu ke dalam gendongannya dan memberikan sebuah kecupan selamat pagi pada pipi anak itu.
"Tadi malam Riven mimpi indah bunda" anak itu kemudian berbisik pelan ke telinga (y/n), membuat gadis itu kembali tersenyum, penasaran dengan kelanjutan cerita jagoan kecilnya.
"Riven bertemu dengan Rae" sebuah perkataan yang mampu membuat perasaan (y/n) menghangat sekaligus memberikan sebuah luka pada saat yang bersamaan.
"Rae sangat merindukan bunda" sekali lagi gadis itu memberikan sebuah kecupan pada pipi Riven, membuat anak itu terkekeh geli.
"Rae sangat cantik, bukan begitu sweetheart?"
"Sangat cantik bunda! Mirip bunda" kini giliran Riven yang memberikan sebuah kecupan pada kedua pipi ibunya secara bergantian. Begitu menggemaskan.
Sebuah ketukan pintu membuat Riven bersorak kegirangan, seakan mengetahui siapa sosok di balik pintu itu.
Anak itu meminta untuk di turunkan dari gendongan ibunya, membuatnya berlari kecil untuk membuka pintu itu.
"Uncle Yohan!" Riven melompat kegirangan, meminta untuk di gendong oleh lelaki yang setiap pagi bahkan tidak pernah absen mengunjungi rumahnya.
Iya. Ini sudah 5 tahun semenjak kejadian itu. Sebuah kejadian yang benar-benar mengubah kehidupan (y/n) 180 derajat. 2 tahun yang lalu gadis itu memutuskan untuk kembali ke ibukota, kembali bersama dengan impiannya membangun sebuah cafe kecil sekalipun gadis itu tidak sempat berkuliah lagi.
Dikala teman-temannya yang lain sudah bersorak gembira dengan gelar yang mereka peroleh, gadis itu masih disini, menjadi seorang ibu sekaligus sebagai pemilik cafe kecil yang hanya bermodalkan sebuah ijazah sekolah menengah atas.
(y/n) tidak pernah keberatan dengan semua itu, karena menurutnya dia sudah cukup sukses di umurnya yang bahkan masih tergolong muda ini.
Gadis itu sangat bersyukur.
"Halo jagoan" ujar Kim Yohan seraya menggesekkan hidungnya dengan hidung Riven.
"Aku sudah katakan sebelumnya, tidak perlu datang" gadis itu kemudian berjalan menghampiri mereka seraya melipat kedua tangannya, menatap tidak suka kearah Kim Yohan yang tengah tersenyum kikuk.
"Aku boleh mengantar Riven hari ini?" tanya lelaki itu, terkekeh geli ketika Riven memeluk lehernya erat.
"Tidak perlu"
"Hangyul akan mengantarnya hari ini"
"Riven bosen sama ayah bunda" timpal Riven seraya mengerucutkan bibirnya lucu.
"Hari ini Riven bersama uncle Yohan, boleh?" anak itu merengek, memelas seraya memamerkan tatapan memohonnya kepada ibunya.
Miris. Sampai saat ini (y/n) benar-benar belum bisa menerima kehadiran Kim Yohan. Sekalipun yang berperan banyak dalam masa pertumbuhan Riven adalah Lee Hangyul, namun setidaknya Kim Yohan juga pantas menerima panggilan itu. Ayah.
Sementara itu pikiran dan hati (y/n) kembali berdebat. Lihat. Bahkan Riven sendiri bisa mengenali siapa ayah kandungnya. Terbukti dari betapa antusiasnya anak itu ketika Kim Yohan datang mengunjungi rumah mereka, bagaimana kedekatan mereka berdua selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
between | kim yohan
FanfictionKarena hamil diluar nikah selalu membawamu ke dalam sebuah bencana ©2019 by deeongg