Kim Yohan membawaku ke sebuah convenience store yang tidak jauh dari tempat latihannya. Lelaki itu membiarkanku untuk membeli apapun yang aku inginkan.
Aku mengambil sebungkus ramen, sosis, beberapa bungkus gummy dan sekaleng soda.
Yohan melakukan hal yang sama denganku, memutuskan untuk mengambil sebungkus ramen juga.
Lelaki itu membayar semua yang kami ambil, membuatku tersenyum senang. Aku mendengar lelaki itu mendengus, melirikku dengan decakan kecil seraya menggelengkan kepalanya.
"Tidak heran tubuhmu terlihat bulat seperti bola, piglet" timpalnya begitu menyadari betapa banyaknya makanan yang ku ambil.
Aku memilih untuk tidak mempedulikan perkataannya lantas beranjak pergi untuk memasak ramenku.
Aku mengambil sebuah mangkuk yang sudah disediakan oleh pemilik convenience store ini, dan meletakkan ramenku di dalamnya lantas menuangkan air panas dan membiarkan ramenku mendidih diatas kompor kecil.
Yohan menghampiriku, masih dengan sebuah decakan kecil yang menemaninya. Mungkin lelaki itu bingung melihatku yang begitu antusias jika berhubungan dengan makanan.
Lelaki itu kemudian mengambil telur yang sudah dibelinya, memecahkan telur itu dan menuangkannya keatas ramenku. Selanjutnya ia mengambil sebungkus keju dan meletakkannya diatas ramenku juga.
Melihat tindakannya membuatku meliriknya bingung "Trust me, it taste better" timpalnya. Di detik berikutnya lelaki itu melakukan hal yang sama dengan ramennya.
Kenapa Kim Yohan tiba-tiba mengurusku seperti ini?
"Aku tidak tahu kau sangat ahli dengan hal seperti ini. Kau bahkan lebih ahli memasak ramen. Kau suka makan juga, bukan?" ucapku.
Lelaki itu mendengus "Indeed, tapi berbeda denganmu"
"Aku ideal, sementara kau overweight" lanjutnya, berhasil membuatku mencubit lengannya.
Selalu seperti itu. Suka berbicara seenaknya.
Begitu ramenku dan ramen Yohan sudah matang, lelaki itu langsung mengambilnya, membawa ramenku dan juga ramennya dengan kedua tangannya, menuntunku agar mengikutinya ke meja yang ada diluar convenience store ini.
"Terima kasih" ucapku begitu aku duduk berhadapan dengan lelaki itu.
Yohan tersenyum tipis sebagai balasan, membuatku langsung mencicipi ramenku. Yang benar saja, ramen buatan Yohan benar-benar enak. Itu membuatku mengacungkan jempolku kearah lelaki itu, sementara mulutku masih sibuk mengunyah ramenku.
Yohan menggelengkan kepalanya seraya tersenyum geli "My pleasure, piglet"
Aku memutar bola mataku. Kurasa itu akan menjadi panggilan terbaru Kim Yohan untukku.
Aku kemudian melihat Yohan bahkan sudah selesai memakan ramennya.
Lelaki itu kemudian merongoh saku celananya dan mengeluarkan handphonenya dari dalam. Yohan mengarahkan handphonenya kearahku yang sedang menikmati ramenku, dan lelaki itu berhasil mengabadikan fotoku.
Sebuah senyuman senantiasa menghiasi wajahnya, merasa puas dengan hasil fotonya. Aku menebak wajahku benar-benar menggelikan disana. Menjadi alasan kenapa Kim Yohan tersenyum geli saat ini.
Masih tersenyum, lelaki itu kemudian memangku dagunya dengan sebelah tangannya, memperhatikanku yang sedang makan. Aku tidak tahu apa arti senyuman itu. Sebuah senyuman mengejak mungkin? Mengingat bagaimana lahapnya dan betapa banyaknya yang ku makan.
Maaf. Tapi aku tidak mempedulikan itu.
Yohan kemudian mengulurkan tangannya, mengambil ikat rambut yang selalu melekat pada pergelangan tangan kiriku. Lelaki itu kemudian mencodongkan tubuhnya, memudahkannya untuk mengikat rambutku dengan asal.
Aku meneguk ludahku.
Kim Yohan kemudian menyelipkan sisa helaian rambutku yang tidak ikut terikat ke belakang telingaku.
"Nanti rambutmu ikut termakan" timpalnya lantas kembali duduk seperti semula, masih memperhatikanku seraya melipat kedua tangannya di dada.
Aku kembali meneguk ludahku. Apa yang membuat Kim Yohan bertindak seperti ini?
Lelaki itu kembali tersenyum, membuatku lagi-lagi meneguk ludahku. Ini buruk. Kenapa aku tiba-tiba berpikir bahwa Kim Yohan memiliki senyuman yang begitu manis?
"Kenapa?"
"Kau baru menyadari ketampananku?"
Aku hampir tersedak oleh makananku. Kurasa Yohan menyadari bahwa aku termengu menatap dirinya. Bodoh.
"Seketika aku kehilangan nafsu makanku" aku mendorong pelan mangkuk ramenku, bertindak seolah perkataan Yohan benar-benar merusak selera makanku.
"Itu kan sudah habis" lelaki itu melirik mangkuk ramenku yang sudah kosong, tersenyum mengejek kepadaku.
Kim Yohan kemudian bangkit dari duduknya "Ayo pulang" timpalnya seraya berjalan mendahuluiku, menghampiri tempat dimana ia memarkirkan motornya.
Aku meraih bungkus gummyku dan menyimpannya dalam tas, juga meraih sosis yang ku ambil tadi lantas membuka bungkusannya dan melahapnya kemudian.
Yohan menaikkan sebelah alisnya begitu aku menghampirinya dengan sebungkus sosis yang ada di tanganku "Makan lagi?" dan lelaki itu menyodorkan helmnya kepadaku.
Aku tidak menanggapi perkataan lelaki itu lantas menyodorkan sosisku kearahnya, dengan maksud agar dia memegangnya sebentar, sementara aku memasang helmku.
Tidak hanya memegangnya, lelaki itu bahkan melahap habis sisa sosisku. Tidak lagi. Sosis berhargaku.
Aku mencubit perutnya "Hei! Kenapa kau memakannya!"
Yohan tertawa "Aku membayarnya menggunakan uangku" timpalnya.
Aku mendengus. Apa-apaan itu.
"Naiklah, piglet" lanjutnya seraya menyalakan mesin motornya, membuatku segera naik dan duduk di jok belakang.
Dan Kim Yohan melajukan motornya, mengantarku kembali ke apartemenku.
Aku langsung turun dari motor lelaki itu begitu kami tiba di depan apartemenku.
"Aku tidak harus ikut latihan taekwondo bersamamu besok, bukan?" tanyaku.
"Ikut kalau mau"
Aku memutar kedua bola mataku lantas membentuk huruf X dengan kedua tanganku.
"Tidak, terima kasih"
Lelaki itu tersenyum tipis. Kedua tangannya kemudian terulur untuk melepas helm yang masih melekat pada kepalaku.
Yohan menyimpan helm itu. Di detik berikutnya ia kembali mengulurkan kedua tangannya, kali ini untuk memperbaiki tataan rambutku yang sedikit berantakan.
Entah sudah berapa kali aku meneguk ludahku. Dan untuk yang kedua kalinya aku kembali tertegun karena lelaki yang satu ini.
"You're blushing" Yohan menepuk pucuk kepalaku lantas terkekeh pelan.
Aku berdeham lantas memalingkan wajahku. Itu benar. Wajahku benar-benar memanas saat ini.
"Terima kasih untuk hari ini" dan aku segera beranjak meningalkan Yohan yang aku yakin masih tersenyum geli melihat kesalah tingkahanku.
Aku menggelengkan kepalaku pelan seraya menyentuh dada bagian kiriku. Kurasa sesuatu yang aneh terjadi padaku hari ini.
Sial.
Jantungku mulai menggila.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
between | kim yohan
Fiksi PenggemarKarena hamil diluar nikah selalu membawamu ke dalam sebuah bencana ©2019 by deeongg