3. Pekerjaan pertama

1.2K 82 8
                                    

Pagi-pagi sekali Vela sudah berada di kelasnya. Ia sengaja datang lebih awal untuk membersihkan kelas, karena hari ini ia ada jadwal piket.

Suasana masih sepi, hanya ada tiga orang saja yang berada dikelas ini, hal itu membuat Vela bebas membersihkan kelas tanpa terganggu oleh teman temannya yang mondar mandir keluar masuk.

Setelah lima menit, akhirnya Vela selesai membersihkan kelas. Murid-murid pun perlahan mulai muncul berdatangan. Vela duduk sebentar setelah menaruh sapunya di tempat semula.

"DOR!" teriak Naya sembari menepuk punggung Vela, berniat untuk mengagetkannya, namun Vela sama sekali tidak kaget.

"Masuk-masuk bukannya salam, malah nganggetin orang" sahut Vela kepada Naya yang sekarang sudah duduk ditempatnya.

"Lagian lo duduk sendirian sambil bengong lagi, awas lo kesambet"

"Gue capek abis piket"

"Oh iya gue kan juga piket hari ini.. Males ah ga usah piket"  setelah mengatakan itu, Naya mendapatkan jitakan dari Vela.

"Piket lo! Kalo nggak gue aduin ke bu Ani baru tau rasa!" Naya mendengus pelan setelah diancam oleh Vela.

"Febby mana? Tumben ga bareng?" tanya Vela.

"Katanya dia dianter bokapnya"

"Oh.. Udah ah gue mau kekantin dulu, mau beli minum, auss" ucap Vela lalu beranjak dari tempat duduknya.

"Gue ikutt" rengek Naya.

"Gak. Lo piket!" ucap Vela kepada Naya yang lagi lagi mendengus pelan.

"Gue duluan yaa, bye" Vela pergi meninggalkan kelas untuk pergi kekantin.

Vela berjalan dikoridor dengan santai karena bel masuk masih lama berbunyi.

"Woy!" teriakan itu seolah terarah pada Vela, dan akhirnya ia menoleh kebelakang, lalu ia melihat sosok Revan disana.

Vela membeku ditempat dengan tatapan yang masih menuju kearah cowok itu. Ia takut kalau sudah berurusan dengan cowok yang berada jauh didepannya itu.

"Sini lo!" teriak Revan dari ujung koridor.

Vela mau tidak mau harus menghampirinya. Dengan langkah tergesa gesa, ia sudah berada di hadapan cowok bertubuh tinggi itu. Disana juga ada kedua temannya. Aldo dan Samudra.

"Nih bawain tas gue sama temen gue" perintah Revan enteng sambil mengarahkan tasnya dan tas kedua temannya kepada Vela.

"Hah?"

"Lo lupa? Lo kan sekarang babu gue" jelas Revan angkuh.

Vela mendengus pasrah dan mengambil tasnya dan tas kedua temannya dengan kasar. Revan dan temannya jalan lebih dulu di hadapannya, Vela pun mengekori dari belakang sambil menenteng ketiga tas pria itu. Menyebalkan.

Vela yang tadinya ingin pergi kekantin untuk membeli minum pun tidak jadi, karena bertemu dengan cowok kejam ini.

"Kasian tuh cewek, kecapean tuh kayaknya" bisik Samudra pada Revan sambil sesekali menengok ke belakang.

"Bodo, ga peduli" balas Revan acuh sambil terus berjalan menuju kelasnya.

Aldo yang ada disamping kanan Revan pun hanya geleng geleng kepala melihat Revan yang seenaknya menyuruh seorang cewek untuk jadi babunya.

Setelah sampai dikelas XII IPS 4 yang tak lain ialah kelas Revan, Vela ragu untuk memasuki kelas cowok tersebut karena malu. Apa kata orang kalau melihat dirinya dijadikan seperti babunya?

"Ngapain lo bengong disitu? Masuk!" ucap Revan dengan nada tinggi.

Vela terpaksa masuk ke kelas tersebut dengan kepala yang merunduk. Saat masuk, orang orang yang ada dikelas pun melihat kearahnya sesekali berbisik. Vela tidak memperdulikan bisikan dan tatapan itu, yang ia pikirkan sekarang ia lah cepat pergi dari sini dan terbebas dari Revan.

Revan sudah duduk duluan di bangkunya yang berada di pojok paling belakang. Vela menghampiri cowok itu dan langsung meletakan ketiga tas itu di atas meja Revan.

"Udah kan? Gue balik ya?" tanya Vela pelan, karena takut kalau Vela mengatakan itu Revan marah.

"Hm.. Tapi jangan seneng dulu, lo masih jadi babu gue. ini baru pekerjaan pertama lo, dan lo masih punya banyak pekerjaan yang harus lo kerjain dalam seminggu ini!"peringat Revan sambil menatap Vela yang masih berdiri di hadapannya.

Vela mengangguk kaku, lalu ia berjalan untuk pergi dari kelas setan ini, eh.

"Makasih ya Vel" ucapan tersebut berasal dari Samudra, cowok yang tak kalah ganteng itu memang sama seperti Revan, tapi ia sedikit perhatian kepada seorang cewek.

"Kalo jatoh bangun sendiri ya, kalo perlu panggil babang Aldo aja" kini giliran Aldo yang berucap dengan nada di manis maniskan, tak lupa dengan menaik turunkan alisnya.

Kalau Aldo agak stres, ia yang paling bego dan yang paling susah diajak serius oleh kedua temannya. Tapi orangnya humoris.

Vela hanya mengangguk canggung dan langsung pergi dari kelas untuk menuju ke kelasnya sendiri. Karena Revan, ia tidak jadi kekantin karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Revan sialan.

Vela bernapas lega karena sudah terhindar dari Revan walau hanya sementara.

[✔] My Only One Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang