Seseorang jongkok didepan Vela yang masih terisak. Memberikan setangkai bunga berwarna putih yang sepertinya bunga yang dipetik asal.
Vela mendongak, melihat kearah bunga putih itu tanpa mengambilnya, setelahnya ia melihat seseorang yang memberikan itu.
Mata Vela yang memerah langsung terbuka lebar ketika tau siapa orang itu.
"Lo pasti ngira gue pergi ninggalin lo kan?" tanya Revan yang tepat sasaran.
Lalu ia memeluk tubuh lepek Vela dengan erat. Tidak memberiarkan perempuan itu melepas pelukannya untuk yang kedua kali. "Maaf.. " ujar pria itu lirih.
Revan melepas pelukannya, lalu menatap mata Vela dengan tatapan teduh.
"Gue malu ama diri gue sendiri. Seharusnya gue yang bilang gitu ke lo, bukan sebaliknya. Gue ngerasa kaya cowok pengecut yang ngebiarin cewek yang gue suka nembak gue duluan" ucap cowok itu.
Vela masih diam, mencoba mencerna ucapan cowok didepannya ini.
"Gue suka lo Vel, udah lama. Tapi gue nunggu waktu yang pas buat nyatain cinta ke lo," Revan menjeda ucapannya, "tapi malah udah keduluan sama lo"
Demi apapun Vela lega dan senang mendengarnya. Jadi selama ini, Revan juga suka padanya?
"Tapi kenapa tadi lo pergi? Itu yang bikin gue takut" tanya Vela pelan.
"Tadinya gue pengen beli bunga buat lo, tapi gue tau ga akan ada toko bunga yang buka malem-malem gini. Jadi..." Revan menggaruk ujung alisnya gugup, "gue terpaksa metik bunga orang" katanya jujur.
Vela tersenyum geli mendengarnya, lucu sekali mendengar ucapan jujur Revan.
"Lo ga mau terima bunga yang gue dapetin susah payah? Lo tau ga perjuangan gue ngambil ini? Gue keciduk yang punya bunga, sampe diomelin" kata cowok itu mulai nyebelin.
Vela tertawa mendengarnya, "yaudah gue terima" Vela mengambil bunga yang sudah layu itu. Revan tersenyum senang melihatnya.
"Maaf udah buat lo takut, dan maaf buat yang kemarin" kata Revan sambil menundukan kepalanya.
"Lo ga perlu minta maaf, karena gue akan selalu maafin lo" jawab Vela tulus. Revan menatap pancaran mata tulus Vela. Walaupun dibasahi air hujan, namun wajah cantiknya masih terpancar jelas.
"Jadi.. kita pacaran?" tanya Revan pelan.
Vela mengangguk malu-malu sebagai jawaban. Jangan lupakan dengan senyum sipu dan pipi meronanya.
"Makasih pacar" ujar Revan.
Jangan tanyakan lagi keadaan Vela sekarang. Pipi gadis itu sudah benar-benar merona merah dengan jantung jedag-jedug.
Bahaya sekali untuk Vela ketika Revan memanggilnya 'pacar'. Karena itu berefek pada jantungnya yang sulit dikendalikan.
"Sekarang gue anter pulang, lo udah lama ujan-ujanan" Revan menarik tubuh Vela untuk bangun dari jalan, "gue ga mau pacar gue sakit" ucap Revan lagi.
Hujan rintik-rintik masih turun, namun kedua insan itu tidak berniat untuk berteduh. Mereka memilih berjalan berdua bersama hujan.
Hujan malam ini menjadi saksi cinta mereka berdua.
Kini status mereka sudah berubah. Tidak ada lagi Majikan dan babu atau mantan babu. Sekarang sudah jelas, status mereka pasangan kekasih.
–
Menghirup udara sore yang menyejukan. Berjalan pelan dengan sesekali melirik kearah sampingnya dengan tersenyum sipu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] My Only One
Teen Fiction"Mulai sekarang, lo harus jadi babu gue selama seminggu!" -Revan alvaro ~Berawal dari kesalahan Vela yang tidak disengaja, membuat dirinya harus menerima hukuman yang diberikan Revan untuknya. Yaitu menjadi _babu_ -nya selama seminggu.~ Kata oran...