34. Perubahan sikap

463 27 0
                                    

"Ngapain manggil gue?" lontaran ketus Revan membuat pria paruh baya yang berbalut jas kantor itu menatap Revan dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Sudah lama tidak bertemu, sifat kurang ajarmu belum hilang juga ternyata" kata pria paruh baya itu dengan terkekeh pelan.

"Kaga usah basa-basi. Gue sibuk, ga ada waktu buat ladenin lo" sewot Revan.

"Duduk dulu" pria paruh baya itu menyuruh Revan duduk dikursi yang berhadapan dengannya, meja kantor yang menjadi penghalang mereka saat ini.

"Nanti malam ada pertemuan bersama client, kamu harus ikut untuk bisa kenalan dengan anak client saya" kata Dandi-papa Revan.

Revan mengerutkan alisnya, "Jangan bilang lo mau jodohin gue sama anak client lo itu?" tuding Revan tajam.

"Ternyata otakmu pintar juga bisa menebak maksud saya" ucap Dandi santai.

Revan mengepalkan tanganya, emosinya sudah meluap, "Gue udah punya pacar! " kata Revan menegaskan.

"Putuskan pacarmu"

"GA AKAN!"

"Oke kalau itu maumu, akan saya yang atasin sendiri, yang pastinya dengan cara saya" kata Dandi santai, lalu kembali menatap laptop yang masih menyala dihadapannya.

Revan semakin emosi gara-gara orang tua itu, ia menggebrak meja dengan keras, matanya menatap papanya dengan sorot mematikan, "Jangan berani nyentuh cewek gue pake tangan kotor lo, sialan!" gertak Revan tegas.

Dandi tersenyum kecil,

Ternyata benar,  cewek itu yang menjadi kelemahan anaknya.

"Baiklah, mari kita buat kesepakatan" kata Dandi.

Revan tidak menjawab.

"Bagaimana? Kesepakatan ini sangat bagus untukmu dan juga saya. Kamu pasti akan menyetujui ini walaupun itu berat untukmu, nak" Dandi menatap anaknya dalam, meminta jawaban.

Belum reda emosi Revan saat ini, namun kata-kata papa-nya kembali mebuat Revan berapi-api. Kali ini ia sedikit takut dan khawatir. Takut kalau ia harus memeilih keputusan yang sulit dan khawatit jika ini membuat Vela dalam bahaya atau masuk kedalam permasalahannya.

Mengingat orang yang ada dihadapannya saat ini adalah bukan orang biasa, papa-nya bisa melakukan apa saja yang ia inginkan, meskipun itu hal gila sekalipun.

"Kesepakatan apa?" tanya Revan dengan harap-harap cemas.

'••••'

Tak terasa hari berganti begitu cepat. Seperti yang saat ini Vela rasakan.

Hari ini hari terakhir UN dan itu membuat semua siswa siswi bernapas lega karena sudah melewati hari yang sangat menegangkan beberapa hari yang lalu.

Vela juga merasa lebih baik seperti sudah tidak ada beban lagi untuk beberapa hari ini. Ia akan mengerjakan beberapa tes untuk memasuki Universitas impiannya, ia masih harus berjuang beberapa kali lagi. Ia berharap bisa masuk Universitas ternama.

Saat ini Vela bersama pacar, dan teman-temannya sedang nongkrong disalah satu cafe yang tidak jauh dari sekolahnya. Mereka memilih untuk merefreshing otak sehabis bertarung dengan pikirannya supaya bisa mengisi soal-soal ujian terakhir tadi.

"Akhirnya UN kelar juga ya, seneng gue" ujar Naya.

"Iya, susah-susah banget njir soalnya. Enek gue" gerutu Aldo.

"Semoga aja hasilnya memuaskan, dan kita bisa lulus semua" ucap Vela.

"Aamiin" ujar mereka semua kompak.

[✔] My Only One Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang