17. Gudang

697 42 0
                                    

Jgn lupa votenya ^^

Hppy reading❤

Langit sudah tampak sedikit gelap. Vela baru saja diperbolehkan pulang sekolah karena harus mengerjakan tugas yang harus dikerjakan dari wali kelasnya. Sebagai sekertaris yang baik, Vela harus mau membantu bu Ani yang meminta bantuannya untuk mengurus stuktur dan catatan-catatan penting anak kelas 12 IPA1.

Tadinya Vela tidak sendiri, tapi ada Gino dan Lia yang ikut serta membantu bu Ani. Karena Gino sebagai ketua kelas dan Lia sebagai bendahara kelas.

Kak Sean: Maaf Vel, kk gabisa jmpt, msh dikampus. Naik angkot aja

Pesan dari Sean membuat Vela berdecak sebal.

"Kalo tau gini mah mending tadi gue pulang ama Gino" ucap Vela, ia menyesal karena menolak ajakan pulang bareng Gino. Vela pikir kakaknya bisa menjemputnya, tetapi Sean masih berada dikampusnya saat ini. Alhasil Vela harus pulang sendiri.

Vela sangat lelah hari ini, rasanya ia ingin cepat-cepat pulang kerumah dan rebahan dikasurnya.

Vela berjalan pelan diatas trotoar sambil melihat kendaraan lewat dan gerobak kaki lima yang berada diinggir jalan.

Banyak angkutan umum yang lewat, tetapi satupun tidak ada yang Vela tumpangi, seolah tak ada satupun yang menarik perhatian Vela.

Entah kenapa Vela ingin jalan kaki sore. Aneh memang, seperti ada yang menyuruh Vela untuk jalan kaki saja daripada naik angkutan umum. Padahal jarak sekolah dari rumah Vela lumayan jauh.

Bugh!

Bugh!

Saat sedang berjalan ia mendengar suara pukulan dan suara berisik yang membuat Vela penasaran. Suara itu berasal dari gang sepi.

"Itu suara apa?" guman Vela. Karna penasaran, ia memasuki gang itu dan melihat ada tempat kumuh seperi gudang dipojok gang. Vela mendekati asal suara dan mengintip dari celah-celah lalu Vela kaget saat ia melihat ada orang berantem. Bukan berantem tapi lebih tepatnya dikeroyok, karena terlihat ada 4 orang dewasa berpakaian seperti preman menghajar 1 anak SMA.

Vela  bisa tebak cowok itu sekolah di SMA Nusa bangsa sama sepertinya. Tapi cowok itu terlihat jago beladiri, karena ia mampu menahan serangan dan membalas serangan tanpa kesulitan.Ia meneliti orang itu dan..

"REVAN?" pekik Vela tertahan. Ia langsung membekap mulutnya takut ada yang mendengar teriakan refleknya.

"Gue harus bantuin dia" ucap Vela. Suaranya bergetar antara takut dan bingung. Vela menggigit ujung kukunya lalu mulai berpikir.

"Apa gue teriak minta tolong aja ya" Vela melihat kesekitar tetapi kawasan ini sangat sepi, jadi kalau ia teriak percuma saja tidak ada yang datang.

"BANGSAT!"

Vela mendengar teriakan Revan yang terkena pukulan balok yang mengenai keningnya.

"Ayo dong berpikir" ujar Vela. Vela makin bingung mau berbuat apa. Vela mencoba berpikir lagi mencari cara lain, lalu ia melihat samping kanannya ada balok kayu besar.

"Apa pake ini aja ya?" Vela mengambil balok kayu itu, "tapi gue takut" lirihnya.

"Gue harus nolongin Revan" final Vela. Entah keberanian dari mana Vela sudah bersiap dengan balok ditangannya.

"Bismillah" setelah itu Vela masuk diam-diam dan ia sudah berada dibelakang preman itu, tanpa pikir panjang Vela memukul keras kepala salah satu preman berkepala plontos itu hingga membuatnya tidak sadarkan diri.

[✔] My Only One Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang