7. Dekat

1K 64 5
                                    

Motor besar R15 berwarna hitam serta cowok yang memakai helm itu nampak masuk ke halaman rumah besar yang ada di hadapannya setelah satpam membukakan gerbang untuk cowok itu.

Cowok itu turun dari motornya setelah selesai memarkirkan motor kesayangannya dan hendak menuju ke arah pintu.

Revan mendorong pintu besar dihadapannya dan langsung masuk tanpa mengucapkan salam. Revan tidak memperdulikan semua orang yang berada di ruang tamu. Ia tidak perduli dengan orang-orang yang berada dirumahnya sendiri.

Revan berjalan menuju kamarnya yang berada dilantai dua, ia kembali kerumah karena ada sesuatu yang ingin ia ambil. Biasanya Revan tinggal di apartemen, ia jarang sekali pulang ke rumah ini.

"Revan! Yang sopan kamu! Disini ada orang tua, jangan seenaknya!" ucap laki laki paruh baya yang duduk di sofa bersama perempuan paruh baya dan seorang laki laki yang sepantar dengan Revan.

Revan tidak peduli omongan Papa nya. Bagi Revan, dikatakan seperti itu sudah biasa baginya. Revan memilih melanjutkan jalannya tanpa menoleh kearah mereka.

"Revan!"

"...."

"Anak kurang ajar!"

Revan masih menulikan pendengarannya dan langsung membanting pintu kamarnya dengan keras. Dia memilih untuk berbaring sejenak di kasurnya.

Revan mengambil foto almarhumah mamah kandungnya yang berada diatas nakas disamping ranjangnya. Terlihat sosok wanita paruh baya yang cantik tengah tersenyum difoto itu. Revan mengelus foto mamanya dengan cinta dan kerinduan.

"Ma..  Revan capek hidup kaya gini terus" ucap Revan parau.

"Coba kalo mamah masih hidup, pasti hidup Revan nggak bakal kaya gini ma, Revan kangen mama" Revan memeluk erat foto mama nya dengan perasaan yang sangat rindu kepada sosok mama kandungnya itu.

'••••'

Vela yang tengah tidur pun langsung terbangun ketika ketukan pintu serta panggilan namanya mengganggu tidurnya. Ternyata sudah pagi.

Vela membuka pintu kamarnya dan melihat Bi Yati ada di balik pintu.

"Kenapa bi?"

"Itu Non, ada cowok dibawah, katanya mau jemput Non"

"Siapa bi?" tanya Vela dengan dahi berkerut bingung.

"Kurang tau Non, tapi cowoknya ganteng" ucap bi Yati sambil menyengir.

"Bibi duluan ya Non, mau ngelanjutin nyuci piring di bawah" setelah mendapat anggukan dari Vela, bi Yati pergi untuk menuju ke dapur.

Vela melihat ke arah jam beker yang berada di atas nakas kamarnya. Jam masih menunjukan pukul 06.05. Sedangkan ia biasa berangkat jam setengah tujuh.

Vela yang penasaran pun kebawah untuk mengetahui cowok yang dimaksud bi Yati tadi.

Vela kaget setelah mengetahui siapa cowok yang dimaksud ARTnya tadi.

"Revan? Ngapain lo kesini?" tanya Vela kepada cowok yang tengah duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.

"Jemput lo lah" jawab Revan santai sambil menatap ke arah Vela.

"Nggak usah di jemput kali"

"Terserah gue dong"

"Berangkat sekarang? Tapi gue belum mandi terus belum siap siap"

"Gue tungguin"

"Mendingan ga usah di tungguin deh, gue bakalan lama" ucap Vela, sebenernya ia beralasan seperti itu supaya Revan pergi dan tidak jadi pergi kesekolah berdua dengannya.

"Tetep gue tungguin" Vela mendengus pasrah dan langsung melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang berada di lantai dua dengan langkah gontai. Sebenernya ia malas harus pergi ke sekolah dengan cowok yang notabenenya majikan Vela selama seminggu ini, tapi ada sedikit rasa senang dihati Vela.

Sekitar 10 menit Revan menunggu Vela yang sedang bersiap siap. Revan duduk disalah satu sofa empuk dengan tenang sambil melihat lihat keadaan rumah Vela yang besar namun sepi. Dirumah Vela tidak ada siapapun selain Revan, Vela dan bi Yati. Kakak laki laki Vela sedang berada dikampusnya,  sedangkan mama-nya sedang berada dikantor untuk bekerja. Jadi Vela sudah biasa ditinggal sendiri dengan bi Yati di rumah besar ini.

Setelah Revan menunggu agak lama diruang tamu, akhirnya Vela turun dari tangga dan langsung menghampiri Revan yang tengah menyesap teh hasil buatan bi Yati.

"Lama kan? Batu sih dibilangin" ujar Vela.

"Biasa aja" balas Revan santai.

Setelah keduanya berpamitan kepada bi Yati. Mereka langsung keluar hendak pergi ke sekolah.

"Cepet naik" Vela pun naik ke atas motor Revan. Setelah keduanya sudah siap, Revan megendarai motornya dengan kecepatan tidak bisa dibilang pelan.

"Woii pelan pelan dong!" pekik Vela dengan nada tinggi agar suaranya terdengar oleh Revan. Vela memegang bagian belakang motor Revan sebagai pegangannya agar dirinya tidak terjatuh.

"Pengangan gue aja kalo takut jatuh, ga usah malu malu"

Vela hanya berani memengang ujung baju Revan karena ia tidak berani memegang pinggang cowok itu.

Revan yang merasa bajunya di pegang erat oleh cewek yang berada di belakangnya, pun langsung  menarik lengan Vela ke arah pinggangnya. Menuntunnya untuk memeluk pinggang laki-laki itu.

"Pegangan, takut jatuh" kata Revan.

Vela yang kaget pun menurut saja. Ia melingkarkan tangannya ke pinggang Revan. Vela hanya tersenyum malu yang berakibat pipinya merah seperti kepiting rebus. Vela menempelkan kepalanya ke punggung Revan dengan tenang sambil menghirup aroma dari tubuh Revan yang menyegarkan dan bikin tenang.

Vela tidak tau kenapa akhir akhir ini dia bisa dekat dengan Revan setelah kejadian hari itu yang berakibat Vela menjadi babu Revan selama seminggu. Tapi Vela nyaman didekat Revan walaupun cowok itu menyebalkan.

[✔] My Only One Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang