13. Nasib buruk part2

711 45 0
                                    

Biarlah orang menganggap Vela seorang gembel yang duduk di depan gerbang dengan penampilan yang menyedihkan, rambut berantakan, baju lepek karna keringat, dan muka pucat. Seperti orang yang tidak punya tujuan hidup. Tapi itulah kenyataannya sekarang. Menyedihkan.

"Ngapain lo disitu? Udah kayak gembel aja lo" ucap seseorang yang Vela yakini seorang cowok. Suaranya sudah familiar untuknya. Vela mendongak dan mendapati sosok jangkung yang berdiri dihadapannya. Dia Revan.

Awalnya Revan datang dengan mobil hari ini, tapi mobilnya ia titip kesalah satu warung kopi langganannya yang memiliki parkiran luas, karena tidak mungkin Revan memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah, karena ia juga telat. Revan melihat sosok gadis SMA Nusa bangsa yang duduk di depan gerbang dengan kepala menunduk sampai ia tidak mengetahui keberadaan Revan dihadapannya.

Ia mengenali perempuan itu, dia Vela. Revan melihat penampilannya yang sangat berantakan, persis seperti gembel.

"Gue telat" jawab Vela dengan raut wajah sedih.

"Kenapa ga pulang? Percuma lo nunggu gerbang ini kebuka" ucap Revan yang masih setia menatap gadis yang ada didepannya.

"Gue pengen masuk kelas, sekarang ada ulangan MTK gue takut nanti nilai gue merah" ucap Vela, ada rasa kecewa dari ucapannya.

"Ikut gue" ucap Revan dengan mengulurkan tangan ke arah Vela bermaksud untuk membantunya berdiri.

Vela menatap tangan dihadapannya dengan bingung, tak lama ia menerima uluran tangan Revan dan mengikuti kemana Revan pergi.

Sekarang keduanya sudah berada di gang sempit yang berada didaerah penduduk. Ia tau kalau ini adalah letak belakang sekolahnya. Vela menatap bingung tembok kokoh yang berdiri dihadapannya. Banyak pertanyaan yang muncul dipikirannya saat ini.

"Bisa manjat kan?" tanya Revan tiba-tiba. Vela bingung dengan pertanyaan Revan. Vela menjawab dengan menggelengkan kepala.

Lalu Revan menuju pohon yang berada tak jauh di tembok itu. Vela melihat pohon besar yang memiliki ranting yang sama besarnya. Ranting itu merambat sampai ke atas tembok itu.

Revan menaiki pohon itu setelah sampai di atas ia mengulurkan tangan supaya Vela bisa ikut naik bersamanya. "Gue ga bisa" jawab Vela ngeri. Melihat pohonya saja ia takut apalagi untuk memanjatnya.

"Gue bantu" ucap Revan dan kembali mengulurkan tangannya. Dengan ragu Vela membalas uluran tangan Revan dan segera ikut naik kepohon itu. Setelahnya Revan kembali naik ke ranting besar yang merambat ke tembok. Lalu giliran Vela yang menaiki ranting itu dengan hati-hati.

Lalu Revan melompat kebawah, dan setelahnya Revan membantu Vela untuk melompat ke bawah. Awalnya ragu tapi Vela akhirnya melompat juga.

"Aww.. " Vela meringis. Kakinya menapak ketanah dan rasa perih kembali ia rasakan karena lukanya belum kering. "Kenapa?" tanya Revan. Lalu Vela menjawab dengan gelengan kepala.

Keduanya sudah sampai kebawah dan mereka sekarang sudah berada diarea belakang sekolahnya.

"Nanti kalau ketauan gimana?" tanya Vela takut. "Ga bakal ketauan kalo lo ga lelet" ucap Revan yang berada didepannya. Revan tidak tau kalau kaki Vela terluka. Vela berdecak pelan sambil mengikuti Revan dari belakang.

Saat hendak jalan ke koridor ia melihat pak Roni sedang berjalan dikoridor yang berlawanan dengan Vela dan Revan. Dengan cepat Revan menarik tangan Vela ke belokan koridor ,Vela kaget dan spontan ia mengikuti pergerakan Revan.

Sekarang keduanya sedang bersembunyi di samping tempat sampah yang lumayan besar. Revan dan Vela bersembunyi disamping tempat sampah itu dengan berjongkok, jarak diantara mereka sangatlah dekat sampai membuat jantung Vela berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Mereka berharap tidak ketauan.

Vela sangat gugup saat ini, dalam keadaan sedekat ini dengan Revan, jantunya berdebar seperti mau copot. Ia berusaha terlihat baik-baik saja.

Ia menolehkan kepalanya ke kiri supaya pipinya yang sudah merah tidak terlihat oleh Revan. Vela melihat dipojok ada kecoa yang mau menghampirinya, dengan spontan ia teriak dan berlari dari tempat persembunyian.

"Aaaaa, kecoaa!" pekiknya keras.

Revan yng melihat Vela yang menggagalkan aksi ngumpetnya pun kesal setengah mati. Vela hanya menutupi mulutnya dan merutuki dirinya sendiri yang terlalu bodoh.

Akhirnya Pak Roni yang tadinya sudah lewat dan berada didepan sekarang ia berbalik arah untuk menghampiri keduanya. Mereka sudan keciduk.

"NGAPAIN KALIAN? KALIAN TERLAMBAT? " tanya pak Roni dengan suara tinggi. Keduanya tidak ada yang menjawab.

"KALIAN GA LIAT INI JAM BERAPA? INI SUDAH JAM DELAPAN LEWAT TIGA MENIT. KENAPA KALIAN BARU MASUK SEKOLAH JAM SEGINI? NIAT SEKOLAH GA SIH?!" maki pak Roni.

"Maaf pak tadi saya kesiangan" jawab Vela takut sambil menunduk.

"ALESAN! ucap pak Roni lagi. "SEKARANG KALIAN SAPU TAMAN BELAKANG SEKOLAH SAMPAI BERSIH, KALAU TIDAK BERSIH JANGAN HARAP KALIAN BISA MASUK KELAS!" lanjut pak Roni kejam. Vela pasrah dan mengangguk saja.

Setelah guru killer itu pergi ia bisa bernapas lega. Ia melihat Revan yang daritadi tidak bersuara. Ia melihat Revan menatapnya dengan kesal. Vela takut dan gugup saat ini.

"Maafin gue, tadi ada kecoa jadi gue spontan teriak" ucap Vela sambil menunduk. Ia tidak berani menatap mata tajam Revan.

"Bego dasar" kata Revan menusuk kehati Vela. Memang ini salah Vela tetapi ini semua sudah terjadi, mau gimana lagi?

Keduanya sudah sampai ditaman belakang sekolah. Tempatnya kotor karena banyak daun kering yang jatuh dari pohon dan berserakan disini.

Vela mendengus pasrah dan segera menaruh tas nya ke kursi panjang yang berada ditaman ini.

Vela melihat kearah Revan yang duduk santai disalah satu kursi panjang yang tidak jauh darinya. Ia menghapiri Revan sambil menatap jengah kearahnya.

"Kok malah duduk disini si bukannya jalanin hukuman?" ucap Vela kesal.

Revan menatap dan berkata "Kan gue ketauan gara-gara lo, jadi lo yang jalanin hukuman ini sendiri, gue terima jadi aja" ucapnya dengan enteng dan langsung menidurkan tubuhnya ke kursi yang ia duduki.

"Enak aja! kita kan telatnya bareng-bareng, jadi lo juga harus jalanin hukumannya dong" ucap Vela ngotot. Rasanya Vela ingin sekali mencabik mukanya yang sok ganteng itu, tapi emang beneran ganteng si wkwk.

"Lo ga inget? Lo itu babu gue, jadi jangan bantah apa yang majikannya omongin, apalagi ngotot" ucap Revan yng menaikan suaranya 1 oktaf. Vela begidik ngeri.

"Kenapa si masih ngungkit-ngungkit babu segala. Dasar cowok kejam." ucap Vela dalam hati.

Karena tidak mau berdebat panjang, lalu ia memilih mengambil sapu lidi dan segera membersihkannya. Disela-sela ia sedang menjalani tugasnya Vela menyumpahi cowok kejam itu supaya saat ia sedang tidur kursinya roboh dan membuat Revan terjatuh.

Sudah 15 menit Vela menyapu taman ini, tetapi taman ini lumayan luas membuat ia sangat lelah dan sekarang tenaganya sudah benar-benar habis. Perutnya sangat keroncongan. Ia tidak memperdulikan taman yang masih sedikit kotor, Vela bertumpu pada kedua lututnya dan mengelap keringat yang mengucur deras membasahi dahinya. Vela meratapi 'NasibBuruknya' saat ini.

Ia melihat ada sepatu abu-abu yang berdiri didepannya. Ia mendongak dan melihat Revan ada dihadapannya dengan air mineral dingin yng ada digenggamannya

Revan memberikan air mineral dingin kearah Vela. Tetapi Vela hanya menatap air itu kosong. Dan kemudian ia merasakan kalau dunia ini berputar, kepalanya pusing, dan tak lama–

Vela pingsan.

-


[✔] My Only One Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang