12. Nasib buruk part1

801 44 0
                                    

Sebuah teriakan melengking memenuhi kamar seorang cewek yang sekarang terduduk tegak diatas tempat tidurnya. Itu suara Vela yang terkejut saat melihat jam yang disamping nakasnya sudah menunjukan pukul 06.45

"Kenapa kak Sean ga bangunin sih?" ucapnya jengkel.

Dengan tergesa cewek itu lompat dari atas kasur dan bergegas pergi ke kamar mandi untuk menjalankan ritual mandi bebek. Tak ada waktu lagi untuk berlama-lama dikamar mandi, akhirnya Vela keluar dengan seragam lengkap yang melekat di tubuhnya.

Ia tidak mengecek penampilannya dicermin dan tidak juga menyisir rambutnya. Ia hanya merapikan rambutnya dengan tangan. Ia juga tidak sempat memakai kaus kaki karena malas mencarinya dan waktu yang sudah mepet. Akhirnya ia hanya memakai sepatu tanpa kaus kaki. Setelah mengambil tas maroon-nya dengan ogros, Vela bergegas kebawah.

Dibawah tidak ada orang sama sekali, tidak ada kakaknya dan tidak ada bi Yati. Bi Yati mungkin sedang berbelanja sayur dipasar, sedangkan kakaknya ia tidak tau dimana. Saat ini ia perlu kakaknya untuk mengantarkannya ke sekolah.

"Pada kemana sih?" ucap Vela frustasi, dalam keadaan panik ia segera pergi menuju ruang tamu dan ia menemukan secarik kertas yang tergeletak diatas meja.

Kakak ada kelas pagi, jadi kakak ga bisa nganter kamu, sarapan udah ada di meja makan, tinggal lo mkan aja.

Gue bisa nebak kalo lo psti kesiangan:v

- Sean gans


Itulah tulisan yang tertera dikertas itu. Vela membacanya dengan kesal setengah mati.

"Kenapa ga ngasih tau dari kemaren si" gerutu Vela. Ia membuang kertas itu dengan asal dan segera bergegas ke luar.

Vela berlari sampai keluar kompleksnya, sekarang ia sudah berada dijalan raya.

Ia menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri berharap ada kendaraan apa saja yang bisa mengantarnya ke sekolah. Tapi tidak ada satupun angkot atau ojek yang lewat. Apa mungkin hari ini hari sial Vela?

Ia ingin memesan ojol tapi tidak ada waktu lagi untuk menunggu. Terpaksalah ia menggunakan tenaganya untuk berlari menuju sekolahnya yang jaraknya lumayan jauh.

Ia berdoa dalam hati semoga pintu gerbangnya masih terbuka lebar untuknya. Dan semoga ada angkutan umum yang lewat untuk bisa ia tumpangi.

"Huhh.. Huhh" Vela ngos-ngosan. Ia bertumpu pada lututnya. Ia sudah tidak kuat lagi untuk berlari. Vela mengelap keringat yang bercucuran didahi dengan tangannya.

"Kenapa hari ini gue sial banget si" keluhnya dengan emosi. Ia melihat pergelangan tangan kirinya. Ternyata tidak ada jam putih yang biasa melingkar ditangan cantiknya. Ia lupa untuk mengenakan jam tangannya, alhasil dia tidak bisa mengetahui jam berapa sekarang. Firasatnya mengatakan kalau ia sudah telat tapi ia masih bertekad untuk pergi kesekolahnya.

Dengan jalan lunglai ia melihat satu angkot yang baru saja lewat di sebelahnya. Dengan mata berbinar dan senyum merekahnya ia langsung meneriaki angkot itu supaya berhenti. Angkot berhenti beberapa meter didepannya. Vela berlari kecil untuk smpai ke angkot yang berada didepannya.

Setelah sampai dan menaiki angkot itu, Vela duduk dan bernapas lega. "Akhirnya..."

Baru setengah perjalanan angkot yang Vela tumpangi berhenti secara mendadak.
"Pak kenapa berenti?" tanya Vela bingung.

"Nggak tau neng, kayanya ban-nya bocor deh" ucap pak sopir itu dan segera turun untuk mengecek ban mobilnya.

Ia mendengus kesal, baru saja dia bernapas lega, eh ga lama malah sengsara lagi.

Vela segera turun dari angkotnya dan ia ikut melihat ban yang sekarang kempes. "Terus gimana dong pak?" tanya Vela sambil melihat ke arah sopir yang msih berjongkok disebelah ban mobil.

"Neng cari angkot lain aja, mobilnya harus ke bengkel dulu." ucap sang sopir. Lagi-lagi ia mendengus kesal.

Vela segera merogoh kantung seragamnya dan memberikan uang sebesar 5.000 kearah sang sopir.

"Eh ga usah neng, kan belum sampe ke tempat tujuan eneng" kata sopir itu lagi.

"Nggak papa pak, kan tadi saya udah naik angkot bapak" ucap Vela lagi dengan sopan. Akhirnya sopir itu menerima uang itu dan mengucapkan terimakasih.

Tidak ada cara lagi untuk sampai kesekolahnya kecuali dengan berjalan kaki. "Untung udah agak deket" ucap Vela. Ia berjalan sedikit berlari agar cepat sampai tujuan.

"Aduh.. " akibat tidak berhati-
hati dan tidak memperhatikan jalan, Vela sampai terjatuh ke aspal. Dan meninggalkan lecet serta mengeluarkan darah segar dibagian lututnya.

Vela rasanya ingin menagis meratapi nasib buruknya hari ini. Dengan jalan yang sedikit pincang, ia masih nekat untuk pergi kesekolahnya.

Firasatnya sangat yakin 1000% kalau gerbang sudah ditutup, tapi ia masih saja melanjutkan jalannya menuju sekolahnya. Vela berjuang untuk ke sekolah karena ia tau kalau sekarang ada ulangan MTK. Ia tidak mau kalau nilainya merah. Kalau tidak ada ulangan hari ini, Vela memilih untuk bolos saja.

Akhirnya ia sudah berada didepan gerbang sekolahnya, ia melihat nanar gerbang tinggi yang sudah tertutup rapat. Pupus sudah harapannya.

"Percuma gue kesini ngelewatin banyak rintangan dan cobaan, tapi hasilnya mengecewakan" ucap Vela sedih, matanya masih saja menatap gerbang yang sudah ditutup. Vela berharap ada keajaiban yang bisa membuka kembali gerbang itu, but is impossible.

Ia duduk di depan gerbang sambil menyelonjorkan kakinya, ia masih tidak mau beranjak dari situ karena ia sangat lelah sekarang. Tapi ia ingin sekali kembali kerumah dan beristirahat, tetapi tenaganya sudah terkuras habis, apalagi ia tidak sempat sarapan tadi pagi. Kakinya berdenyut nyeri akibat jatuh tadi.

Biarlah orang menganggap Vela seorang gembel yang duduk di depan gerbang dengan penampilan yang menyedihkan, rambut berantakan, baju lepek karna keringat, dan muka pucat. Seperti orang yang tidak punya tujuan hidup. Tapi itulah kenyataannya sekarang. Menyedihkan.
-

[✔] My Only One Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang