22. Bu Bos!

587 36 0
                                    

Bahagia itu, cukup bersama orang-orang yang bisa membuatmu tertawa lepas.

-Velaansya.

'••••'

Vela berdiri didepan pintu apartemen milik Revan.

Lantai 8 kamar nomer 320.

Tadi pagi, Revan chat Vela supaya datang ke apartemen cowok itu. Entah apa yang Revan inginkan.

Awalnya Vela tidak ingin datang menemui Revan, karena hari ini hari sabtu, hari dimana sekolah diliburkan. Vela ingin menghabiskan waktu liburnya dengan tidur seharian dikamarnya. Selain itu, Vela tidak ingin menemui Revan karena masih mengingat kejadian kemarin di rooftop. Rasa kesal masih terasa untuk cowok tidak peka itu.

Tetapi, karena perintah Revan yang tidak boleh dibantah, akhirnya Vela pergi menemui cowok itu dengan terpaksa.

Vela langsung menelpon Revan, memberitahu kalau ia sudah ada didepan pintu.

"Langsung masuk aja, password nya nomor 1 sampe 10" kata Revan dari balik sambungan telpon.

Vela melongo tidak percaya, dengan mudahnya Revan memberitahu password apartemen miliknya. Pikirannya mulai mengacau kemana-mana.

Setelah memberi password yang kelewat mudah dihapal itu, Vela membuka pintu putih itu dengan perlahan.

Vela mulai memasuki apartemen Revan. Berjalan perlahan dan seketika bola matanya melebar ketika melihat isi ruangan ini.

Berantakan.

Itulah kesan pertama yang Vela tangkap setelah masuk kedalam. Ruangan yang bernuansa putih yang luas terlihat sangat berantakan seperti kapal pecah.

Ada banyak sekali sampah bekas makanan ringan dan puntung rokok berserakan dilantai. Selain itu, bantal sofa pun berada disembarang tempat. Benar-benar sangat berantakan.

"Betah ya dia tinggal diruangan berantakan kek gini?" Vela menggelengkan kepalanya sembari berdecak.

Vela belum melihat batang hidung Revan sejak tadi. Entah ada dimana sekarang cowok menyebalkan itu.

Vela melihat jengah ruangan yang terlihat seperti kapal pecah itu. Mengambil napas panjang lalu membuangnya.

"Mulai!" ucap Vela, lalu mulai membereskan ruangan itu.

Beberapa menit kemudian.

Vela melihat ruangan yang sudah rapi, dan itu berkat dirinya.

"Selesai!" Vela mendudukan dirinya ke sofa. Meng-istirahatkan tubuhnya yang lumayan lelah.

Vela tidak mengetahui bahwa ada yang memperhatikannya sejak tadi sambil tersenyum penuh arti.

"Si Revan mana si, dari tadi ga nongol-nongol" Vela berdecak kesal.

Vela ingin melihat kekamar cowok itu, tetapi ia takut untuk kesana. Takut Revan marah.

"Capek?"

Ucapan cowok yang sangat familiar terdengar di indera pendengaran Vela. Vela langsung mendongak dan menemukan sosok cowok jangkung mengenakan kaos putih oblong dengan celana pendek hitam sedang mengahampirinya.

"Sedikit" jawab Vela.

Vela tadinya terpana melihat Revan dengan memakai pakaian santai. Terlihat lebih ganteng dan fresh. Biasanya ia hanya melihat Revan mengenakan seragam atau jaket boomber.

"Babu yang baik, tanpa disuruh udah inisiatif sendiri" Revan mengacak puncak kepala Vela dengan gemas.

"Lagian lo abis ngapain aja si sampe ruangan berantakan kaya tadi? Abis tawuran?" ucap Vela menatap Revan dengan tatapan curiga.

[✔] My Only One Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang