30. Tertampar kenyataan

515 31 0
                                    

"Aku membenci diriku sendiri, yang masih saja mengharapkan seseorang yang bahkan tidak menganggapku sama sekali."

-Velaannasya.

.
.

Happy reading :)

Satu minggu berlalu. Hari-hari Vela berjalan dengan lancar seperti biasanya. Karena Fania sudah tidak sekolah lagi di Nusa bangsa.

Ayahnya tidak main-main dengan ucapannya, keluarga barunya tidak mengganggu kehidupan Vela lagi. Yang Vela dengar dari gosip disekolah, Fania pindah keluar negri ikut dengan ayahnya.

Vela juga merasa sedih ketika mendengar kabar itu, sedih karena ia sudah tidak akan bertemu lagi dengan ayahnya, dan senang karena tidak ada yang mengganggunya lagi.

Vela juga sudah tidak lagi menjadi babu Revan. Tetapi ia dan juga cowok itu tetap sering ketemu, karena mereka sahabatan. Tidak ada alasan untuk mereka berjauhan.

Bahkan rasa suka pada cowok itu semakin bertambah karena mereka dekat.

Gadis berpakaian rapi itu duduk disofa ruang tengah, menunggu seseorang yang akan pergi dengannya.

Melihat jam disudut ruangan, menujukan pukul setengah delapan lewat sepuluh menit, yang artinya sudah sepuluh menit Vela menunggu, namun orang itu tidak kunjung datang, membuat Vela bosan.

Ting tong!

Suara bel rumah berbunyi, pasti itu orang yang ia tunggu, Vela langsung keluar gerbang menemuinya.

Senyumnya merekah ketika melihat cowok berkemeja biru dongker berdiri disamping motor hitamnya.

"Lama banget datengnya" keluh Vela.

"Sorry, tadi macet" kata Revan enteng.

"Yaudah ayok langsung berangkat, keburu kemaleman" ujar Vela.

"Yaudah" Revan menaiki motornya, begitu juga Vela. Motor hitamnya melaju ketempat tujuan.

Beberapa menit mereka diperjalanan, dan sekarang keduanya sudah sampai ditempat tujuan.

"Disini tempatnya?" tanya Vela setelah turun dari motor. Dilihatnya gedung  yang didalamnya banyak sekali berbagai macam merk dan bentuk sepatu. Sepatu-sepatu berkelas.

"Iya, kalo gue beli sepatu selalu disini" ujar Revan, tangan kanannya merapikan rambutnya yang sedikit berantakan akibat memakai helm.

Vela mengangguk lalu mengikuti Revan yang sudah dulu memasuki toko itu.

"Mau pilih yang mana?" Tanya Revan melihat sekilas pada Vela.

"Ya gatau, gue ngajak lo  gunanya buat bantu milihin sepatu buat kakak gue" kata Vela.

"Ukuran kaki abang lo sama kaya gue ga si?" tanya Revan lagi.

"Kayanya agak gedean dikit deh" jawab Vela, lalu ikut memilih sepatu yang kira-kira cocok untuk diberikan kakak laki-lakinya.

Besok kakaknya itu ulangtahun, jadi Vela berniat untuk memberi kakaknya kado sepasang sepatu.

Vela tidak terlalu tau sepatu yang cocok untuk laki-laki, jadilah Vela mengajak Revan untuk ikut memilihkan sepatu untuknya. Dan cowok itu menyanggupi ajakan Vela.

"Yang ini aja, menurut gue cocok buat abang lo" Revan memeperlihatkan sepatu pilihannya yang memang terlihat bagus dan keren.

"Iya bagus, gue pilih ini aja deh" ucap Vela.

[✔] My Only One Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang