Sebuah mata indah memandang halaman hijau yang tercetak jelas di otaknya. Para santriwan dan santriwati berlalu lalang memulai kegiatan. Lagi-lagi Syahira tersenyum, mimpinya menjadi nyata.
"Assalamualaikum, Mbak." Sontak mata yang menatap lurus tadi teralihkan ke samping kanan. Tepat di sana ada seorang wanita, yang sepertinya seorang santri di sini.
"Waalaikumsalam," jawab Syahira dengan sopan.
"Mbak cari siapa?"
"Eumm, ruangan Abuya Ilham di mana ya?" Memang, sendari tadi Syahira bingung sendiri mencari ruangan pemilik pesantren ini.
"Oh, mari saya antar." Kedua gadis itu berjalan beriringan, tatapan Syahira menunduk ketika ada santriwan yang melewatinya.
Sampai di suatu ruangan minimalis, gadis itu lantas di sambut baik oleh abuya Ilham dan umah Fatma, pemilik pesantren ini.
Mereka berbincang-bincang sedikit, ada pun abuya yang bertanya pasal perkuliahan Syahira selama di Khairo Mesir. Memang gadis itu sudah lulus S2, dengan predikat terbaik. Banyak yang memintanya menjadi dosen di luar nergi, namun Syahira harus berfikir dua kali. Pasalnya, ia tak ingin jauh dari Khadijah dan Ali yang tidak lain orang tuanya sendiri. Sampai akhirnya, Allah menentukan jalan terbaik dengan mengajar di pesantren ini. Alhamdulillah ...
Usai pertemuan dengan pemilik pesantren ini, Syahira lantas mengikuti seorang santriwati yang di suruh abuya mengantarkan Syahira ke ruangan pengajar. Di sana gadis itu pun memperkenalkan diri kepada pengajar lain, mereka menyapa hangat. Syahira bersyukur sekali dan bernafas lega mendapatkan perlakuan baik.
Di luar sana, mentari sudah ingin mencapai puncaknya yang artinya bahwa pelajaran untuk para santri akan segera di mulai. Syahira memeriksa beberapa buku yang akan dia bawa untuk bahan ajar.
"Ustadzah Syahira, akan mengajar di kelas Anggrek?" Mendengar namanya di sebut, gadis itu mendongkakan wajahnya. Matanya melihat sosok gadis seumurannya dengan guratan cerita di wajah anggunnya.
"Ah, iya," jawab cepat Syahira.
"Kita bersama menuju kelasnya, kebetulan saya akan mengajar di kelas Lavender."
"Baiklah. Mari, ustadzah Resa." Mereka berjalan beriringan keluar dari ruangan itu. Untuk hari pertamanya ini, Syahira memang mendapatkan panggilan baru. Ustadzah, ah sangat cocok untuk gadis se shaliha Syahira.
Asal kalian tau, wanita yang ada di samping Syahira sekarang adalah wanita yang sejak pertemuan pertamanya dengan Syahira langsung mengajak berteman. Semoga saja pertemanan yang awal mereka ikat akan terus terjalin sampai sama-sama bertemu di surganya kelak. Amin.
Setelah berjalan dari ruangan tadi, langkah mereka berpisah ketika telah sampai di kelas yang akan di ajar masing-masing.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab serentak para santri yang ada di kelas Anggrek ini. Syahira tersenyum lebar.
"Saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Saya Syahira Syaidatul Ali, pengajar baru di pesanteren ini. Saya harap, kalian menerima kedatangan saya dan ilmu yang akan saya beri dengan baik. Syukron."
🍃🍃🍃🍃
Kumandang azan asar telah melantun indah, itu pertanda kelas telah berakhir. Tadi pun sempat terhenti ketika azan zuhur.
Guratan kebahagian senantiasa terlihat di wajah cantiknya Syahira ketika berjalan ke ruangan pengajar.
Langkahnya melewati seseorang sepertinya sedang--berdebat. Syahira tak mau ikut campur terhadap urusan orang lain, tapi pria yang sedang berdebat tadi memanggilnya sehingga membuat langkah Syahira mau tak mau terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ning & Gus
RomanceDi dalam mencintai harus ada ke ikhlasan tentunya. Entah itu ikhlas dalam menerima kenyataan yang tak sesuai harapan ataupun ikhlas membiarkan yang di cintai melabuhkan hatinya pada yang lain. Seperti halnya gadis jawa yang lemah lembut ini, ia haru...