Adzan zuhur berkumandang begitu syahdu, pertanda waktunya kaum muslimin menghentikan aktivitasnya sejenak untuk berdialog kepada sang khalik. Di situlah keromantisan seorang hamba dan Tuhannya terpatri.
Para santriwati dan santriwan yang sedang mengeyam ilmu pun ikut keluar ruangan seraya mengambil air suci sebagai syarat suatu ibadah sholat di katakan sah. Tak hanya itu para pengajar pun ikut dalam barisan jama'ah. Masjid yang ada di pesantren itu terlihat sangat penuh, suatu kebanggan tersendiri ketika mengingat di jaman modren ini orang-orang begitu lalai dalam melaksanakan kewajibannya. Astagfirullah.
Sholat berjama'ah berjalan khusyu, para santriwati dan santriwan mulai memadati satu tempat yaitu dapur pondok. Di sana mereka akan mendapatkan jatah makan siang. Melihat mereka mengantri dengan tertib tak ada keributan membuat seorang gadis berhijab syari berwarna merah maroon itu tersenyum, suasana seperti ini lagi-lagi mengingatkan dirinya pada suasana pondok di Mesir.
Apa kabar mereka di sana? Semoga selalu dalam lindungan Allah.-batinnya.
Sejuru kemudian gadis yang acapkali di panggil Syahira itu melangkahkan kakinya ke sebuah ruangan sederhana namun penuh akan ilmu, ya Syahira memutuskan pergi ke sebuah perpustakaan yang ada di pondok pesantren itu. Setiap ada waktu luang, Syahira selalu kemari untuk mencari buku-buku bahan ajar ataupun buku cerita yang menginspiratif.
Mata hazelnya menelisik sekitar ruangan, terdapat beberapa santriwati yang sedang membaca ataupun mengerjakan tugasnya. Syahira senang melihat suasana hening di sini. Kemudian gadis itu melenggang ke rak buku khusus filsafat---buku yang mungkin bagi sebagaian orang sangat membosankan, tapi tidak dengan Syahira.
Ketika sedang asik memilih buku-buku yang akan ia ambil, tiba-tiba seseorang menubruk badan Syahira dengan kencangnya. Sehingga kedua gadis itu meringis pelan.
"Afwan, ana tidak sengaja." Mendengar suara itu, membuat Syahira menoleh seraya mengelum senyum.
"Tidak apa-apa Aisyah." Ya, gadis yang menabraknya ialah Aisyah---putri abuya Ilham.
Aisyah yang sendari menunduk karena takut, akhirnya menadahkan wajahnya, "Mbak Syahira! Masyaallah, afwan Mbak. Aisyah benar-benar tidak sengaja!"
"Tidak apa-apa Aisyah. Kenapa kamu buru-buru seperti itu?" Tanya Syahira dengan halus.
"Itu ... Aisyah mau cari buku hadist Imam Ibnu Majah yang versi lengkap. Tadi teman Aisyah kata buku itu tinggal satu, jadi Aisyah cepat-cepat kemari," jelas gadis itu.
"Oh begitu. Mau Mbak bantu carikan?" Tawar Syahira yang membuat Aisyah berbinar senang.
"Jika boleh itu pun."
"Tentu saja, ayo kita ke rak khusus hadist." Mereka berjalan beriringan.
Sembari mencari buku yang di carinya Aisyah membuka obrolan, "Mbak Syahira ingat aku tidak?" Tanya Aisyah yang membuat kening Syahira mengerut, bingung.
"Maksud kamu? Kamu kan putri Kiyai Ilham dan Umah Fatma?" Ucap Syahira diakhir kekehan ringan.
"Iya semua orang juga tahu, Mbak. Tapi apa Mbak ingat seseorang yang waktu dulu kejebak hujan dan Mbak memberikannya payung?" Terlihat raut Syahira yang sedang berfikir, "itu aku Mbak, Aisyah."
"Masyaallah, Mbak lupa!" Ahirnya Syahira mengingat kejadian itu, kejadian di mana ia mengenal sosok putri pemilik pesantren ini. "Kamu beda sih, lebih cantik. Jadi Mbak susah mengenalnya."
"Ah Mbak bisa aja." Aisyah terkekeh ringan begitu pun Syahira. "Aku baru kembali dari Turki, alhamdulillah aku kuliah di sana. Mungkin oleh sebab itu Mbak jarang melihatku lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ning & Gus
RomanceDi dalam mencintai harus ada ke ikhlasan tentunya. Entah itu ikhlas dalam menerima kenyataan yang tak sesuai harapan ataupun ikhlas membiarkan yang di cintai melabuhkan hatinya pada yang lain. Seperti halnya gadis jawa yang lemah lembut ini, ia haru...