Kabar kepergian Sella kembali terdengar oleh abuya Ilham dan Fatma. Mereka sempat mengintrogasi baik Faiz dan Aisyah, hingga akhirnya kedua kakak beradik itu menceritakan alasan kepergian Sella tersebut. Akan tetapi ketika mendengar pernyataan kalau Sella hamil bukan karena Faiz, Ilham dan Fatma masih belum mempercayai. Mereka sama seperti Ali yang harus memakai bukti untuk mendapatkan kepercayaannya.
Sampai kini sehari setelah Sella pergi, hidup Faiz kian tidak teratur. Lelaki itu banyak menghabiskan waktu di masjid, sampai melupakan tubuhnya sendiri yang membutuhkan energi setiap harinya. Entah kenapa Faiz menjadi bersuuzan nantinya jika ia tidak bisa membawa Syahira pulang ke rumah, astagfirullah.
Fatma sebagai seorang ibu bukannya tidak ingin membela putranya itu, tapi dia hanya ingin melihat seberapah besar perjuangan Faiz untuk membangun rumah tangganya yang hampir hancur ini. Lagipun baik Fatma ataupun Ilham, tak haruslah ikut campur lebih dalam, terhadap rumah tangga Faiz. Mereka hanya mengawasi serta menasihati kedua anak adam dan hawa itu.
Kini tepat setelah azan zuhur berkumandang dan berakhirnya sholat berjama'ah yang di laksanakan para warga pesantren, Fatma dan Aisyah akan menyambangi rumah Syahira. Seberapa besar pun masalah yang terjadi, Fatma tidak lah ingin memutuskan tali persaudaraan. Syahira adalah menantunya, gadis itu tengah terluka, sebagai sesama wanita Fatma dan Aisyah tentunya akan memberi semangat dengan kehadiran mereka hari ini.
Dengan di antarkan supir pribadi, Fatma dan Aisyah telah sampai di depan pintu utama rumah Syahira. Di ketuknya pintu itu seraya berseru salam.
"Eh Bu Fatma dan Ning Aisyah, silahkan masuk." Mbok Rami mempersilahkan, seraya menggiring mereka di ruang tamu dan mempersilahkan duduk.
Kemudian mbok Rami memanggil Syahira yang selalu di kamar ketika aktivitas dapur sudah selesai. Wanita paruh baya itu membuka pintu dengan hati-hati, dan suara pintu tersebut membuat Syahira menoleh.
"Ada apa, Mbok?"
"Maaf Ning. Ada Bu Fatma sama Ning Aisyah di bawah."
Mendengar hal itu lantas Syahira tersenyum, sudah lama sekali ia merindukan kedua wanita yang amat ia sayangi setelah uminya. "Nggeh, Mbok. Syahira akan segera ke bawah."
Mbok Rami pun menutup kembali pintu kamar dan Syahira pun beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka agar tidak terlalu kusam. Selanjutnya, Syahira keluar kamarnya--menemui ibu mertua dan adik iparnya.
Ketika matanya mulai menangkap sosok dua wanita berhijab Syar'i di ruang tamunya, Syahira lantas mengembangkan senyuman di bibir pucatnya. Gadis itu berjalan menghapus jarak.
"Assalamualaikum, Umah, Aisyah." Salam Syahira seraya mencium takzim punggung tangan Fatma.
"Waalaikumsalam, Nak."
"Waalaikumsalam, Mbak! Aisyah kangen." Beda dengan Fatma, Aisyah lebih memilih memeluk erat Syahira.
"Mbak juga, Syah. Apa kabar kalian?" Syahira melerai pelukan seraya kembali ke tempat duduknya.
"Alhamdulillah. Kamu sendiri bagaimana, Nak? Ko pucat sekali, apa kamu sakit?" Berbondong pertanyaan di berikan Fatma sebagai awal pembicaraan.
"Cuma sedikit pusing dan mual saja. Mungkin masuk angin."
"Pasti Mbak sering duduk di balkon pas malam ya?" Tebak Aisyah.
"Hehe iya."
"Kamu itu harus jaga kesehatan. Gak baik terus memikirkan sesuatu secara berlarut-larut. Ya, mungkin masalah sekarang sangat mengganggumu tapi janganlah menyakiti diri kamu," nasihat Umah.
Syahira terdiam, elusan lembut di berikan Fatma demi menenangkan gadis itu. Sementara Aisyah hanya akan menyimak saja, jangan sampai karenanya masalah kepergian Sella ke Amerika terungkap. Sudah cukup beban pikiran yang Syahira tanggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ning & Gus
RomanceDi dalam mencintai harus ada ke ikhlasan tentunya. Entah itu ikhlas dalam menerima kenyataan yang tak sesuai harapan ataupun ikhlas membiarkan yang di cintai melabuhkan hatinya pada yang lain. Seperti halnya gadis jawa yang lemah lembut ini, ia haru...