Dilihatnya kini oleh Syahira adalah seorang wanita dengan pakaian sederhana namun tak menghilangkan wajah cantiknya. Wanita yang ada di hadapannya sekarang tak lain dan tak bukan ialah Sella, sosok yang sempat membuat Syahira merasakan api cemburu.
Sella tersenyum, lalu mengulurkan tangannya, "saya Sella, sabahat dari Faiz dan sekaligus santri baru di sini," ujarnya dengan logat bicara khas pelancong asing, mungkin dia baru belajar akan bahasa Indonesia.
Syahira pun membalas jabatan tangan tersebut, "Syahira." Hanya perkenalan singkat saja.
"Syahira ini istri saya, Sel. Dia akan mengajarimu lebih dalam menjadi seorang wanita muslimah." Faiz yang ada di tengah-tengah mereka lantas menjelaskan maksud memperkenalkan Syahira dan Sella di halaman pesantren kini.
Terlihat raut kaget Sella ketika Faiz berkata demikian, "oh soryy. Saya tidak tahu kamu sudah menikah."
"Ini juga salah saya tidak memberitahu kamu." Sungkan Faiz seraya melirik Syahira, "baiklah, Adek di sini dulu ya. Mas ada urusan di luar, nanti kita pulangnya bareng."
Syahira membalas dengan anggukan, "iya, Mas." Kemudian gadis itu mencium punggung tangan Faiz.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," sahut serentak Syahira dan Sella.
Punggung Faiz kian menjauh, derap langkahnya semakin samar. Syahira melirik Sella, lalu tersenyum tipis. "Mari kita mengobrol di taman asrama saja. Bagaimana?"
"Boleh, ayo."
Mereka pun berjalan beriringan, lalu mendudukan dirinya di sebuah taman asrama. Tempat ini biasa di gunakan para santri untuk menghafal, suasana tenang dan nyaman seolah menjadi alat agar akal bisa menerima cepat apa yang akan di hafalkan.
Terlihat jelas ketika Syahira dan Sella mendudukan diri di sebuah bangku, pemandangan para santri yang sedang membaca kitab alfiyah dengan khusyunya. Karena tidak ada niat untuk menggangu mereka, akhirnya Syahira dan Sella memilih bangku yang lumayan terbentang jarak.
"Aku denger kamu seorang mualaf ya? Kalau boleh tahu apa alasan kamu memutuskan hal itu?" Tanya Syahira membuka pembicaraan.
"Iya, benar. Saya memilih islam sebagai agama saya bukan tanpa alasan, Faiz lah yang mengenalkan saya pada Allah di saat saya berpikir bahwa hidup saya adalah derita bagi diri saya. Mungkin bisa di bilang, Faiz sebagai alasan keputusan saya itu."
Syahira tersentak kaget, bagaimana bisa seseorang memutuskan langkah hidupnya karena manusia. Terlebih ketika mendengar nama Faiz terucap. Apa Faiz mengetahui alasan Sella itu? Sepertinya hal ini harus di luruskan sebelum nantinya malah menjadi bumerang untuk Sella sendiri.
"Kamu tahu Sella, pilihan dalam hidup tak seharunya beralaskan manusia. Termasuk agama. Pilihlah jati dirimu menurut kata hati dan akalmu. Karena apa yang kamu putuskan, apa yang kamu pilih, semua itu akan di lakukan olehmu bukan orang lain."
"Apa kamu cemburu saya menjadikan Faiz sebagai alasan saya?"
"Tidak. Apa yang kita bicarakan tidak ada hubungannya dengan perasaan aku pada suamiku."
Sella menatap lurus kembali, lalu menghembuskan nafas dengan berat. "Ah baiklah. Apa yang kamu katakan tadi benar. Tapi saya tidak bisa membohongi diri sendiri, kalau saya mengagumi sosok Faiz sebelum menikah denganmu ataupun sekarang."
Sedikit sesak mendengar hal itu, namun Syahira berusaha menetralkan rasa percikan amarah itu.
"Sebelum saya mengenal Faiz, saya pikir hanya seorang wanita saja yang dapat memahami perasaan saya pada saat itu. Namun, tidak. Ternyata, Faiz sosok laki-laki pertama yang dapat memahami perasaan saya dan menolong saya pada kelamnya kehidupan. He is like an angle, you know?"
![](https://img.wattpad.com/cover/193880132-288-k260406.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ning & Gus
RomanceDi dalam mencintai harus ada ke ikhlasan tentunya. Entah itu ikhlas dalam menerima kenyataan yang tak sesuai harapan ataupun ikhlas membiarkan yang di cintai melabuhkan hatinya pada yang lain. Seperti halnya gadis jawa yang lemah lembut ini, ia haru...