Kepergian Sella

21.1K 1.3K 14
                                        

Telah tiga hari dua hati di pisahkan dengan terbentangnya jarak. Hanya bisa menyalurkan rindu lewat jejak-jejak doa. Selama itu pula Syahira akan terus menanti, dan Faiz akan berjuang menjemput bidadarinya kembali ke rumah.

Banyak cara Faiz untuk berbicara pada Sella secara baik-baik, namun anehnya gadis bule itu selalu menghindar. Entah apa yang terjadi, itu sangat sulit untuk Faiz membuktikan bahwa dirinya tidak salah di hadapan mertuanya.

Satu hal yang masih Faiz bersyukur atas masalah ini, yaitu tidak berhembusnya kabar tersebut di kalangan pesantren. Karena bisa saja abinya yang menanggung malu. Mungkin Faiz bisa saja berkata kalau dirinya tidak salah, tapi orang-orang tetap akan percaya pada sebuah kabar yang mereka dengar. Selagi tidak ada bukti, Faiz tetaplah di anggap salah.

Embusan nafas lirih mengakhiri lamunan Faiz kala itu, jemari dan hatinya tetap melafalkan zikir seraya kelopak mata yang terpejam. Hanya dengan ini Faiz bisa berfikir jernih.

Hingga sebuah salam membelai telinganya, seketika kelopak mata Faiz terbuka. Lelaki itu menoleh, "waalaikumsalam, ada apa Syah?"

"Aisyah mau memberitahu Abang sesuatu." Prolognya seraya mendudukan diri di bangku.

"Apa?"

"Kemarin Aisyah sudah berhasil membujuk Mbak Sella untuk berkata meluruskan fitnah itu."

Faiz menoleh cepat, binar matanya begitu terlihat. "Kamu serius, Dek?"

"Iya, serius. Namun, Mbak Sella kemarin meminta Aisyah waktu untuk bicaranya."

"Sampai kapan?"

"Entah. Cobalah sekarang temui, Mbak Sellanya."

Faiz tersenyum, inilah yang Aisyah nantikan sejak kemarin. Yaitu kebahagian abangnya, "ya Allah. Terima kasih, Dek. Kamu adik terbaik dan paling cantik, makin sayang deh."

Aisyah memutar bola matanya dengan malas, sudah menjadi kebiasan Faiz ketika mendapat bantuan Aisyah. Iya, Aisya tahu dirinya memang terlahir dengan hati yang baik dan cantik pula--pujinya sendiri kala itu.

"Iya, iya. Aisyah memang cantik! Sana, temui sendiri terus bicara minta tolongnya jangan pake emosi. Takutnya nanti Mbak Sella berubah pikiran."

"Siap! Terima kasih sekali lagi, adik kecil." Faiz mencubit pipi Aisyah lalu melenggang begitu saja. Sedangkan Aisyah yang mendapat perlakuan tersebut hanya mengembungkan pipinya, kesal.

🍃🍃🍃🍃

"Aisyah!"

Si empunya nama tersentak bersamaan tangannya menutup dengan sempontan buku yang di pegang. Gadis itu beristigfar, "ada apa sih, Bang. Ngagetin aja," gurutu Aisyah.

"Kamu lihat Sella tidak? Abang sudah cari lewat seksi pengamanan asrama wanita tapi katanya tidak ada, trus Abang cari di masjid dan kelasnya pun nggak ada," jelas Faiz tanpa sabaran. Lelaki itu hanya takut, ya takut jika nanti Sella hilang tanpa kabar kembali seperti waktu lalu.

"Hah? Tadi pagi ada ko, coba deh Aisyah cari di kamarnya sama tanya ke teman-teman. Abang tanyakan gih ke pengawas gerbang pesantren." Aisyah pun sama kagetnya, semua di luar dari yang di rencanakan.

"Yasudah. Abang akan tanyakan. Tolong bantu ya, Syah."

"Iya, pasti."

"Assalamualaikum."

Aisyah menatap Faiz yang berlalu dengan langkah tergeropoh, "waalaikumsalam."

Ning & GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang