Tak pernah terpikir untuk menyakiti, tak pernah ada niat untuk menoreh luka. Ini semua terjadi seiring waktu berjalan, dan tidak adanya keberanian untuk saling mengungkapkan rasa masing-masing. Keduanya memilih membalut rasa cinta itu dengan diam dan berharap Allah menyatukan. Padahal kita pun haruslah ada usaha untuk tercipta sebuah hubungan itu.
Ya, semua sudah terjadi. Masihkah ada waktu untuk Faiz meluruskan? Masihkah ada kesempatan untuk dirinya merubah keadaan?
Jika memang ia bisa, pastilah ada hati lainnya yang ia torehkan luka. Hati yang seharusnya tak ikut campur dalam permasalahan ini. Kini Faiz terjebak dalam sebuah pilihan, yaitu antara melanjutkan atau memperjuangkan.
Kesalahpahaman ini sudah berjalan setengah jalan. Resa, yang tak lain sahabat Syahira telah menjadi calon istrinya. Prosesi ikatan halal itu akan di adakan lusa, tapi hati Faiz masih saja belum bisa membiasakan dirinya mencintai calon istrinya tersebut. Bukankah Faiz egois?
Dan Syahira, sosok yang menjadi alasan dari terciptanya kebimbangan Faiz itu, tak pernah terlihat seperti biasa. Entah mengapa gadis itu menghilang semenjak ia melamar Resa. Sejujurnya Faiz ingin menjelaskan jika memang Syahira merasa terluka oleh hadirnya Faiz, karena lelaki itu tak ingin menyakiti seorang perempuan--entah siapapun dia.
Tak seharusnya Faiz memikirkan gadis lain, sementara lusa adalah hari spesialnya bersama gadis pilihan Abuya Ilham yang di percayakan menjadi sosok pendamping untuk Faiz. Ia tahu ini sudah sangat salah.
"Assalamualikum."
Suara itu mengintruksi Faiz untuk menoleh, ternyata dia Resa---calon istrinya. Faiz mengelum senyum tipis, "waalaikumsalam, iya ada apa?"
"Afwan, ganggu Gus. Gus, di panggil Umah Fatma ke ruangan."
"Oh, oke. Kalau begitu saya permisi dulu, assalamualikum."
"Waalaikumsalam."
Faiz perlahan berlalu, tanpa sadar Resa yang masih menatap lelaki itu tersenyum miris.
🍃🍃🍃🍃
"Ada apa Umah panggil, Faiz?" Tanya lelaki itu seraya duduk di sebelah wanita paruh baya yang sedang asik memeriksa sebuah catatan.
"Ini loh, tendanya mau warna apa biar besok langsung pasang di sini."
Faiz menghembuskan nafas kasar, "seterah Umah, Faiz gak tahu tenda yang bagus seperti apa."
Mendengar jawaban putranya yang terlihat acuh, Fatma lantas mengalihkan pandangannya. "Kamu kenapa, toh le? Sebentar lagi pernikahanmu akan digelar ya masa gak ada semangat gini."
"Nggak apa-apa, Umah." Ujar Faiz seraya tersenyum.
"Oh yasudah. Kamu boleh lanjut ngajarnya, dan tolong ya jaga juga kelas lavender."
Kening Faiz mengerut, "bukannya itu kelas yang harus di jaga Syahira? Memang Syahira kemana?" Ini lah waktu yang tepat untuk lelaki itu keberadaan Syahira.
"Dia sudah tidak mengajar di sini, kemarin lusa Kiyai Ali datang menjelaskan pengunduran diri Syahira."
"Mengundurkan diri? Tapi kenapa Umah?"
Fatma terlihat berfikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya. "Umah juga tidak tahu, Nak. Itu sudah keputusan Syahira."
Lagi-lagi Faiz tak mendapatkan info yang dapat membantunya mencari Syahira. Haruskah Faiz kerumahnya?

KAMU SEDANG MEMBACA
Ning & Gus
RomansaDi dalam mencintai harus ada ke ikhlasan tentunya. Entah itu ikhlas dalam menerima kenyataan yang tak sesuai harapan ataupun ikhlas membiarkan yang di cintai melabuhkan hatinya pada yang lain. Seperti halnya gadis jawa yang lemah lembut ini, ia haru...