Titipan Allah

25.1K 1.4K 42
                                        

Seindahnya pelangi, dia akan tetap meninggalkan sang langit. Sesakitnya mawar bila disentuh, dia akan tetap memberikan keindahannya pada si penganggum.

-Ning&Gus-

____________________________

Pagi hari ini suasana rumah seketika berubah menjadi kepanikan, seisi rumah mengkhawatirkan sang nona muda dengan wajah pucatnya itu yang sudah tergeletak tak sadarkan diri di kamarnya. Semua aktivitas teralihkan oleh si gadis tersebut.

"Cepat siapkan mobil, Abi! Kita bawa Syahira ke rumah sakit!" Lirih Khodijah, dengan linang air mata yang sudah membasahi pipi keriputnya.

Tanpa berkata Ali lantas melenggang keluar kamar dengan tergesa-gesa untuk mengeluarkan mobil dari garasi. Sementara itu Syahira--nona muda yang di maksud tadi--masih menutup matanya, terhempas pada ketidaksadarannya.

"Bagunlah, Nak. Jangan membuat Umi khawatir untuk kedua kalinya." Khodijah masih berceloteh pada tubuh Syahira yang ada di pangkuannya. Wanita paruh baya itu takut, ya takut apa yang sudah menghilang dari tubuh Syahira akan kembali lagi.

"Sing sabar, Nyonya. Ning Syahira pasti akan baik-baik saja," sahut mbok Rami. Wanita tersebut juga sama paniknya, terlebih dialah yang pertama kali menemukan Syahira tergelatak di atas sajadah.

Detik berikutnya, Ali datang dan lantas membopong tubuh Syahira. Langkah pria paruh baya tersebut di ikuti Khodijah. Sementara mbok Rami tidak bisa ikut ke rumah sakit, karena harus jaga rumah. Beliau hanya bisa mendoakan untuk keselamatan sang anak majikan.

Setelah memasuki mobil, Ali lantas membawa kuda besi tersebut dengan lajunya. Beribu doa senantiasa terucap di hati kedua orang yang amat Syahira sayangi.

Tak perlu waktu lama, mereka akhirnya sampai di rumah sakit. Dengan tergesa, Ali memberitahu suster untuk segera mengobati putrinya tersebut. Dan alhamdulillah dengan segala kecekatan petugas rumah sakit, Syahira telah terbaring di UGD dan tengah di tangani.

Kini tinggalah Khodijah dan Ali menunggu di pintu UGD dengan harap cemas, serata doa yang masih terucap. Tidak ada orang tua yang khawatir dan sedih melihat anaknya sedang dalam keadaan seperti Syahira kini.

🍃🍃🍃🍃

"Ada janin yang tumbuh di rahim Bu Syahira. Kehamilan itu sudah terdektesi sekitar tiga minggu. Saya harap Bu Syahira jaga kesehatan, jangan sampe cape, dan jangan lupa makan. Karena Bu Syahira pernah mengalami kanker leukimia, takutnya hal itu akan berpengaruh pada kendungan, Ibu."

Perkataan dokter tadi terus terngiang-ngiang di telinga Syahira. Pernyataan tersebut membuat Syahira berada di dua pilihan, antara senang dan takut. Senang karena akhirnya ia bisa hamil dan takut jika pada akhirnya anak ini tidak bisa merasakan sosok ayah dalam hidupnya. Syahira sangat tak ingin itu terjadi.

Faiz akan tetap menjadi ayah dan juga suami untuk Syahira. Hanya saja sekarang waktu belum bisa memperjelas masalah ini. Syahira tidak tahu kapan akan akhir nestapa ini. Kendati, diantara derita yang menghadang terdapat sedikit kebahagian atas kehadiran sosok permata kecil dalam rahimnya. Titipan Allah yang begitu berharga.

Terdengar embusan nafas lirih dari Syahira, gadis itu mengalihkan tatapannya ke arah jendela mobil. Setelah menjalani proses pemulihan Syahira di rumah sakit, kini ia dan kedua orang tuanya di perbolehkan pulang.

Ning & GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang