Ting nong
Suara nyaring bel lantas mengalihkan fokus Syahira yang sedang membaca mushaf al-qurannya. Gadis itu melirik Faiz yang sama halnya teralihkan fokus.
"Biar Adek yang buka." Tanpa mendengar jawaban Faiz, Syahira lantas keluar kamar.
Dengan langkah tergeropoh, ia berhasil mencapai pintu utama itu. Lalu dibukanya pintu tersebut, dan tepat di sana menampilkan sosok wanita yang akhir-akhir ini selalu menjadi alasan pergulatan emosi Syahira. Dia Sella.
"Assalamualaikum, Syahira."
"Waalaikumsalam. Ada apa ya? Ko kamu bisa ke mari?" Pertanyaan yang begitu sempontan Syahira ucapkan, namun nada bicaranya masih halus.
"Saya tadi sudah izin ke pihak seksi keamanan pesantren. Dan saya ke sini ingin berbicara hal penting kepada kamu dan Faiz."
"Oh, baiklah. Silahkan masuk, biar aku panggilkan Faiz sebentar." Ujar Syahira seraya mempersilahkan.
Gadis itu menggiring Sella ke ruang tamu, kemudian menaiki anak tangga untuk memanggil Faiz yang ada di kamar. Perasaan Syahira begitu tak tenang sekarang, entah karena apa.
Menit berikutnya baik Syahira, Sella dan Faiz sudah sama-sama berkumpul di ruang tamu ini. Suasana perlahan menjadi serius, bahkan Syahira sendari tadi meremas tangannya dengan kuat.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Faiz memecah keheningan.
Terlihat Sella melirik Syahira sekilas, lalu menghembuskan nafas secara samar. "Aku hamil, Faiz."
Baik Faiz dan Syahira langsung menampilkan raut kagetnya, "astagfirullah." Ujar keduanya secara bersamaan.
"Siapa yang melakukan ini padamu? Katakan biar aku bisa meminta dia menikahimu."
Hening. Tak ada jawaban dari Sella. Beribu rasa penasaran menyeruak di antara Faiz dan Syahira.
"Kamu orangnya. Faiz Izadi Syaid."
Deg.
Hati Syahira bagai terjatuh dengan bebas, rasa sesak bagai terhimpit tembok dan beribu kelukaan menyerbu menorehkan derita. Kenyataan macam apa ini?
"Kamu bicara apa Sella?! Aku gak mungkin melakukan hal itu! Jangan mengada-ngada untuk membalaskan cintamu itu!" Dengan tegas Faiz membantah, lelaki itu menatap Syahira yang sudah siap menumpahkan air matanya, namun gadis itu diam tanpa ekspresi.
"Adek, tolong sekali saja kamu jangan dengarkan perkataan Sella tadi. Mas gak mungkin mengkhianati kamu, orang tua kita, dan Allah." Ujar Faiz seraya perlahan menggengam jemari Syahira.
Namun, detik berikutnya Syahira melepaskan genggaman itu. Ia menyeka air mata seraya beranjak dari duduknya, lalu berjalan ke arah kamar. Gadis itu terlalu syok akan semua yang tiba-tiba ini.
Syahira menutup pintu kamarnya, tubuhnya ambruk seketika di samping ranjang. Kakinya tak kuasa melangkah lagi, otot-otot tubuh seolah telah mati.
Ujian apa sebenarnya yang Allah beri untuk Syhaira? Tak cukupkah ia terluka?
Ternyata bahagia yang diberikan hanya sementara, dan begitu cepat pula di gantikan nestapa yang mendera. Kesalahan fatal Faiz sungguh menghancurkan kepercayaan Syahira lagi, hatinya yang awal bisa memaafkan kini seolah tidak ada lagi kata itu.
Tak menyangka semua terjadi, semesta semakin lihai mempermainkan hatinya. Apakah ikatan yang sudah terjalin ini akan putus secepat ini? Apa ini yang di inginkan takdir untuk Syahira?
Tolong Syahira tak mengerti pada semua kenyataan hari ini.
Gadis itu meringkuh lututnya seraya menyenderkan badan pada pinggiran ranjang. Syahira terduduk tak berdaya, tubuhnya sakit dan hatinya pun demikian. Ternyata membangun rumah tangga yang bahagia seperti yang di ceritakan uminya tak lah mudah, semua perlu hati yang tangguh. Dan kini hati Syahira sudah mengibarkan bendera putih sebelum berjuang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ning & Gus
RomanceDi dalam mencintai harus ada ke ikhlasan tentunya. Entah itu ikhlas dalam menerima kenyataan yang tak sesuai harapan ataupun ikhlas membiarkan yang di cintai melabuhkan hatinya pada yang lain. Seperti halnya gadis jawa yang lemah lembut ini, ia haru...