Keluarga As-Syaid

27.1K 1.6K 14
                                    

Membangun sebuah rumah tangga tak hanya tentang dicintai ataupun mencintai, namun harus ada rasa saling melindungi dan rasa percaya terhadap pasangan hidupnya. Tinggal dalam satu atap membuat keduanya haruslah bersikap dan berpikir dewasa.

Seperti hal yang harus Syahira dan Faiz terapkan sekarang. Ketika mereka memutuskan untuk pindah ke rumah yang telah di siapkan di situlah awal tugas Faiz sebagai suami dan Syahira sebagai seorang istri akan di mulai.

Rumah dengan berdominasi cat putih gading dan coklat muda itu telah di persiapkan Faiz sebelum lelaki itu mengenal Syahira, dan kini impian Faiz untuk mendiami rumah itu bersama sang istri dan anak-anak nya kelak sudah akan tercapai.

"Di minum tehnya, Mas." Kedatangan Syahira dengan gelas berisi teh di tangannya membuat fokus Faiz yang sedang membaca buku terpecah.

Lelaki itu tersenyum, "terima kasih, Sayanga." Lalu melanjutkan kegiatan membacanya.

Karena tak ingin rasa bosan menyergapnya ketika menunggu Faiz selesai membaca, Syahira memutuskan untuk ikut membaca sebuah novel yang baru di belinya waktu lalu.

Gadis itu menghampiri rak-rak buku yang memang tersusun di kamar, namun ketika tangannya menarik buku yang akan dibaca tiba-tiba saja sebuah amplop putih terjatuh. Segera Syahira meraihnya.

Ternyata itu surat yang di berikan Resa waktu itu. Syahira hampir lupa untuk membaca. Hingga pada akhirnya gadis itu menunda kegiatan baca bukunya dengan melihat isi surat itu.

Seraya duduk di samping Faiz, gadis itu membuka pelan amplop tersebut.

Assalamualaikum, Syahira.
Aku tidak tahu harus menulis dari mana di dalam surat ini. Mungkin kata maaf yang harus kuungkapkan karena tidak bisa hadir di hari bahagiamu. Aku mempunyai alasan untuk hal itu, salah satunya alasanku adalah agar rasaku ini tak menghalangi apa yang sudah kuputuskan.

Semua sudah kupikirkan baik-baik, Hira. Kamu tidak perlu merasa bersalah atau apapun, karena apa yang kulakukan semata-mata hanya ingin menjadi lebih berguna dan manfaat seperti dirimu. Perjalanan studyku ke Turki mungkin akan menjadi awal perjalanan pencarian pelabuhan terakhir untuk hati ini.

Kamu jaga baik-baik pernikahanmu, dan janganlah bersedih lagi, karena aku berharap keputusan ini dapat membuat bahagia abadi dalam hidupmu.

Aku akan kembali Syahira, namun entah kapan. Doakan saja aku kembali bersama pelindungku yang sudah di takdirkan Allah untukku. Amin.

_Resa Vitriani

Setelahnya sebuah buliran air mata lolos begitu saja, surat yang di genggamnya kian di remas. Suara isak tangis Syahira memancing perhatian Faiz yang sedang membaca.

Lelaki itu kaget, bahkan buku yang di pegangnya terlepas begitu saja. "Kamu kenapa, Dek?" Tanya Faiz seraya menggenggam tangan istrinya itu.

Tak ada jawaban dari gadisnya itu, hanya ada tangisan. Hingga mata Faiz menangkap secercak kertas yang di genggam Syahira. Dan di situlah Faiz mulai paham apa yang sedang terjadi.

Lantas Faiz merangkup wajah Syahira, sehingga gadis itu kini tepat berada pada tatapannya. "Adek sudah baca surat itu, Huh?" Kini suara Faiz semakin melembut. Hanya anggukan saja menjadi jawaban Syahira kala itu.

"Trus kenapa nangis, hem?" Ucapnya seraya jari-jarinya menghapus pelahan buliran air mata itu. "Resa memutuskan hal itu untuk buat Adek bahagia, trus kenapa Adek menangis gini? Apa Adek menyesal menikah dengan Mas?"

Hal itu membuat Syahira menggeleng cepat, "nggak seperti itu, Mas. Adek hanya merasa malu karena waktu itu, Adek merasa paling tersakiti padahal Resa lah yang paling sakit dalam hal ini."

Ning & GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang