[4] Drowning

11K 1.7K 693
                                    

Now the size of my heart

is only a real whale

The shark in my mind

is no longer there

(Long Flight—Taeyong NCT)


~oOo~

Penipu sekejap waktu meninggalkan luka membiru. Penipu sepanjang waktu menciptakan luka sedalam tikaman sembilu.

~oOo~


Sienna mengerjapkan mata perlahan. Aroma terapi lembut terhidu indera penciumannya. Warna putih mendominasi dan terasa asing. Cewek itu berusaha bangun dan terkesiap begitu melihat Raven duduk tidak jauh dari tempat tidur.

"Ampun!" teriak Sienna sambil menutupi wajah dengan bantal yang terangkat. "Pergi Kak! Please. Gue takut elo, takut gue. Ampun." Ceracau Sienna.

"Lo kenapa?" Raven malah mendekat selangkah dan membuat Sienna makin menciut menghimpit ranjang.

Kepala Sienna menggeleng-geleng keras. "Kak gue lemes, nggak ada tenaga buat ngelawan. Please, lo pergi Kak, gue udah ngaku kalah."

Raven mengernyit tidak mengerti. "Apa deh?"

"Ornithophobia."

Mata Raven menyipit. Masih tidak mengerti. Dia bergerak duduk di sebelah Sienna tapi cewek itu malah nyaris terjungkal karena berusaha menjauh.

"SEARCHING KAK! JANGAN PAKSA GUE NGASIH TAHU. NYEBUT NAMANYA AJA BIKIN GUE MUNTAH!"

Raven mengusap wajah. Astaga, anak ini. Mengaku takut tapi reaksi defensifnya mengerikan begitu. Dengan patuh, Raven membuka ponsel dan mengetik perintah Sienna. Cowok itu sibuk menekuri laman Google dengan ekspresi serius.

"Lo takut sama burung?" tanya Raven simpati.

Pertanyaan Raven tidak menemukan jawaban karena ternyata cewek itu sudah menghilang. Raven disusupi rasa kesal. Dia memejamkan mata untuk menyesap kejengkelannya, tapi begitu membuka mata entah kenapa dia jadi terkekeh. Mata burung gagaknya berkilat licik. Permainan akan menarik.

oOo

Hari pertama sekolah sudah berakhir. Sienna bersenandung riang sambil menjejalkan amplop berkop OSIS ke dalam tas. Yes, aku berhasil mengelabuhi si gagak gila!

Gimmick tadi harusnya cukup jadi alasan bahwa dia tidak perlu ikut MPLS besok. 'Sakit karena dikerjai Kak Raven sampai muntah-muntah'. Kira-kira begitu besok alasan yang akan digunakannya. Dia memang fobia burung, tapi ketakutan itu tidak muncul berlebihan hanya karena menyebut kata 'burung' atau 'raven'. Geli sih, tapi masih bisa ditoleransi.

"Fendiheart belum pulang?"

Sienna mengerlingkan mata. Fendi kembali ke kelas yang sudah kosong lalu duduk di sebelahnya. "Yang lo maksud Fendiheart itu siapa? Nama gue Si-en-na, kalau lo lupa!"

"Fendiheart itu masih satu aliranlah sama Ravenheart." Fendi terkekeh. "Tadi bukannya jam istirahat lo nyari dia? Masa nggak kena rayuan maut?"

Sienna berjengit. "Si burung gagak aneh itu?" Sienna berlagak mau muntah. Akting tambahan supaya kalau ada yang bertanya, Fendi bisa membantu memuluskan gimmick-nya.

"Jangan sembarangan. Dia itu panutan gue. Brengsek tapi nggak ada yang bisa benci. Philanderer tapi tetep pada baper. Sosok terpuji tapi tidak ingin dipuji. Mengaku penjahat padahal orang hebat. Good boy tapi playboy. Seolah bisa dimiliki, tapi tidak tersentuh meski seinchi. Bingung nggak lo? Cuma dia yang bisa begitu. Idola banget!"

Hellove [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang