Follow Instagram & Wattpad @ayawidjaja dulu sebelum baca, biar nggak kualat
Hello darkness, my old friend
I've come to talk with you again
(The Sound of Silence--Distrubed)
~oOo~
Kemudian, tidak ada yang tahu ke mana langkah selanjutnya harus terarah
Asa direnggut gundah dan pegangan mulai goyah
~oOo~
Rekta mondar-mandir dari halaman, lorong ruang ekskul sampai auditorium. Sienna menghilang. Panggilan ke ponselnya tidak diangkat. Rekta tidak paham kenapa dia harus segundah ini. Padahal bisa saja Sienna sedang sibuk berkoordinasi dengan beberapa ekskul terkait peminjaman properti untuk pentas, mengkalkulasi tiket yang terjual, atau apapun itu. H-1 pentas tunggal teater pasti semua orang tengah sibuk, tapi kenapa Rekta justru sibuk memikirkan Sienna?
"Bang, lighting-nya sudah datang dan lagi dipasang." Secca menghampiri Rekta yang berdiri di balkon depan lorong ekskul. "Control room-nya jadi mau di taruh di mana?"
"Di atas saja, Ca."
"Oke, Bang." Secca menyodorkan bungkusan untuk Rekta sambil tersenyum.
"Apa ini?"
"Gue lihat, Bang Rekta dari tadi belum makan." Jemari kedua tangan Secca mengait satu sama lain. Wajahnya memerah karena malu bercampur gugup.
"Oh,thanks. By the way,"
"Ya?" Secca menyelipkan anak rambut ke telinga.
"Lihat Sienna nggak?"
Senyum Secca yang diseting seimut mungkin langsung musnah. "Nggak tahu deh. Orang pada sibuk dia ngilang dari tadi." Selesai bicara begitu, Secca langsung pergi dengan bibir ditekuk.
Rekta baru akan mengikuti langkah Secca ke auditorium saat Sienna muncul di ujung koridor. Baju cewek itu basah kuyup. Rekta bergegas menghampiri. Rautnya langsung terlihat cemas. "Lo dari mana sampai kehujanan begini?"
Sienna menggigiti bibir. Bingung harus menjawab pertanyaan Rekta yang tiba-tiba mengadangnya. Semua orang sibuk dengan persiapan pentas, sedangkan dirinya sibuk memikirkan Raven. Menggelikan sekali. "Gue ... gue nggak apa-apa kok." Dia menggaruk kepala untuk mencari ide kabur. "Gue mau ngecek dulu apa lighting-nya sudah sampai." Sienna beranjak meninggalkan Rekta tapi cowok itu menahannya.
Rekta melepas jaketnya dan mengenakannya di punggung Sienna. Tepat saat itu juga, Raven muncul di ujung koridor yang sama, dengan baju yang sama kuyupnya.
Ketiganya bertemu pandang dengan tatapan yang sama-sama dipenuhi tanda tanya. Raven melangkah perlahan menuju Sienna dan Rekta.
"Lo diisengin sama dia lagi, Sien?" Rekta menunjuk Raven dengan dagu. Matanya tidak lepas dari Sienna yang menggigil kedinginan.
Raven berhenti ketika jaraknya tinggal selangkah menuju dua orang itu.
"Mulai saat ini," Rekta bicara pada Sienna tapi tatapannya yang menusuk ditujukan pada Raven. "Gue nggak bakal diam kalau ada yang ganggu lo."
"Gue nggak apa-apa. Kak Raven nggak salah apa-apa." Suara Sienna sarat permohonan. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan apa yang terjadi.
Rekta meraih bahu Sienna dan membawa cewek itu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hellove [SUDAH TERBIT]
Teen FictionSienna Fazura Aileen dijebak menggantikan Wakil Sekretaris OSIS yang mengundurkan diri. Baru sehari menjabat, Sienna sudah mencium ketidakberesan dalam diri ketua OSIS-nya, Raven Kresna Amarta. Bagaimana tidak, tugas utamanya adalah MENCATAT BIODATA...