[9] Troublesome Problem

8.5K 1.4K 818
                                    

You're sittin' on your feelings

I'm sittin' on my throne

I ain't got no time for the troubles in your eyes

This time I'm only lookin' at me, myself and I

I'm goin' solo

(Solo—Jennie Kim)


~oOo~

Kita saling menyukai. Aku padamu. Kamu pada yang lain.

~oOo~


Hari ini semua pengurus OSIS dan ekskul dikumpulkan di auditorium. Dilaksanakan raker sekaligus perkenalan Sienna sebagai wakil sekretaris OSIS yang baru. Berita itu mungkin sudah menyebar di akun gosip lokal DHS, tapi secara resmi Sienna tetap harus diperkenalkan.

"Mau ke mana sih lo?" Raven menarik tangan Sienna yang bergegas masuk ke auditorium.

"Ya masuk ke auditoriumlah. Emang ke mana lagi?" Sienna langsung sengit. Pasalnya, pengurus inti OSIS yang lain sudah masuk ke ruangan. "Gue mau cari tempat duduk yang strategis. Salah? Nggak terima gue rajin?"

Bibir Raven menyudut. Matanya mengerling tak yakin dengan pernyataan Sienna. "Strategis yang lo maksud itu, pojok paling belakang biar bisa main hape atau ngobrol?"

Sienna membeliak. Terkejut karena tebakan Raven benar. Matanya bergerilya mencari alasan untuk segera kabur karena auditorium semakin ramai, dan semua pengurus sudah masuk ke ruangan.

"Arrgghh! Kenapa sih lo selalu mempersoalkan hal-hal kecil? Ngajak berantem, Kak?" Sienna berkacak pinggang.

"Mau berlagak jadi macan lagi? Inget lo cuma kucing rumahan."

"Sebodo amat mau kucing rumahan atau kucing garong!" Sienna mempreteli ikat rambut yang dilingkarkan di pergelangan tangan kirinya. "Gue siap bikin gagak sengak kayak lo jadi rabies!" tantang Sienna sambil mengikat rambutnya tinggi-tinggi. Ikatannya yang kurang rapi membuat anak poninya berjatuhan ke dahi. "Ayo sini berantem! Cowok apaan lo, beraninya menindas junior! Cewek pula!" Secara sengaja Sienna menyinggung area ego pria.

Alih-alih tersinggung Raven malah memejamkan mata sejenak menahan senyum. Sienna sudah pasang kuda-kuda, siap perang. Raven malah menjulurkan tangan sambil menyibak poni Sienna. Pukulan pertama Sienna ke lengan Raven disambut tawa. Seperti mantra sihir, suara tawa Raven malah membuat Sienna membeku.

"Pakai cara kasar? Hmm?" Dengan mudah, Raven menangkap tangan Sienna.

Jantung Sienna meletup ketika Raven mendongakkan kepalanya. Mereka bertatapan tanpa penghalang.

"Boleh. Gue juga nggak bakal melawan." Raven mengulum senyum. "Tapi di sini ada banyak saksi mata. Palingan besok lo dicincang sama Ravenheart."

Sienna meneguk ludah. Matanya nanar memandangi Raven. "Tukang ngancem!"

Raven tersenyum tenang. "Kalau nggak mau itu terjadi," bisiknya di sebelah Sienna. "Mulai detik ini, hingga masa jabatan lo sebagai wakil sekretaris berakhir, lo nggak boleh jauh-jauh dari gue. Jalan selangkah di belakang gue dan duduk tepat di sebelah gue. Ngerti?"

"Kenapa gitu?!" protes Sienna. Kaki Sienna mengentak-ngentak kesal. Dia sudah akan menyemburkan protes, tapi Raven sudah masuk ke auditorium yang sudah penuh.

Sienna berusaha mengejar sambil memanggil-manggil Raven. Kekesalan dalam suaranya membuat semua orang jadi menoleh ingin tahu. Auditorium yang penuh, mendadak hening. Sienna terhenti. Langkah kaki Raven menggema di ruangan.

Hellove [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang