[13] Little Things We Need

7.7K 1.3K 678
                                    

Little do you know

I know you're hurt while I'm sound asleep

Little do you know

All my mistakes are slowly drowning me

Little do you know

I'm trying to make it better piece by piece

(Little do you know—Alex & Sierra)


~oOo~

Kepalaku dipenuhi prasangka. Otakku dijejali praduga. Kenapa kita terus saling mencela dan menunggu salah satu celaka?

~oOo~


"Coba cicipin, apa ada rasa stroberi atau cherry atau mungkin tembakau?"

Sienna tidak bisa membayangkan ekspresi wajahnya saat itu. Mungkin sudah semerah kepiting. Dia jelas tidak sudi menyambar umpan Raven yang kelewatan. Satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah pergi meninggalkan kawanan terkutuk dan iblis laknat satu itu.

Sayangnya, tempat yang dipilih Sienna jelas bakal mempertemukannya lagi dengan Raven. Ruang OSIS.

Ale meminta semua inti OSIS berkumpul, jadi setelah—entah modus apa yang dilakukan Raven pada Olive, cowok itu masuk ke ruang OSIS. Duduk di sebelah Sienna sambil berbisik.

"Gimana yang tadi? Seru?" Raven mengerling. Suaranya lirih dan hanya bisa didengar Sienna. "Gue bisa mempermalukan lo lebih dari itu, kalau lo terus-terusan mengusik kehidupan pribadi gue."

Glek. Sienna kehilangan nyali. Semoga di ruangan ini tidak ada yang tahu apa yang terjadi tadi. Ujung jarinya masih memanas kalau teringat peristiwa bibir Raven di jarinya. Dua orang itu saling tatap dalam ketegangan. Sienna berusaha tegar dan Raven berusaha untuk tidak terlihat sangar.

"Guys," suara Ale memecah ketegangan antara Sienna dan Raven. Ale dengan anehnya mendadak mengumpulkan semua teman-teman inti OSIS. "Gue hari ini ultah, pada mau gue traktir nggak?"

"Anjir gue kira dikumpulin karena ada apaan... gue jelas nggak nolak!"

"Mau!"

"Selamat ultah, Le. Sering-sering ultah ya!"

Ketujuh anggota inti OSIS dijamu Ale untuk merayakan ulang tahunnya. Raven bertugas membawa mobil Ale dan mengantar semua orang pulang. Karena rute rumah Sienna yang melenceng jauh, Raven mengantarkannya paling belakangan.

"Duduk depan. Gue bukan supir taksi online." Perintah Raven setelah Dito turun dari mobil.

"Nggak bagus deket-deketan, yang ketiga setan," sahut Sienna bergeming duduk di belakang. Padahal dia sendiri iblis, sambung Sienna dalam hati.

Raven mendengkus. "Pindah, Sienna." Raven menunggu Sienna berganti posisi sambil menghubungkan ponselnya dengan audio mobil. "Denger ya, gue nyuruh lo pindah biar bisa mantengin Waze. Lo sebenarnya mau pulang atau ngarep nyasar jadi bisa lebih lama semobil sama gue?"

Sambil bersungut-sungut, Sienna membuka pintu mobil dan berganti posisi di sebelah Raven. Mobil langsung melaju begitu Sienna menerima ponsel Raven.

"Arahin yang bener."

"Iya, ih berisik!" keluh Sienna masih dongkol. Padahal dia sudah berencana tidur di belakang. Raven memang tidak pernah membiarkannya hidup tenang.

Hellove [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang