[12] Unexpected Touch

7.7K 1.3K 900
                                    

There's an energy

When you hold me

When you touch me

It's so powerful

I can feel it

When you hold me

When you touch me

It's so powerful

(Powerful—Major Lazer ft. Ellie Goulding)


~oOo~

Perang sudah dimulai. Tidak ada pedang. Tidak ada parang. Tapi, tidak ada kata damai.

~oOo~


Sienna terbungkuk-bungkuk karena napas dan tawanya memburu jadi satu. Punggungnya menyandar ke dinding deretan ruang ekskul. Tiba-tiba saja otaknya membayangkan Raven kalau malam berdandan menjadi cewek. Suara Raven berubah mendayu dan gerakannya jadi gemulai.

"Sebentar ya cin, gue dendong dulu pakai foundation biar cucok meong." Sienna bicara dan tertawa sendiri. Dia terkikik-kikik geli di sudut koridor. "Terus semalam kena razia satpol PP babak belur! Sukurin!"

"Lagi ngomongin siapa, Sienna?"

Suara di belakang kepala Sienna membuat cewek itu menoleh. Dia cepat berdehem dan menormalkan ekspresi. "Eh, Mas Rekta. Kok ke sini? Emang ada jadwal latihan teater hari ini?"

"Nyari lo." Rekta dalam balutan kemeja flannel warna maroon lengan panjang digulung sampai siku. Terlihat rapi. Pasti dari kampus. "Di telpon kok nggak diangkat?"

Mata Sienna membulat. Setengah tidak percaya Rekta mencarinya sampai kemari. Dia memang menyukai Rekta, tapi Rekta? Sienna tidak tahu. Dulu mereka memang dekat, tapi perbedaan usia membuat Sienna takut hanya dianggap sebagai adik. Itu sebabnya sekian lama Sienna hanya berani memendam segalanya dalam hati, dalam diam, dalam doa.

"Kok bengong?"

"Eh, anu.., itu..." Sienna tergeragap. "Tadi lagi ada rapat sama OSIS, Mas. Ke-kenapa gitu nyari gue?"

"Gue habis nyari bahan buat properti kuliah, terus kebetulan lewat sini jadi mampir. Lo bisa diganggu nggak? Gue mau ngajak jalan."

Dada Sienna dipenuhi bunga-bunga bermekaran seketika. Dalam sekejap, dia langsung lupa pada Raven, foundation, dan segalanya.

oOo

Sienna tidak keberatan walau cuma menghabiskan sore dengan berjalan-jalan mengitari Taman Suropati. Tidak masalah kalau cuma duduk-duduk sambil menikmati kudapan di abang-abang yang jajanan yang kebetulan mangkal. Tidak jadi soal kalau ada Rekta di sampingnya. Gila, mengkhayalkannya saja Sienna tidak berani, tapi Rekta yang tiba-tiba muncul dan mengajaknya pergi jelas anugerah yang tidak boleh dilewatkan.

"Om masih suka pindah-pindah kerja, Sien?"

"Yeps! Gue bahkan udah tiga kali pindah sekolah gara-gara bokap."

"Wow..."

"Nggak harus dipuji, Mas."

Rekta tertawa. Renyah. Dan Sienna suka.

"Mainlah ke rumah biar ketemu mereka," kata-kata itu meluncur dari mulut Sienna tiba-tiba dan seketika dia tegang sendiri karenanya.

"Kapan-kapan gue mampir deh."

Hellove [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang