1. Tinggi
2. Jago olahraga
3. Punya eyesmile
4. No berantem berantem club"Bacot lu Je, ini semua yang lu tulis Jeno banget."
Jea terkikil kecil. Sambil ngeraup makanan di kolong meja pas pelajaran matematika, dia ngedumel, sesekali ngelirik Bu Naya yang ngejelasin tentang lingkaran. Sabodo teuing kalo kata Jea.
"Bodo amat, sih. Cinta pertama gue." Jea senyum-senyum sendiri.
Yang awalnya kasmaran karena mikirin Jeno terus, tiba-tiba dia memekik kecil. O em ji ji ji --kata Jea. Disitu, ada Jeno. Lagi bopong tumpukan buku biologi yang dipinjam diperpustakaan.
"Jea! Ngapain kamu!" Bu Naya menghentak, Si Rena yang duduk disebelah Jea langsung nginjek kakinya.
"Lu sih bego. Bucin biadab." Bisik Rena sambil pura-pura memperhatikan papan tulis.
Jea mulai menggosok jempol dan telunjuknya pelan. "Itu bu, tadi ada serangga dibawah meja saya. Takut bu."
"Ck," Bu Naya berdecih. Sekarang dia menyuruh anak-anaknya mengerjakan buju tugas halaman 45. Jea dan Rena yang duduk dipojok belakang, nggak peduli. Mereka bahkan nyuruh Renjun untuk ngasih jawabannya nanti.
"Eh, Jun. Sini deh." Renjun langsung membalikkan badan, ngerjain dimeja Rena dan Jea yang lagi asik makan keripik makaroni pedas. "Nanti lu makan bareng Jeno kan?"
"Iya, kayak biasa. Kenapa? Lu mau nimbrung lagi?"
Rena melotot. Kayak nggak habis pikir aja gitu. "Ah Jea, jangan gitu dah. Malu tau gua." Rena otomatis keinget kejadian minggu lalu.
Jea yang asal nimbrung, malah dimarahin Jeno didepan anak-anak sekolahan. Katanya caper lah, banyak ngomong, sampis. Hadeuh. Ujung-ujungnya, Jea ketawa didepan nangis dibelakang.
"Sekarang nggak dulu. Gua mau menikmati wajah dia dari jauh aja."
"Caranya?"
"Ya makan dikantin juga, tapi ambil space terjauh."
Jangan panggil dia Jea, anak kelas 11 IPA 3 yang isi otaknya cuma nama Jeno Jeno Jeno. Bentar lagi keluar Jin deh tuh.
Renjun yang cuma ketawa kecil sambil ngerjain tugas, tiba-tiba teralih sama kertas diatas meja Jea. Tulisan rapi yang maknanya random. Nggak ada artinya dan jadi sekedar bahan tipe ideal cowoknya Jea.
"Je, ini lu yang nulis?" Renjun bertanya, nunjuk kertas putih polos yang berisi tulisan tangan Jea dengan pensil 2B-nya.
Jea mengangguk. Senyumnya konyol. "Iya, tipe ideal gua menyesuaikan sama yang Jeno punya."
"Boleh gua baca?"
Jea menyodorkan sebelum meminum air yang ia bawa. "Baca aja." Lalu meneguk airnya.
Poin pertama: Tinggi. Jelas, Jeno tinggi karena suka olahraga, masuk tim basket yang jadi kebanggaan sekolah.
Poin kedua: Jago olahraga. Nggak usah dijelasin lagi. Di poin pertama udah ada.
Poin ketiga: Punya eyesmile. Semua perempuan terpikat karena eyesmile yang Jeno kasih setiap kali ketawa, tersenyum, atau mungkin sesuatu yang lucu banget yang nggak bisa ia tahan.
Poin keempat: No berantem berantem club. Jea got a wrong person if she write it as her ideal type.
"Je, lu nggak tau ya?"
Jea berhenti ngegibah pas tau Renjun memanggil namanya. Yang membuat Jea bingung kata-kata setelah Renjun menyebut 2 huruf mengukir namanya.
"Nggak tau... apa nih maksudnya?"
Renjun agak cemas. Dia nyesel kenapa mulutnya bisa selemes ini. Rena juga jadi kepo dan jadi pengen tau yang membuat rahasia ini udah nggak bisa sepenuhnya dipegang sama komplotannya.
"Nggak jadi." Renjun hendak berbalik, tapi jurus cepat Jea berhasil menahan tangannya.
"Ngomong nggak?" Jea terlihat nggak sabaran, padahal yang Renjun bilang ini mungkin nggak akan mempengaruhi apa-apa.
"Nggak elah males gua." Renjun menolak, tapi Jea memaksa.
"Ngomong ih! Ini pasti tentang Jeno kan?"
"Nggak."
"Boong!" Jea cemberut. Menggoyangkan tangan Renjun kencang. "Orang tadi lu baru aja baca kertas gue! Kasih tau nggak?"
"I-itu.."
Rena nggak tinggal diem gitu aja, dia mulai ambil ancang-ancang buat ngerobek buku tugasnya Jeno. "Cepetan ngomong atau nggak gua sobek buku lo."
"Eh! Anjing, jangan gitulah mainnya."
"Yaudah buruan ngomong. Seneng banget bikin anak perawan jumpalitan."
Renjun setengah berani, ngebales. Daripada bukunya disobek, mending rahasia Jeno ia kupas sedikit. Dikit doang, kok, nggak banyak. Maaf ya Jen.
"Si Jeno.." Renjun yang bingung harus mulai darimana, mutusin untuk make it to the point. Kasian bikin anak perawan jumpalitan. "Jeno itu petinju, Je. Kalo lo mikir dia anak baik-baik dan no berantem berantem club, lo salah."
Jea diem. Masa iya sih? Cowok se-alim itu malah jadi petinju? Tapi kalo diliat, badannya emang jadi juga, sih.
Jea otomatis menoleh, ngeliat Jeno yang keluar dari perpustakaan sambil benerin rambut.
Nggak mungkin kan dia jadi petinju?
- t o b e c o n t i n u e -
so gais, this is my fisrt fanfiction about nct😭😭 akhirnya pecah telor setelah kemaren" bikin versi abang" SM😂. sekarang gantian ya ke adek"nya😂