Bertemu lagi

13.9K 1.4K 20
                                        

Aku sadar kalau aku orang yang pelupa. Aku selalu mencatat semua pekerjaanku di notes. Aku menulis to do list sebelum pulang kerja di notes kuningku. Lupakan smartphone yang canggih, aku lebih suka menulis semua yang harus aku kerjakan.

Aku juga selalu menulis notulen meeting, appointment, notes dari Boss dan hal-hal kecil lainnya. Aku percaya dengan menulis, kita akan lebih cepat menghapalnya. 

Tapi ini baru terjadi sekali ini, bagaimana bisa aku tidak sadar kalau dari tadi, laki-laki yang tersenyum itu, Andi?! Aku melihatnya, menelitinya dari atas kebawah. Dia memakai kemeja batik lengan panjang berwarna merah, celana slim fit hitam dan sepatu pantofel hitam. Kulit wajahnya tidak seputih yang aku ingat. Ah, iya dia baru travelling keliling kabupaten Bandung dan sekitarnya bukan? Tapi apa yang membuat aku tidak kenal dia?

"Aya?" Suaranya menyadarkan aku.

"Ehh iyaaa.." Aku refleks berdiri. Mengulurkan tangan kananku mengajaknya berjabatan tangan.

Andi melihat uluran tanganku, dia tersenyum kecil sebelum menyambut tanganku. 

"Kaku banget sumpah!" Dia terkekeh, sambil memainkan tanganku.

"Hah?" 

"Saya pikir saya salah liat orang tadi." Kami masih berjabatan tangan.

"Kamu beneran Andi yang di travel?"

"Iya... kenapa sih kamu?" Akhirnya dia melepas jabatan tangan kami.

"Saya nggak ngenalin kamu."

"Ahh masa? Saya aja langsung tau itu kamu dari awal kamu masuk."

Ada yang berbeda dari penampilannya tapi aku tidak tau apa.

"Ellen..." Ellen mengulurkan tangannya, "Temennya Kanaya dikantor. Loe?" 

"Andi, temennya Kanaya di travel." Andi memperkenalkan dirinya.

"Gila sih Kanaya terpesona gitu ma loe sampe lupa ada temennya disebelah." 

"Hah?" Aku menoleh melihat Ellen.

"Sumpah deh loe kayak orang  bego, dari tadi cuman 'hah-hah' mulu!" Ellen memutar bola matanya keatas. " Terpesona kali dia ma loe Andi."

Andi tertawa. Lesung pipi itu muncul kembali. Ahhh,, aku tau apa yang membuat aku tidak mengenalinya tadi. Dia berewokan sekarang. Bagimana mungkin, hanya jarak beberapa minggu dan berewoknya sudah selebat itu?

"Ganggu gak nih?"

"Ganggu sih.. secara alasan kita kesini mau kerja." Ellen duduk, "Tapi kalo loe mau join, duduk ngobrol, kita gak nolak kok."

Andi tertawa lagi, "Gokil banget sih loe!"

"Gue nih maksudnya? Bukan Kanaya?"

Andi melihatku sekilas, "Gue gak tau otaknya Aya lagi dimana sekarang? Kayak gak lagi di bumi."

Ellen dan Andi menertawakan ke 'blank-anku'. Jujur, otakku sampai saat ini masih sulit untuk mencerna. Andi ada di depanku sekarang.

Andi duduk di kursi sebelah kiriku, tak lama aku ikut duduk. Aku nggak nyangka bisa ketemu Andi disini. Masih sangat tidak percaya.

"Gimana tadi? Loe bilang mau kerja disini?" Andi membuka pembicaraan dengan Ellen.

"Iya.. nemenin hari-hari terakhir kebebasan nih bocah" Ellen menunjukku. 

"Hah? Emang kenapa si Aya?" Andi memalingkan wajahnya ke arahku. Jarak kami lumayan dekat.

"Boss saya mau dateng. Kalo ada dia rese."

Insecurity (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang