Perempuan jadi-jadian

10.6K 1.2K 17
                                    

Thanks to Kopi yang bikin melek sampe jam segini.

Ngitung domba sudah dilakukan tapi tak guna!

Jadilah kepikiran lanjut bikin cerita ini..

Semoga suka!

Enjoy...

Sepertinya hidupku tidak bisa jauh-jauh yang dari namanya deadline dan masalah. Resiko menjadi seorang Personal Asistant sepertiku yang harus selalu mengikuti ritme kerja Boss tapi tidak melupakan urusan administrasi kantor membuatku sering membawa pekerjaan pulang ke kost.

Kunjungan Boss kali ini lebih lama dari biasanya. Katanya istrinya sedang berlibur di negara asalnya, berkumpul dengan keluarga, jadi tidak ada alasan untuk si Boss diam di negara dingin sana seorang diri sementara disini ada kekasihnya menunggu.

Dan dengan semangat 45-nya yang tidak tahu kapan akan padam dan segala ide-idenya untuk perusahaan, ditambah dengan project-project lainnya membuatku tidak mempunyai waktu untuk diriku sendiri.

Ellen komplain dengan aku yang sering absen dari kantor karena ngantor di apartemen Boss. Ditambah aku yang masih harus bekerja di weekend.

Masalah itu datang lagi, belum hilang dari ingatan ketika enam bulan yang lalu salah satu mantan kekasih Boss menerorku, sekarang kekasih barunya melakukan hal yang sama. Dia, sebut saja Mawar, meyakini aku menyukai Boss, dia tidak nyaman melihat kedekatanku dengan Boss.

***

Setelah hampir sebulan selalu pulang diatas jam sembilan malam, hari ini aku pulang dan masih bisa melihat matahari. Jackpot!!!

"Len, dimana?" Aku menelepon Ellen berniat mengajak dia nongki-nongki cantik.

"Tanah Abang"

"Ngopi yuk!"

"Udah balik loe? Tumben." Jawabnya menyindir.

"Udah, makanya hayuk ngopi."

"Nggak bisa gue, ada janji."

"Ihhh, udah lama lho kita nggak ngopi bareng."

"Si Boss kapan balik? Lama banget disini?"

"Gue juga udah nanya gitu ke dia. Dia bilang masih lama. Ada pacar baru gitu, kan di kekep ya"

"Hmmm.. lama banget sih ini, hampir sebulan gitu kan."

"Iya.. udah kesel gue, berasa nggak punya kehidupan sosial!"

Ellen tertawa diujung telepon, "Sekarang loe dimana?"

"Lagi jalan ke PP."

"Sendiri?"

"Yah mau sama sapa lagi neneng?"

"Ajak Andi gih." Saran Ellen, "Kemarin dia sempet nanyain loe gitu."

"Dadakan gini nggak enak gue." Aku menghindar.

"Iya sih, tapi dicoba nggak ada salahnya."

"Iya.."

"Gue naik kereta, bye!" Ellen memutuskan sambungan telepon.

Setelah pertemuan hampir satu bulan yang lalu, aku dan Andi tidak berkomunikasi setelah ajakan berteman yang Andi tawarkan. Anggap saja aku yang kekanak-kanakan disini. Aku egois, aku ingin melindungi hatiku.

Insecurity (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang