Lucy In The Sky

9.5K 981 5
                                    

Aku dan Andi tiba di Lucy pukul 10.30 malam. Entah aku atau Andi yang lupa waktu. Kami keasikan mengobrol. Hingga pelayan menanyakan ada tambahan pesanan karena akan closed order kami baru menyadari kalau jam sudah menunjukkan pukul 09.30 malam. 

Teman-teman Andi mengambil tempat outdoor, mengingat kebanyakan dari mereka perokok aktif, ralat 90% perokok aktif. Hanya aku dan satu cewek lagi yang nggak merokok. Total yang datang malam ini ada 12 orang, 7 cowok dan 5 cewek, sudah termasuk aku dan Andi. Dua meja dijadikan satu untuk bisa memuat rombongan besar kami.

Andi memperkenalkan aku ke satu persatu temannya. Hanya tujuh orang yang sekantor dengan Andi yang Tanggapan mereka lumayan baik. Dan nggak ada mak lampir kemarin. Mungkin dia bukan teman kerja Andi.

"Makan di Bagdag Bro, lama amat." Tanya Rio yang duduk ketiga dari kursi Andi.

"Keasikan ngobrol gue." Balas Andi sambil memainkan rokok disela jari-jarinya.

"Apa ngamar dulu?" Tanya Hendra sambil memainkan matanya ke arahku, "Lumayan 3jam, 1 ronde?" 

"Itu mulut isinya comberan semua." Gerutu Andi yang masih memainkan rokok di jari-jarinya.

Andi membalikan badannya ke arahku, "Aku ngerokok nggak apa-apa?"

"Ngerokok aja" Jawabku heran, kenapa Andi harus meminta ijinku?

"Atau kamu mau pindah duduk aja? Kasian kamu disini semua pada ngerokok."

"Nggak apa-apa Andi, ntar kalau aku udah nggak kuat sama asapnya aku pindah deh." Jawabku meyakinkan Andi. 

Aku bukan pacar yang melarang pasangannya melakukan sesuatu yang tidak aku sukai. Aku tau merokok tidak bagus untuk kesehatan tapi aku ingin Andi menyadari itu sendiri. Berhenti merokok karena keinginannya sendiri bukan karena tuntutan dari aku. 

Andi masih menatapku, tak lama dia menyulut rokoknya. "Kalau udah nggak kuat pindah aja nggak apa-apa kok."

"Kenapa?" Tanya cowok manis di depanku, kalau tidak salah namanya Putra.

"Nggak ngerokok dia."

"Pindah aja ke meja sebelah. Sama Mita aja. Dia juga nggak ngerokok." Infonya sambil menunjuk perempuan yg duduk disebelahnya. 

Rupanya yang nggak ngerokok di tempatkan di kursi paling pojok. Aku tersenyum ke arah Mita. Mita membalas senyumanku.

"Bilang aja yah kalau mau pindah. Kalau kita diem lama disini sesek napas kita." Bisik Mita.

"Oke."

"Kamu mau minum apa? Ada Red wine nih" Andi menyerahkan buku menu kepadaku.

Aku menggelengkan kepala, "Kamu pesen apa?"

"Bir aja yang paling bener."

"Iya sih, Boss aku juga bilang gitu. Di Indo jangan pesen minuman yang aneh-aneh takut oplosan." 

"Kamu suka minum bareng Boss?"

"Sesekali kalau dia ngajak." 

"Jadi kamu mau minum apa?" Nada suara Andi berubah ketus.

"Samain aja sama kamu."

"Cemilannya?" Aku menggelengkan kepala. Masih kenyang. "French Fries deh" Putusnya.

Andi memanggil pelayan dan menyebutkan pesanan kami.

Aku memperhatikan semua teman Andi, aku tidak ingat nama mereka semua. Aku hanya ingat beberapa. Hanya 4 orang yang aku ingat namanya. Putra, Rio, Hendra dan Mita. Aku familiar dengan Putra dan Rio karena Andi sering menceritakan mereka. Rata-rata mereka memesan bir, hanya dua orang yang memesan mojito. 

Insecurity (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang