"Semalem sampe jam berapa loe?" Tanya Ellen begitu memasuki ruangan.
"Jam 10 Len,, macetnya dasyat! Ada apa sih kemaren?"
Ellen berjalan ke arah pantry untuk sarapan pagi.
"Bawa apaan loe?" Tanyaku berteriak
"Bubur ayam, mau loe?" Balas Ellen, teriak juga.
"Kagak.. gue udah makan cereal tadi."
Ellen meninggalkanku menuju pantry, aku kembali berkutat dengan pekerjaan yang aku harus selesaikan sebelum pukul 12 siang ini. Pesan Boss untuk Miko dan Ibu Sari sudah aku sampaikan. Aku sudah menerima CC email dari Ibu Sari tentang laporan bulanan. Dan masih banyak pekerjaan lainnya.
Aku bekerja di perusahaan yang menjual jasa di bidang diving yang berpusat di Bali. Hanya saja Bossku memiliki perusahaan lain yang berpusat di Jakarta. Dan ketika dia harus turun tangan menggantikan ayahnya menangani perusahaan ini, dia ikut serta menarikku untuk pindah ke Jakarta. Dia bilang dia tipe yang sangat susah untuk mempercayai orang, makanya dia ingin tetap aku menjadi PA-nya. Tapi menurutku itu bukan alasan sebenernya.
Aku kembali teringat percakapanku semalam dengan Andi. Apa aku mencintai pekerjaanku?
Sejujurnya, ini bukan pekerjaan yang aku inginkan. Aku mempunyai keinginan yang lain. Tapi hidup harus realistis kan? Aku butuh uang dan perusahaan ini membayarku dengan cukup baik.
Aku tidak menjawab pertanyaan Andi. Hanya diam. Andi juga tidak menuntut jawaban dariku.
Sepanjang perjalanan menuju tempatku, Andi lebih banyak berdiam diri. Terlihat sedang berpikir dan aku enggan untuk mengusiknya. Aku merasa Andi tidak terlalu nyaman hanya berduaan denganku. Beda saat ada Ellen, dia terlihat lebih santai dan lebih sering senyum.
"Kana, kemaren Andi WA loe?" Ellen berdiri di depan mejaku. Aku menggelengkan kepala, "Dia minta no HP loe soalnya."
Mataku melotot. Menurutku no HP adalah privacy seseorang, ketika ada orang atau teman yang menanyakan no HP seseorang yang aku punya atau tau, aku selalu meminta ijin lebih dahulu ke orang yang bersangkutan sebelum memberikannya kepada orang tersebut.
"Gue kasih nomer kantor. Tenang. Gak usah melotot gitu. Serem tau!" Ellen berjalan menuju mejanya.
"Loe jam berapa pergi ke apartemen Boss?"
"Jam 12"
"Sama sapa?"
"Sama Pak Yanto, dia jemput gue ntar."
"Kagak balik lagi kantor?"
"Sepertinya seperti itu." Jawabku genit.
"Boleh ikut nggak sih?"
"Loe mau gue dicincang ma Boss?"
"Ya ya ya,, Boss and his privacy!" Jawab Ellen malas, "Cuman loe sama Pak Yanto yang boleh masuk apartemennya."
Aku tau itu bukan nada iri, ini lebih kepada sindiran.
***
Aku meminta Pak Yanto untuk drop aku di FX Sudirman. Aku melewatkan makan siangku. Dan sekarang aku sudah sangat kelaparan. Aku tidak mungkin bisa bertahan sampai ke kost. Belum lagi sekarang jam pulang kantor. Macet!
Aku sedang duduk di salah satu restaurant fastfood, menunggu makananku diantarkan. Sambil menunggu aku mengecek email.
Aku merasa ada yang menepuk punggungku, aku menoleh dan mendapati Andi tersenyum. Tanpa dipersilakan dia duduk di depanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Insecurity (TAMAT)
Chick-Lit"Now, tell me how can i love someone who didn't love herself?" Aku terdiam. "Kamu dan pikiran kamu itu yang harus diperbaiki." Dia menambahkan.