I'm done..

10.7K 1K 33
                                        

Mataku bengkak karena semalaman menangis. Setidaknya concealer membantuku menutupi lingkaran hitam dibawah mata. Aku menarik napas dalam sebelum memasuki gedung kantor. Aku belum pernah merasa selelah ini sebelumnya tapi pagi ini aku merasa seperti ada beban 2 karung beras di kedua pundakku ketika aku melihat mobil Boss terparkir didepan pintu masuk kantor.

Boss menyambutku dengan senyum yang merekah. Tampak sangat bahagia. Aku membalas senyumnya sebagai bagian dari sopan santun, bagaimanapun dia adalah atasanku bukan?

Aku baru akan melangkah menuju mejaku ketika pertanyaan Boss membekukan langkahku.

"Putus?" Ulangnya lagi.

Aku tetap bergeming, berdiri ditempatku.

"Andi datang ke kost kamu?"

Kali ini aku mengarahkan badanku menghadap Boss. "Bapak ngikutin Andi?"

Boss menganggukkan kepala. "For your information saja, sebelum pergi ke kost kamu dia anterin mantanya ke apartemen."

Aku berjalan mendekati meja kerja Boss. Boss duduk di kursi kebesarannya. Sedari tadi dia tersenyum, tampak sangat bahagia.

"Saya pikir bapak terlalu ikut campur dalam masalah pribadi saya. Saya minta bapak untuk back off."

"Tanpa kamu minta saya sudah back off. Misi saya sudah selesai."

"Misi?" Tanyaku.

"Kamu tidak lagi berhubungan dengan pria itu." Jawabnya lantang dan bangga.

"Bapak salah. Saya masih menjalin hubungan dengan Andi."

Mimik terkejut dapat aku tangkap dari wajah Boss tapi dengan cepat Boss kembali mengubah mimik wajahnya.

"Dia bukan pria yang pantas untuk kamu..."

"Pria seperti apa yang pantas untuk saya?" Selaku. Aku menatap tepat ke kedua manik matanya.

"Saya!"

Aku menahan napasku. Memejamkan mata sejenak, membukanya kembali pelan-pelan. Membuang napas kasar.

Aku menyeringai, "Pria bersuami seperti bapak?" Tanyaku dengan sinis.

Aku menatap tajam tepat ke matanya. Bukankah dia yang bilang tidak ada laki-laki yang mau denganku? Tidak ada yang mau menikah denganku? Merendahkan penampilan fisik diriku? Lalu kenapa sekarang dia datang, menawarkan diri seperti sales panci?

"Terima kasih tapi saya tidak tertarik Pak."

"Karena Andi?" Aku menatapnya tidak mengerti. "Karena Andi kamu menolak saya?"

"Bukan!" Balasku dengan suara tinggi. "Karena Bapak suami orang!" Tegasku.

Boss berdiri dari duduknya, berjalan hingga kehadapanku.

"Karena saya suami orang? Hanya karena itu kamu nolak saya?"

Mungkin baginya menyandang status suami hanyalah label semata tapi tidak bagiku. Suami orang adalah harga mati. Aku tidak akan mau menjalin hubungan dengan suami orang. Aku tidak mau berhubungan dengan orang yang tidak menghargai suatu hubungan dan komitmen.

Aku menatap Boss, meneliti. Aku menghargai dia sebagai atasanku, Bossku, tapi tidak sebagai seorang pria. Seorang pria tidak akan menganggap remeh komitmen, seorang pria seharusnya menghargai pasangannya. Seorang pria memegang teguh apa yang telah diucapkannya, janji yang telah diucapnya.

Ibuku pernah bilang, jangan pernah menaruh hati pada pria yang tidak bisa memegang teguh komitmen karena mereka belum sepenuhnya dewasa. Mereka tidak layak disebut sebagai pria, merekanya hanya bocah laki-laki ingusan yang mencari perhatian.

Insecurity (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang