Bukankah seharusnya aku yang marah? Kesal? Merasa di khianati? Namun kenapa sekarang malah Andi yang menghindariku. Seperti kata-katanya yang memberikan aku waktu untuk berpikir jernih.
Bukankah seharusnya Andi yang menjernihkan suasana? Memberitahuku apa yang terjadi? Ada apa antara Andi dan Renata?
Aku merasa diperlakukan seperti orang luar bukan orang terdekat. Bukankah wajar bila aku marah ketika tahu kalau pacarku bertemu dengan mantannya dibelakangku?
Aku masih sibuk dengan berbagai analogi di kepalaku ketika ojek online memberitahuku kalau kami sudah sampai di tempat tujuan. Hari ini Boss mendadak memintaku untuk menemaninya dinner di Okuzono.
Rupanya Boss sudah melakukan reservasi. Tumben. Biasanya dia akan menyuruhku untuk hal-hal remeh seperti ini.
Namun ada yang berbeda, biasanya Boss akan memilih tempat yang lebih private kali ini tidak. Ketika aku menyebutkan nama Boss, waiters mengantarkanku ke tempat duduk di area sebelah kiri.
Restaurant masih sepi. Mungkin belum jam makan malam. Aku tiba lebih awal dari jadwal yang Boss info. Aku langsung dari kantor, tidak akan sempat bila aku harus pulang dulu ke kost.
Aku sedang mengetik pesan kepada Boss untuk memberitahukan aku sudah tiba di Okuzono ketika aku mendengar suara yang familier di telinga.
Tepat jarak dua meja. Andi dan Renata. Kami hanya berjarak dua meja. Andi tidak menyadari kehadiranku karena tatapannya berfokus pada Renata. Aku dan Andi duduk sejajar sehingga memungkinkan Andi tidak menyadari kehadiranku.
Tak lama tawa renyah tertangkap kembali di telingaku. Andi tertawa yang dibalas tawa juga oleh Renata.
Menyaksikan mereka, Andi dan Renata, aku merasa kecil. Merasa tak pantas bersanding dengan Andi.
Aku memperhatikan Renata. Rambutnya yang hitam pekat nan lurus, kulitnya yang putih bersih, wajahnya yang bersemu merah setiap tertawa menyadarkanku akan posisiku.
Kedatangan Boss menyentakkanku pada kenyataan.
Benar apa yang Boss katakan kemarin. Benar pula tentang pendapat teman-teman Andi. Aku yang terlalu percaya diri kalau Andi mencintaiku. Aku yang terlalu yakin Andi membalas cintaku. Aku yang...
"Belum pesan?"
Aku menatap Boss. Air mulai menggenangi mataku. Aku menahan untuk tidak berkedip takut air mata membasahi pipiku jadi yang aku lakukan hanya menggelengkan kepala.
"Saya pesenin kamu yang kayak biasa ya"
Aku menganggukan kepala kembali. Boss menatapku sebentar sebelum memanggil waiters dan menyebutkan pesanan kami.
***
Aku tidak bisa menelan makananku. Andi belum menyadari kehadiranku hingga saat ini. Akupun tidak bisa menangkap setiap kata yang keluar dari mulut Boss.
Ketika aku melirik ke meja Andi dan Renata, aku melihat Renata mengulurkan tangan kanannya menggenggam tangan Andi dengan erat.
Aku mengalihkan pandanganku kepada Boss yang sedang lahap memakan unagi don.
"Kamu lagi nggak berselera makan ya?"
Aku tidak menanggapi pertanyaan Boss. Aku hanya menatapnya dengan sumpit masih menggantung ditangan kananku.
Boss mengambil chaba beef marinated dan menaruhnya di piringku.
"Kesukaan kamu." Boss menungguku untuk memakan daging yang ditaruh dipiringku. Namun aku bergeming.
![](https://img.wattpad.com/cover/189571548-288-k638857.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Insecurity (TAMAT)
ChickLit"Now, tell me how can i love someone who didn't love herself?" Aku terdiam. "Kamu dan pikiran kamu itu yang harus diperbaiki." Dia menambahkan.