Masa Orientasi Siswa sudah selesai dan pembelajaran sudah dimulai. Setelah melewati dua jam pelajaran matematika wajib, akhirnya Cella dan Emil bisa bernafas lega karena mendengar suara bel istirahat. Otak mereka seakan terbakar karena dimasuki rumus-rumus baru yang bahkan mereka tidak mengerti sama sekali. Cella dan Emil memutuskan untuk pergi ke kantin, mencari sesuatu yang bisa mengisi otak, maksudku perut mereka yang kosong."Sayang!" teriak Emil dari depan pintu kantin saat melihat Rio, pacarnya yang sedang makan bakso di dalam.
Dari kejauhan, Rio melambaikan tangannya tinggi-tinggi di udara, "Sini!"
Dengan cepat Emil menarik tangan Cella untuk bergabung di meja Rio. Setelah sampai di sana, seperti biasa Emil dan Rio akan melontarkan kata-kata manis mereka satu sama lain, yang tentu saja membuat Cella jijik mendengarnya.
"Di mana Kak Leo?" tanya Cella, memecah suasana romantis antara Emil dan Rio.
"Nggak tahu, sibuk ngurusin OSIS dia." Jawab Rio, menaikan kedua pundaknya. Hanya dijawab anggukan kepala oleh Cella.
"Kenapa? Kangen?" tanya Rio iseng sambil menaikan salah satu alisnya.
"Nggak mungkin, yang ada gue bosen lihat muka dia." Jawab Cella cepat. Di balas tawa oleh Rio dan Emil bersamaan, yang membuat Cella bingung.
"Udah, yuk Cell. Beli makan, gue kelaparan." Emil menarik tangan Cella untuk ikut menemaninya membeli makanan. Cella hanya pasrah saja tangannya ditarik oleh Emil.
"Eh, mama gue telpon, nih. Gue angkat dulu." Cella manarik tangannya, berlari kecil ke pintu belakang kantin yang tembus parkiran sekolah, berharap di sana suasana lebih tenang agar dia bisa menjawab telepon dari mamanya dengan tenang. Sesampai di parkiran, dan melihat suasan tenang, Cella menjawab telepon dari mamanya, yang ternyata hanya menanyakan apakah Cella sudah makan atau belum. Setelah selesai berbicara dengan mamanya di telepon, Cella memutuskan untuk kembali ke kantin.
Tapi langkahnya terhenti saat mendengar suara gaduh dari balik dinding yang menarik perhatiannya. Karena penasaran, Cella mendekat ke balik dinding, ke arah suara gaduh itu.
Pupil mata Cella membesar, kaget melihat apa yang dia lihat. Nael sedang memukuli seseorang, sampai orang itu terduduk di tanah dengan tubuh dibungkukkan.
Menyadari kehadiran Cella, Nael ikut terkejut. Saat itu juga, Cella langsung berlari ketakutan. Dia langsung teringat tentang perkataan Leo saat itu untuk menjauh dari Nael. Dari belakang, Cella bisa mendengar Nael memanggil namanya, juga suara kaki Nael yang sepertinya juga mengejar dirinya.
Cella takut pada Nael, padahal sebelumnya dia pikir Nael adalah orang baik. Hanya tampangnya saja yang seperti preman. Tapi ternyata kelakuannya juga seperti preman.
Dari belakang, Nael terus mengejar Cella. Kemanapun Cella pergi, Nael akan mengikutinya dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Kecuali ke toilet perempuan, Nael tidak mungkin ikut masuk ke dalam. Akan berbeda ceritanya kalau Nael sampai nekad masuk ke toilet perempuan. Dia berharap Cella tidak ada pikiran untuk pergi ke sana. Semoga.
Cella sampai di taman sekolah. Dengan keringat yang sudah melewati pipinya, Cella mencari tempat bersembunyi. Karena baru saja mendengar suara Nael yang cukup keras memanggil namanya. Cella takut akan dipukul juga oleh Nael seperti anak itu tadi, karena sudah menjadi saksi tidak langsung atas kesalahan besar Nael.
Cella bersembunyi di balik salah satu pohon besar yang ada di sana. Beruntung sekolah ini memiliki taman yang cukup besar. Jadi ada beberapa pohon besar yang sengaja ditanam di sana, yang biasa digunakan sebagai tempat istirahat oleh warga sekolah. Karena udara di bawah pohon yang sejuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMATIC. [THE END]#ODOC #ODOCTheWWG
Teen Fiction"Aku benci...tidak, aku takut jatuh cinta. Lagi." Cella benci pacaran. Dia tidak percaya dengan cinta, baginya itu semua hanya omong kosong belaka. Pada akhirnya, akan jatuh lagi, patah hati lagi. Dia menolak semua cinta yang datang padanya. Membuat...