Nael memeluk Cella sangat erat dengan tangan kanannya saja. Karena tangan kirinya sedang menenteng tas.
Hari kelulusan kelas duabelas sudah selesai. Kini Nael harus menepati janjinya untuk pergi melanjutkan study-nya di luar negeri. Lebih tepatnya di Inggris. Tempat kelahiran Kakek Nael.
"Hati-hati." Kata Cella saat Nael sudah melepas pelukannya.
"Selalu. Kamu jaga diri baik-baik, ya?" Nael mengelus kepala Cella. Dibalas Cella dengan anggukan kepala.
Kini pandangan Nael beralih pada Leo yang sedang berdiri bersama Rio dan Emil yang dari tadi memandanginya sedang berpelukan dengan Cella.
"Gue minta tolong lo jaga Cella dengan baik." Kata Nael.
"Lo nggak perlu ngomong gue sudah pasti akan jaga Cella dengan baik. Dengan atau tanpa lo." Jawab Leo.
Nael tertawa, kemudian mengecup kening Cella.
"Sampai ketemu lagi. Sering-sering kirim pesan. Oke?"Cella yang masih melayang ke angkasa karena barusaja dicium Nael dengan segera kembali ke alamnya. Lagi.
"Eh? Iya! Pasti. Kak Nael hati-hati disana. Jangan lirik-lirik perempuan lain, ya. Tapi kalau ada bule ganteng, fotoin kirim ke aku, ya?"Nael tertawa, begitu juga Rio, Emil dan Leo. Nael kembali memeluk Cella erat.
"Aku bakal kirim fotoku tiap hari ke kamu. Sama aja dengan bule ganteng'kan?"Cella tertawa kemudian menganggukan kepalanya.
"Aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa." Nael memeluk Cella sekali lagi kemudian melambaikan tangannya kepada Rio, Emil dan Leo.
Punggung Nael mulai terlihat makin mengecil dan lama kelamaan siluetnya tenggelam dimakan kerumunan orang. Hingga Nael benar-benar tidak terlihat.
"Sabar, ya. Nanti juga ketemu lagi." Kata Leo yang kini melingkarkan lengannya pada leher Cella.
Cella tertawa, "Tapi masih lama."
"Memang. Mau nyusul ke Inggris?" tanya Leo.
"Mau!" jawab Cella bersemangat.
Leo tertawa, "Udah, nggak usah banyak halu. Ayo." Ajaknya.
"Kemana?" tanya Cella saat mengetahui tangannya sudah ditarik oleh Leo.
"Rumah sakit. Aku mau merayakan kelulusan bareng Mama. Mama pasti kangen kamu juga." Kata Leo, diberi anggukan kepala oleh Cella.
"Kalau gitu, gue sama Emil pamit pulang, ya!" Rio melambiakan tangannya pada Leo dan Cella. Begitu juga Emil. Lalu mereka pergi ke mobil masing-masing untuk pergi ke tujuan mereka masing-masing.
***
Leo masuk ke salah satu kamar rumah sakit bersama Cella, sambil membawa kue di tangannya.
Mama Leo yang sedang duduk di tempat tidur rumah sakit sambil membaca buku, kaget melihat anaknya dan Cella masuk dengan membawa kue secara tiba-tiba. Karena Leo tidak memberitahukan Mamanya jika dia mau berkunjung.
"Wah, anak Mama bisa lulus." Kata Mama Leo saat meliat kue itu yang memiliki tulisan di atasnya "Leo Lulus 1000%"
Leo yang tadi senyum kini ekspresinya berubah datar, "Ya bisa, dong Ma. Jangan sampai Leo nggak lulus." Katanya, lalu meletakan kue itu di nakas samping ranjang Mamanya.
"Iya, deh percaya Mama. Selamat, ya." Mama Leo tesenyum penuh kebanggaan karena anaknya lulus dengan nilai yang hampir sempurna.
"Lulus sudah, kapan kamu pacaran sama Cella?" tanya Mama Leo yang membuat Cella kaget.
"Cella sudah pacaran, Ma." Jawab Leo.
"Oh ya?" tanya Mama Leo, kali ini pada Cella.
"Iya Tante." Jawab Cella.
"Sama Leo?" Mama Leo menunjuk anaknya sendiri.
Dengan cepat Cella langsung menggelengkan kepalanya, "Nggak Tante."
"Loh, kenapa?" tanya Mama Leo lagi.
"Cella sudah punya pacar, Ma. Pacarnya sekarang lagi lanjut kuliah di luar negeri." Jawab Leo, menjelaskan ke Mamanya.
"Oh ya? Siapa?" tanya Mama Leo. Lagi. Karena penasaran.
"Emang Mama bakal kenal?" tanya balik Leo.
Mama Leo menggeleng, "Tapi Mama penasaran."
Leo tertawa kecil, sifat Mamanya yang keinginan tahunya tinggi untuk semua hal memang sulit dihilangkan.
"Sama anak sekelas Leo dulu. Juga anak pemilik rumah sakit ini. Anak dari dokter yang operasi mama waktu itu.""Wah, keren kamu, Cell." Puji Mama Leo.
"Heheh. Pacar saya yang keren. Saya biasa aja." Jawab Cella, merendah. Untuk meroket.
"Kamu keren, Cell. Kamu pintar kalau cari pacar. Bagus-bagus." Mama Leo memberi jempol dua pada Cella, tanda apresiasi.
Leo hanya tertawa, mengerti maksud Mamanya yang sebenarnya.
"Leo nggak keren, Ma?" tanya Leo, mulai mengalihkan topik."Keren, dong. Anak Mama yang terbaik." Jawab Mama Leo, memuji anaknya sendiri.
"Tapi, Nak Leo. Kamu harus kuat." Kata Mama Leo.
"Leo kuat, Ma. Leo aja kuat angkat galon air." Jawab Leo, bercanda.
"Bukan itu, maksud Mama. Kamu harus kuat, sabar. Cinta pertamamu diambil orang lain. Mama kalau jadi kamu, malu, sih. Heheh." Ledek Mama Leo kepada anaknya sendiri.
"Namanya juga hidup, Ma. Ada naik turunnya. Tapi kita masih sahabat, loh." Kata Leo dengan senyuman lebar di wajahnya.
"Bagus. Jadi jangan saling membenci. Nggak baik saling benci itu. Petahankam hubungan kalian." Mama Leo memberi saran.
"Iya, Ma. Siap!" Leo tiba-tiba berdiri. Membuat gerakan seperti hormat. Seakan dia adalah tentara yang sedang memberi hormat pada ketuanya.
Mama Leo sama kocaknya, Mama Leo menganggukak kepalanya lalu membuay gerakan hormat juga sama seperti anaknya.
"Anak sama ibu kenapa gini banget, ya?" batin Cella dibalik tawanay.
"Tapi tenang sayang, cewek banyak, kok. Nggak cuman satu." Mamanya memberi saran pada Leo.
Leo mengangguk tanda paham, "Iya, Ma. Kalau Leo dapat calon menantu nanti Mama orang pertama yang tahu." Katanya.
Mama Leo memberikan jempol dua pada anaknya lalu mereka semua tertawa bersama.
____________________
___________
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMATIC. [THE END]#ODOC #ODOCTheWWG
Teen Fiction"Aku benci...tidak, aku takut jatuh cinta. Lagi." Cella benci pacaran. Dia tidak percaya dengan cinta, baginya itu semua hanya omong kosong belaka. Pada akhirnya, akan jatuh lagi, patah hati lagi. Dia menolak semua cinta yang datang padanya. Membuat...