Keesokan harinya. Cella duduk di sofa ruang tamu sambil menonton TV. Tatapannya lurus ke depan, dan kosong. Meratapi nilai tugas matematikanya kemarin yang kemarin dia kerjakan apa adanya karena terlalu kepikiran dengan Leo. Kabar buruknya, nilai tugas kemarin ternyata akan dimasukan ke dalam nilai ulangan harian.
Cella menghembuskan nafasnya berat. Banyak masalah yang terus berputar di otaknya.
Suara ponselnya berbunyi, membuatnya sedikit kaget karena dari tadi dia melamun. Segera Cella mengambil ponselnya dan melihat siapa orang yang mengirimnya pesan.
Nama Nael tertulis di layar ponsel Cella.
Nael : "Bisa ketemu di taman rumahmu?"
Cella : "Iya."
***
Nael duduk di salah satu kursi di taman sambil menikmati satu batang rokok. Asap dan bau rokok menemaninya malam itu. Sambil menunggu Cella, Nael menikmati hampir 3 batang rokok. Sebenarnya dia sudah ada di sana sejak satu jam yang lalu. Tapi baru saja menghubungi Cella untuk bertemu. Nael tidak mau langsung datang ke rumah Cella, karena dia sudah terlalu sering ke sana. Sungkan pada orang tua Cella.
Tiba-tiba ada tangan yang mengambil rokok yang ada di jari Nael. Nael sempat emosi, tapi saat melihat siapa yang mengambil rokok miliknya, emosinya berubah menjadi senyum. Dengan segera Nael langsung berdiri.
"Eh, ada Tante." Nael membuat tawa palsu.
"Kamu merokok?" tanya Mama Cella sambil menginjak rokok yang tadi dihisap oleh Nael.
Nael mengangguk, "Iya, Tante. Maaf, Tan."
"Kenapa minta maaf?" tanya Mama Cella dengan suara agak dingin.
"Saya belum bisa jadi yang terbaik buat anak Tante. Saya tahu saya salah, saya akan berusaha nggak merokok lagi." Nael tetap menunjukan senyumnya walau ditatap dingin oleh Mama Cella.
"Bagus kamu berpikir seperti itu. Saya terima kejujuran mu. Tapi saya nggak suka laki-laki merokok. Papa Cella, saya larang untuk merokok. Leo juga. Kamu kenal Leo-kan?" tanya Mama Cella.
"Leo lagi." Batin Nael dengan senyum di wajahnya.
"Iya Tante, teman sekelas saya." Jawab Nael."Kamu contoh dia, dia nggak merokok. Walau awalnya dia merokok, sih. Tapi setelah saya dan Cella yang tegur, dia sudah nggak merokok lagi sampai sekarang. Paham?" nada suara Mama Cella agak ditegaskan pada kata terakhir.
"Sabar Nael, makhlum ibu-ibu pasti cerewet. Ini demi anaknya, lo harus semangat Nael." Batin Nael.
Nael mengangguk, "Iya Tante. Setelah ini saya nggak akan merokok."
"Bagus kalau gitu, kamu bakal sa-"
"Mama!" suara cempreng dari arah lain menarik perhatian Mama Cella dan Nael.
Cella melangkah mendekat dengan piyama dan jaket merah muda yang dia gunakan untuk melindungi diri dari dinginnya malam.
"Kamu ngapain malam-malam ke sini?" tanya Mama Cella pada anaknya.
"Kak Nael ngajak ketemu. Mama sendiri kenapa di sini? Habis ngobrol apa sama Kak Nael?" tanya Cella.
"Mama habis antar kue pesanan di perumahan sebelah. Tadi Mama lihat Nael merokok, terus langsung mama tegur." Mama Cella menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMATIC. [THE END]#ODOC #ODOCTheWWG
Teen Fiction"Aku benci...tidak, aku takut jatuh cinta. Lagi." Cella benci pacaran. Dia tidak percaya dengan cinta, baginya itu semua hanya omong kosong belaka. Pada akhirnya, akan jatuh lagi, patah hati lagi. Dia menolak semua cinta yang datang padanya. Membuat...