Cella duduk di sofa ruang tamu rumahnya. Memainkan sosial media miliknya, berputar di sosial media miliknya. Berusaha mengusir rasa bosan juga rasa kesal karena kejadian di kafe kemarin.
Sore itu, kedua orang tua Cella belum pulang. Jadi Cella sendirian di rumah. Cella juga sempat menghubungi tantenya, bertanya soal anjing. Beruntung, tantenya mau memberi Cella anjing kesukaannya. Kata tantenya, saat anak anjingnya sudah berumur 2 bulan, akan diberikan pada Cella.
Suara klakson mobil yang sudah tidak asing di telinga Cella berbunyi. Cella langsung melompat dari sofa keluar rumah. Membukakan pagar untuk mobil hitam milik Nael agar bisa parkir di halaman rumahnya.
Nael keluar dengan kemeja putih polos dan celana kain hitam panjang. Sepeti biasa, rambutnya selalu berantakan. Tapi kali ini ada yang berbeda dari wajah Nael. Tepat di alis kanan Nael terdapat plester yang menempel di sana.
"Hai Cell." Nael melambaikan tangannya.
"Hai Kak!" Cella ikut melambaikan tangannya. "Ayo masuk." ajak Cella.
"Tunggu," Nael membuka kembali pintu mobilnya, seperti mengambil sesuatu. Sebuah gitar hitam polos.
"Untuk apa?" tanya Cella.
"Main lah. Pakai tanya."
"Kak Nael!"
Nael tertawa, lalu mengikuti Cella masuk ke dalam rumah.
Mereka duduk di sofa ruang tamu bersama. Nael memainkan gitarnya, sedangkan Cella duduk manis mendengarkan permainan gitar Nael yang indah. Ini pertama kalinya Cella melihat Nael bermain gitar, dan bernyanyi. Suara Nael ternyata bagus. Di balik wajah preman, Nael punya suara bak malaikat. Lembut dan menenangkan.
I can show you the world
Shining, shimmering splendid
Tell me, princess, now when did
You last let your heart decide?I can open your eyes
Take you wonder by wonder
Over sideways and under
On a magic carpet rideA whole new world
A new fantastic point of view
No one to tell us no
Or where to go
Or say we're only dreamingA whole new world
A dazzling place I never knew
But when I'm way up here
It's crystal clear
That now I'm in a whole new world with youCella bertepuk tangan, senyum bahagia di wajahnya muncul lagi setelah sekian lama menghilang. Nael meletakan gitarnya, menikmati senyuman Cella.
"Suara Kak Nael bagus ternyata." Kata Cella sambil bertepuk tangan.
"Masa? Thanks, ya." Nael mengelus pelan rambut Cella.
"Sering-sering main gitar, Kak. Biar jadi musisi." Cella mengambik gitar milik Nael, melihatnya seakan kagum.
"Musisi? Kalau aku musisi, kamu jadi fans ku?" tanya Nael.
Nael memposisikan gitar pada Cella. Jari-jari Cella ditempatkan sesuai kunci. Lalu meminta Cella untuk membunyikannya. Setelah itu, senyuman Cella melebar.
"Fans? Nggak mau. Jadi haters aja." Jawab Cella. Kembali membunyikan gitar milik Nael.
"Lah, kok jadi haters?" tanya Nael, seraya memindahkan jari-jari Cella untuk berganti kunci.
"Iya, tanpa haters, seseorang nggak akan belajar cara tegar." Jawab Cella, lalu membunyikan gitar di pangkuannya lagi.
Nael hanya tersenyum. Cella memang terkadang bertingkah seperti anak kecil atau berfikir seperti anak kecil. Tapi terkadang, dia juga punya sisi dewasa. Cella tahu cara menghargai setiap pengalaman yang dia punya. Tahu cara melupakan apa yang harus dilupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMATIC. [THE END]#ODOC #ODOCTheWWG
Teen Fiction"Aku benci...tidak, aku takut jatuh cinta. Lagi." Cella benci pacaran. Dia tidak percaya dengan cinta, baginya itu semua hanya omong kosong belaka. Pada akhirnya, akan jatuh lagi, patah hati lagi. Dia menolak semua cinta yang datang padanya. Membuat...