Bab 3

30 10 4
                                    

     "Lalu alasan Kak Nael nakal apa?" tanya Cella. Matanya masih terfokus pada layar laptop di depannya.

     "Alasan?" tanya Nael tak paham. Sambil merapikan meja dan kursi yang berantakan. beberapa kali dia juga mengambil sampah dari laci bawah meja yang sengaja ditinggalkan oleh pemilik meja itu.

     "Iya, Masa kak Nael nakal tanpa alasan? karena pergaulan mungkin?" tanya Cella lagi, kini matanya melihat Nael yang sedang mendorong salah satu meja yang keluar dari posisi seharusnya.

     "Pergaulan? Mungkin. Tapi seseorang bisa disebut nakal karena dari dirinya sendiri. Kalau pergaulan, mungkin hanya alasan yang dibuat seseorang karena nggak mau dirinya disalahkan atas kesalahannya sendiri." Jawab Nael sambil terus mendorong tiap-tiap meja yang keluar dari posisi.

     "Jadi, Kak Nael cuma buat alasan, dong?" tanya Cella. Dia menutup layar laptopnya dan merapikan barang-barang miliknya. Melihat Nael yang sepertinya sebentar lagi akan menyelesaikan masa hukumannya.

     "Ya mungkin. Tapi aku nakal karena ingin melawan orang tuaku." Nael kini ikut merapikan barang-barangnya juga.

     "Memberontak ceritanya?" Cella bangkit berdiri, merapikan bangku yang tadi dia pakai lalu melangkah mendekat ke arah Nael yang masih sibuk merapikan isi tas sekolahnya.

     "Ya sejenis itu. Udah siap? Ayo pulang. Gue antar." Ajak Nael dan diberi anggukan oleh Cella. Lalu mereka melangkah keluar kelas bersama.

     "Kenapa?" tanya Cella sambil menunggu Nael mengunci pintu kelas.

     "Apanya?" 

     "Kenapa Kak Nael memberontak?" 

     "Kalau orang tua gue bisa melawan apa yang gue mau, gue juga bisa melawan apa yang mereka mau. Udah, yuk. Udah mulai gelap." Ajak Nael, yang sebenarnya hanya untuk mengalihkaan topik. Dia benci topik ini. Di sisi lain, Cella juga sadar maksud Nael untuk mengalihkan topik. Dia hanya mengikuti apa kata Nael untuk segera pergi, sebenarnya masih banyak pertanyaan di kepala Cella. Tapi dia memilih untuk diam dan menyimpannya saja.

     Nael mengantar Cella dengan motor miliknya. Beruntung satpam sekolah mau meminjamkan helm untuk Cella dan Nael berjanji akan mengembalikannya besok pagi.

     Sesampai di rumah Cella, ternyata mereka tidak hanya ada berdua. Leo duduk di atas sepeda motornya yang di parkiran di depan pagar. Melihat sesuatu yang menjanggal, Leo turun dari motornya lalu segera menarik tangan Cella agar jauh dari Nael.

     "Kenapa kamu pulang sama dia?" tanya Leo, melirik Nael sinis.

     "Udah sore, kalau aku naik angkot nanti Kak Leo marah. Udah baik Kak Nael mau nganterin aku pulang." Jelas Cella, melepas helm yang tadi belum sempat dia lepas karena sudah di tarik duluan oleh Leo.
"Makasih, Kak." Cella memberikan helm itu pada Nael, di balas Nael dengan senyum tipis.

     "Kamu bisa telpon aku minta jemput, Cell." Leo kembali menarik Cella yang jaraknya makin dekat dengan Nael.

     Cella menarik tangannya, agar tidak di tarik-tarik lagi oleh Leo, "Kata Kak Rio, tadi Kak Leo sibuk ngurusin OSIS. Ya udah, aku pulang bareng Kak Nael apa salahnya? Ini juga pakai acara tarik-tarik tangan orang terus. Sakit!"

     "Aku sudah bilang jangan dekat-dekat Nael, Cell. Bisa nggak, sih kamu nurut?" Leo agak meninggikan suaranya.

     Cella melotot pada Leo, "Kak Leo kok nyebelin, sih?"

     "Kamu yang nggak mau deng-"

     "Leo, jangan bentak Cella, dong. Lo cowok bukan?" sahut Nael yang kesal melihat Leo memarahi Cella terus.

TRAUMATIC. [THE END]#ODOC #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang