Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena sudah memberiku kesempatan untuk membuat cerita ini.
Aku juga mau menyampaikan terimakasih untuk kakak-kakak dari theWWG dan teman-teman Suju VII yang nggak bisa aku sebutkan semua, yang sudah mau membantu aku dalam membuat cerita ini, sabar sama aku yang masih polos ini, eaaa. Hehehe. Intinya, aku cinta kalian semuaa!!
Aku berdoa atas kelancaran #ODOC2019 yang sedang aku jalani ini. Semoga aku bisa menyelesaikan cerita ini dari awal sampai akhir, dan dapat menyenangkan kalian semua! Iya, kalian yang mau meluangkan waktu kalian buat baca cerita ku, aku cinta kalian!!
Selamat menikmati cerita yang terinspirasi dari hidupku sendiri. Eaaa.
Oke sekian salam pembuka dari ku, mohon bantuannya dan TERIMAKASIH.
__________________________________________
__________________________
Masa Orientasi Siswa atau kerap kita kenal dengan MOS adalah masa dimana murid-murid baru mengenal lebih tentang sekolahnya, atau masa untuk mengenal teman-teman baru mereka semakin dekat. Kebanyakan orang menyukai kegiatan MOS ini, karena bisa melihat suasana baru dan wajah-wajah baru. MOS juga bisa menjadi media untuk mendekatkan diri dengan orang baru.Tapi, berbeda dengan Cella. Perempuan berambut kecokelatan panjang dengan mata cokelat gelap itu sangat membenci MOS. Karena baginya, di saat itulah kakak kelas berkuasa. Para kakak kelas akan berlagak seperti penguasa dan mereka bisa semaunya bersenang-senang dengan adik-adik kelas baru mereka. Cella benci disuruh, diperintah atau dipaksa melakukan sesuatu yang aneh. Seperti menggunakan topi ulang tahun anak kecil bermotif kucing yang sedang dia gunakan ini.
Di bawah terik matahari, para siswa dan siswi baru bersama-sama menggunakan topi ulang tahun anak kecil dengan motif yang bermacam-macan berbaris rapi sambil mendengarkan ketua OSIS berbicara di depan. Cella melihat ketua OSIS yang sudah tidak asing lagi baginya itu sedang mondar-mandir sambil memperhatikan seluruh peserta MOS yang keluar dari barisan dan berusaha merapikannya sambil sedikit berteriak.
"Dasar sok tegas!" batin Cella, melihat Leo si ketua OSIS juga teman masa kecilnya yang sedang memarahi salah satu peserta MOS yang tak paham cara melakukan baris berbaris."Dasar sok pintar!" hujat Cella lagi dalam hati. Dia tidak mungkin spontan mengatakan itu. Walau Leo adalah sahabat masa kecilnya, tapi tetap saja. Statusnya sekarang adalah murid baru dan Leo ketua OSIS. Akan berbeda cerita jika Cella mengatakan semua hujatannya secara langsung untuk Leo.
Leo memutari barisan peserta MOS, matanya sangat jeli dalam melihat kesalahan dalam barisan. Sampai kakinya berhenti di depan perempuan dengan tinggi kira-kira 150 centimeter itu di barisan paling depan.
"Kamu, nggak dengar, ya?" tanya Leo pada Cella. Cella menaikan kepalanya, melihat Leo dengan ekspresi datar. Beruntung tubuh Leo tinggi, jadi bisa menutupi sinar matahari yang dari tadi mengenai matanya.
"Kenapa, ya?" tanya Cella. Jujur, dia tidak tahu juga apa yang salah dengan dirinya. Dia sudah melakukan setiap perintah kakak-kakak OSIS itu dan berbaris sesuai kelasnya juga.
"Nggak tahu salahmu? Nggak sadar tinggi badan? Pendek di belakang." Jawab Leo masih dengan ekspresi datar. "Karena kamu melakukan kesalahan, kamu saya hukum!" lanjut Leo, membuat Cella terkejut dan kesal.
"Kenapa, sih Kak Leo? Anak lain salah nggak dihukum. Giliran aku yang salah dihukum. Minta baku hantam,nih!" batin Cella. Sekali lagi, dia hanya bisa menahan amarahnya saja, tanpa bisa mengutarakannya secara spontan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMATIC. [THE END]#ODOC #ODOCTheWWG
Ficção Adolescente"Aku benci...tidak, aku takut jatuh cinta. Lagi." Cella benci pacaran. Dia tidak percaya dengan cinta, baginya itu semua hanya omong kosong belaka. Pada akhirnya, akan jatuh lagi, patah hati lagi. Dia menolak semua cinta yang datang padanya. Membuat...