"Cella, tolong ambilkan pesanan meja nomor 4. " seru Nael yang masih sibuk dengan antrian orang yang berdiri di depan meja kasir.
Cella yang tadi sibuk membersihkan salah satu meja, langsung berlari menuju dapur. Mengambil pesanan meja nomor 4. Dengan langkah cepat, Cella membawa nampan berisi dua kopi susu, pesanan meja nomor 4.
Sepulang sekolah, Nael memutuskan untuk pergi ke Kafe bersama Cella. Walau sudah ada karyawan yang bertugas di Kafe, tapi Nael meminta seluruh karyawannya untuk pulang lebih awal dan membiarkannya berdua dengan Cella.
Sejak pertama kali Nael dan Cella datang, Kafe sudah ramai pengunjung. Kafe milik Nael memang jarang sepi. Dalam bentuk desain bangunan, menu dan tempat yang strategis, memungkinan banyak orang yang tertarik dan menyukai kafe miliknya. Apalagi jika Nael datang untuk ikut bekerja, pelanggan akan jauh lebih banyak. Hanya untuk mengobrol dengan Nael atau datang hanya untuk melihat ketampanan Nael.
Sekarang sudah pukul lima sore. Nael memutuskan untuk menutup kafenya lebih awal. Dia lelah, begitu juga dengan Cella.
"Gue antar pulang, ya?" tanya Nael pada Cella yang kini sedang memutar papan bertulis open menjadi close.
Cella menggeleng, "Nggak, Kak Makasih. Gue mau ke toko aksesoris, mau beli kado."
"Ya udah, gue antar aja ke sana. Setelah itu gue antar lo pulang. Kebetulan gue bawa mobil." tawar Nael dan dibalas anggukan kepala oleh Cella.
***
Cella sedang berdiri di sudut ruangan suatu toko aksesoris dan pernak-pernik. Melihat jejeran gelang laki-laki yang indentik berwarna hitam.
Nael berdiri di samping Cella, mengikuti setiap langkah perempuan itu. Dari rak satu ke rak yang lain, bahkan sampai kembali lagi ke rak yang sama.
Tapi yang ada dipikiran Nael hanya satu. Kenapa Cella selalu berada di daerah aksesoris laki-laki? Apakah yang berulang tahun teman laki-lakinya? Siapa?
"Kak, bagus mana?" tanya Cella mengangkat dua gelang berwarna hitam dan biru tua.
Nael menunjuk gelang yang berwarna hitam, "Ini."
"Kak Nael suka warna hitam, ya?" tanya Cella, meletakan kedua gelang itu kembali pada tempatnya. Tiba-tiba dia tidak suka dengan dua pilihan gelangnya itu.
"Iya." Jawab Nael. Dibalas anggukan kepala oleh Cella lalu dia kembali lagi memutari rak demi rak.
Nael juga beberapa kali melihat gelang dan kalung yang menurutnya menarik. Sampai matanya berhenti pada papan dekat meja kasir betulis "Custom"
"Tunggu di sini, ya Cell. Gue ke sana dulu." Nael dengan segara menuju ke arah meja kasir itu setelah diberi anggukan kepala oleh Cella.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Nael kembali. Diam-diam, Nael menggeser rambut panjang kecoklatan milik Cella kedepan. Membuat Cella sedikit terkejut.
"Eh? Kenapa, Kak?" tanya Cella.
"Diam dulu." Jawab Nael.
Ternyata Nael memasangkan kalung pada leher Cella. Kalung yang baru saja dia pesan di kasir, desainnya sendiri. Kalung dengan tali hitam polos yang bergantung besi pipih sepanjang tiga sentimeter, bertulisan "Nathanael"
Lalu setelah memasangkan kalung pada Cella, dia memasangkan kalung pada dirinya sendiri, kalung yang sama dengan Cella. Hanya saja milik Nael bertulisan "Cella"
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMATIC. [THE END]#ODOC #ODOCTheWWG
Novela Juvenil"Aku benci...tidak, aku takut jatuh cinta. Lagi." Cella benci pacaran. Dia tidak percaya dengan cinta, baginya itu semua hanya omong kosong belaka. Pada akhirnya, akan jatuh lagi, patah hati lagi. Dia menolak semua cinta yang datang padanya. Membuat...