"Kak Leo!" seru Cella dari ujung lorong.
Leo yang berdiri di salah satu pintu ruang ICU yang merupakan ruangan mamanya melihat ke arah Cella dan tersenyum saat perempuan bertubuh mungil itu mulai berlari ke arahnya.
"Hai pendek." Sapa Leo dengan senyuman lebar di wajahnya.
Wajah Cella berubah cemberut lalu memukul lengan Leo pelan.
"Jahat, ih. Aku sudah jauh-jauh ke sini malah diledek. Udah aku pulang aja."Cella membalikan badannya, tapi dengan cepat Leo menariknya dan menangkap perempuan mungil itu dalam pelukannya.
Kaget? Iya. Cella sangat terkejut. Cella pikir Leo hanya akan menarik tangannya, tapi malah memeluknya. Cella bisa melihat bahwa Leo sedang dalam suasana hati yang baik walaupun wajahnya menunjukan rasa lelah.
"Jangan marah, dong." Leo melepas Cella dari pelukannya, mengelus perlahan rambut Cella.
"Kak Leo, sih!" Cella menghentakan kakinya sebal.
"Sssttt, jangan berisik. Ini rumah sakit." Minta Leo, yang langsung diberi anggukan oleh Cella.
"Udah yuk, makan. Kak Leo belum makan, kan? Di daerah sini ada restoran, kok. Kita ke sana aja." Ajak Cella, sambil menepuk-nepuk perutnya tanda kelaparan.
Leo tertawa kecil lalu mengangguk. Dia menarik tangan Cella, menggandengnya. Mereka berjalan bersama-sama menuju restoran yang di maksud Cella.
Restoran itu tidak jauh. Ada di seberang rumah sakit. Sebuah restoran cepat saji khusus makanan Indonesia.
Sesampai di sana, Leo dan Cella langsung memesan makanan. Cella memesan satu porsi nasi goreng dan jus alpukat. Leo memesan makanan dan minuman yang sama dengan Cella.
Sambil menunggu makanan datang, Cella terus bercerita tentang kejadian di sekolah tadi saat Leo tidak masuk. Tentang Emil yang terpeleset di gedung olahraga karena menumpahkan air minumnya sendiri, Rio yang salah menggandeng orang karena mengira orang itu adalah Emil sampai membuat orang asing itu menampar pipi Rio. Sampai makanan mereka tiba, mereka menikmati makanan yang sudah dipesan kira-kira sampai 15 menit, lalu melanjutkan bercerita.
"Mama sudah baikkan, Cell." Kata Leo lalu meminum jus alpukatnya.
"Oh ya? Bagus, lah." Cella nampak bersemangat mendengar kabar barusan.
Leo mengangguk, "Mama juga sudah sadar. Mama orang yang kuat, jadi penyembuhannya pasti cepat juga."
Kali ini Cella yang mengangguk bersemangat, "Iya betul. Mamanya Kak Leo memang kuat, angkat galon air aja bisa."
Leo tertawa, melihat tingkah polos Cella barusan. Bukan kuat itu yang dia maksud, tapi jawaban Cella cukup menghibur dirinya dan cukup memberi tenaga untuknya.
Cella tersenyum bahagia melihat Leo yang sudah bisa tertawa setelah melihat Leo yang hancur kemarin malam.
"Bagus, lah. Setidaknya Kak Leo sudah bisa tertawa. Aku nggak tega lihat Kak Leo nangis kayak kemarin." Batin Cella.
"Oh ya! Kak Leo tahu nggak?" Cella mengambil tasnya, lalu seakan sedang mengambil sesuatu.
"Apa?" tanya Leo.
Cella mengambil ponselnya, menunjukan layar ponselnya pada Leo.
"Tabungan aku sudah cukup buat beli laptop baru, dong! Senangnya."Leo melihat list tabungan Cella selama tiga bulan. Ada beberapa tulisan yang menerangkan uang saku Cella yang dia sisihkan selama tiga bulan. Tapi yang menjadi pusat perhatian adalah banyaknya gaji yang Cella terima dari bekerja di Kafe milik Nael.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMATIC. [THE END]#ODOC #ODOCTheWWG
Teen Fiction"Aku benci...tidak, aku takut jatuh cinta. Lagi." Cella benci pacaran. Dia tidak percaya dengan cinta, baginya itu semua hanya omong kosong belaka. Pada akhirnya, akan jatuh lagi, patah hati lagi. Dia menolak semua cinta yang datang padanya. Membuat...