Hari libur kali ini sedikit berbeda. Kedua orang tua Cella pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan. Mama Cella harus pergi ke luar kota, mengurus butiknya di sana dan tentu saja papa Cella ikut menemani.
Tapi tenang, Cella tidak sendirian. Orang tua Cella mengutus Leo untuk menjaga Cella selama mereka pergi. Beruntung orang tua Cella hanya pergi selama sehari.
Di ruang tamu, Leo mengajari Cella mengerjakan PR matematikanya. Beberapa kali Cella mengeluh karena PR matematikanya terlalu sulit atau cara yang digunakan terlalu rumit. Tapi Leo tetap sabar mengajari Cella.
"Dihitung dulu tinggi baloknya, Cell." Leo menunjukan soal matematika yang salah dikerjakan oleh Cella.
Cella mendengus kesal, "Sulit, Kak. Capek gue."
"Gampang ini. Hitung dulu pelan-pelan. Nanti juga ketemu jawabannya." Leo memberikan buku PR matematika pada Cella, meminta untuk mengerjakannya lagi.
"Dari tadi gue juga sudah pelan-pelan hitungnya. Soalnya aja yang nggak jelas." Keluh Cella lagi, mengambil ponselnya, menjawab pesan-pesan yang masuk.
"Ayo, Cell. Kerjakan tugasmu. Janga main ponsel terus." minta Leo.
Cella meletakan ponselnya di atas meja yang ada di ruang tamu itu. Tempat dia mengerjakan PR. Dengan malas, diambilnya buku matematika miliknya dan mulai kembali mengerjakan.
Suara klakson sepeda motor mengalihkan perhatian Cella dan Leo. Dengan segera, Cella pergi ke teras rumahnya melihat siapa yang datang.
Sekitar lima menit kemudian, Cella kembali. Tapi tak sendirian, ada Nael yang mengikutinya dari belakang.
Leo yang dari tadi asik dengan ponselnya sambil menunggu Cella, kaget sekaligus kesal melihat kedatangan Nael yang tiba-tiba.
"Kamu, kok biarin laki-laki masuk ke rumah mu, sih?" tanya Leo pada Cella.
"Kak Leo juga laki-laki yang aku biarin masuk rumahku!" jawab Cella dengan cepat. Lalu memberi kode pada Nael untuk duduk di sofa yang sama dengan Leo.
"Siapa yang suruh lo duduk sini?" tanya Leo dingin, melihat Nael yang duduk di sebelahnya.
"Cella, kan?" Nael menunjuk Cella, lalu tertawa kecil. Senang karena membuat Leo tidak bisa menjawab perkataannya.
Leo hanya terdiam, kemudian pandangannya kembali fokus pada layar ponselnya.
Cella kini sibuk merapikan buku-bukunya. Naik ke lantai dua untuk mengembalikan bukunya di kamar.
"Nanti aja, nyontek PR Emil." Cella berbicara sendiri di kamarnya, sambil menata buku-buku yang tadi dia ambil, kembali ke rak buku.
Saat sedang menuruni tangga, Cella sudah bisa mendengar pedebatan dari Leo dan Nael. Padahal jarak dari tangga ke ruang tamu lumayan jauh. Tapi Cella sudah bisa mendengarnya, jelas.
"Mereka sudah mirip kucing sama tikus." Batin Cella, mempercepat langkahnya menuju ruang tamu.
Benar, Leo dan Nael sedang berdebat hebat. Bahkan suara hujan di luar hampir kalah dengan suara mereka berdua.
"Mending lo pulang, deh." Leo menunjuk ke arah pintu keluar.
"Lo yang punya rumah? Nggak, kan? Apa hak lo ngatur gue?" balas Nael.
"Gue yang lebih dulu sampai sini," Leo membuka pintu, "silahkan." Leo seakan membukakan pintu untuk Nael agar cepat pergi.
"Lo bukan yang punya rumah mending tutup mulut aja. Cella yang minta gue masuk, lo nggak ada hak ngusir gue."
"Gue juga punya hak di rumah ini."
"Lo siapa? Bapaknya Cella?"
"Orang tua Cella sudah kenal dan percaya sama gue, mau apa lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMATIC. [THE END]#ODOC #ODOCTheWWG
Teen Fiction"Aku benci...tidak, aku takut jatuh cinta. Lagi." Cella benci pacaran. Dia tidak percaya dengan cinta, baginya itu semua hanya omong kosong belaka. Pada akhirnya, akan jatuh lagi, patah hati lagi. Dia menolak semua cinta yang datang padanya. Membuat...