Cahaya matahari pagi masuk lewat sela-sela jendela kamar Cella, mengenai mata perempuan mungil itu yang asik dengan ponselnya menjawab pesan-pesan yang masuk kemarin malam saat dia tertidur.
Kebanyakan pesannya berasal dari nomor yang tidak dikenal dan semuanya laki-laki. Pesannya sama, mengajak Cella berkenalan, menanyakan kabarnya, apakah Cella sudah makan atau belum dan lain-lainnya. Entah siapa yang menyebarkan nomor teleponnya, padahal Cella tidak pernah menyebar nomornya sendiri pada orang yang tidak dia kenal. Dia hanya menyimpan nomor sahabat-sahabat dekatnya saja dan nomor ponsel keluarganya. Selebih itu tidak.
Cella menggosok-gosok matanya, melihat ke arah luar jendela yang sudah mulai memamerkan cahayanya. Beruntung sekolah Cella masuk pukul 7 pagi, jadi dia tidak terlalu terburu-buru, tidak seperti saat dia masih duduk dibangku SMP, yang memiliki jam masuk jauh lebih awal.
"Gue sudah bangun lebih dulu dari matahari itu." batin Cella, dia terbangun sekitar pukul 4 pagi dan tidak bisa tidur lagi. Sekarang pukul setengah enam pagi dan dia masih berada di tempat tidur kesayangannya.
Cella menghabiskan waktunya bermalas-malasan di atas tempat tidurnya sekitar lima menitan. Lalu bangkit berdiri menuju kamar mandi untuk bersiap-siap ke sekolah.
Sekitar jam enam pagi, Cella sudah siap dengan seragam dan rambut yang berurai lurus. Cella tidak terlalu senang menguncir atau menata rambutnya dengan berbagai macam gaya, dia hanya suka membiarkan rambutnya terurai begitu saja.
Di dapur, mama Cella sudah menyiapkan sarapan di meja makan. Untuk sarapan, Cella tidak terlalu suka makan sesuatu yang berat. Dia tidak makan nasi di pagi hari. Hanya roti isi selai cokelat atau hanya makan salad buah. Siang hari, Cella makan sesuatu yang berat. Seperti nasi, daging dan lain-lainnya. Malamnya, dia hanya makan buah, atau minum jus buah saja. Hanya sesekali Cella makanan makanan berat saat malam, kalau tidak ada yang memasak untuknya atau sedang tidak ada makanan, Cella lebih memilih makan buah-buahan saja. Contohnya seperti saat Leo masakan nasi goreng untuknya. Tidak, Cella tidak sedang diet. Memang pola makannya seperti itu, bahkan hampir seluruh keluarga Cella seperti itu.
Cella duduk di meja makan sambil menikmati roti isi selai cokelat miliknya. Tangan kirinya asik memainkan ponsel, menjawab semua pesan yang masuk, atau memeriksa sosial media miliknya.
"Papa udah berangkat?" tanya Cella pada mamanya yang sibuk mencuci piring di dapur.
"Iya, kamu berangkat bareng sama Leo, ya? Mama sudah telpon Leo." jawab mama Cella.
"Cella berangkat sama Emil aja, lagi males sama Kak Leo." Cella melangkah menuju dapur, mencuci tangannya.
"Kenapa? Lagi marahan?" Tanya mama Cella sambil terus mencuci piring.
"Nggak, lagi males aja. Kak Leo nyebelin sekarang. Masa aku pulang sama orang lain dia marah-marah? Nggak jelas banget." Keluh Cella lalu meneguk air putih yang baru saja dia ambil dari dalam kulkas.
"Dia khawatir sama kamu. Dia nggak mau kamu celaka. Kamu anak perempuan, kok nggak peka, sih?" Mama Cella mengeringkan tangannya dengan handuk kecil setelah selesai mencuci piring.
"Kok mama jadi bela Kak Leo, sih? Anak mama siapa, yang dibela siapa?" Keluh Cella lagi. Melangkah meninggalkan dapur menuju meja makan untuk mengambil tas sekolah dan ponselnya yang sengaja dia tinggalkan di sana.
Suara klakson sepeda motor terdengar dari luar, "Itu Leo sudah datang, cepat berangkat."
Cella menggeleng, "Bukan. Itu bukan suara sepeda motor Kak Leo."
"Terus siapa? Jangan-jangan maling?" Tanya mamanya dengan raut muka khawatir.
"Ma, kalau maling mau masuk rumah orang pakai permisi, bukan maling namanya." Jawab Cella dengan ekspresi malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMATIC. [THE END]#ODOC #ODOCTheWWG
Teen Fiction"Aku benci...tidak, aku takut jatuh cinta. Lagi." Cella benci pacaran. Dia tidak percaya dengan cinta, baginya itu semua hanya omong kosong belaka. Pada akhirnya, akan jatuh lagi, patah hati lagi. Dia menolak semua cinta yang datang padanya. Membuat...