Cahaya matahari menembus masuk lewat jendela. Membuka mata Cella dan Nael yang tertidur di sofa di depan perapian yang sudah tidak berapi lagi. Hanya tersisa asap.
Cella membuka matanya, menggosok-gosoknya beberapa kali.
Begitu juga dengan Nael."Pagi." Sapa Nael.
Cella masih dalam keadaan setengah sadar. Dia tertidur lagi untuk beberapa saat. Sedangkan Nael sudah bangkit berdiri, untuk menyiapkan sarapan.
Sekitar setengah jam berlalu, nyawa Cella benar-benar sudah terkumpul. Aroma teh hangat dan roti panggang buatan Nael membangunkan Cella.
"Sarapan, Cell?" tawar Nael yang sibuk menyiapkan roti panggang untuknya dan Cella.
Cella mengangguk lalu bangkit berdiri dari sofa menuju meja makan.
"Ini, minum teh dulu biar hangat. Roti panggang buat ganjal perut." Nael memberikan secangkir teh hangat dan piring berisi roti panggang pada Cella.
"Makasih, Kak." Jawab Cella mulai melahap sarapannya. Begitu juga Nael.
Cella menikmati sarapannya dengan damai sampai memori tentang apa yang dikatakan Nael kemarin malam terputar di otaknya.
Keadaan berubah menjadi canggung. Gerak-gerik Cella mulai berubah aneh. Dia meletakan sisa pinggiran roti panggang kembali ke piring, karena memang dia tidak menyukainya. Lalu meminum teh hangat yang tadi sudah disediakan oleh Nael.
"Cella." Panggil Nael tiba-tiba membuat Cella kaget dan hampir tersedak tehnya sendiri.
Cella terbatuk-batuk untuk beberapa saat. Nael dengan segera memberikan air mineral kepada Cella dan sekotak tisu.
"Emang aku ngagetin,ya?" tanya Nael setelah melihat keadaan Cella mulai tidak batuk-batuk lagi.
Cella menggeleng dengan wajah dan mata yang merah dan berair.
"Ng-nggak, kok. Lagi nggak fokus aja."Nael mengangguk paham. Beberapa saat Cella kembali meminum teh hangatnya.
"Cella." Panggil Nael lagi.
Cella terbatuk-batuk lagi. Nael kembali memberikan air mineral dan tisu pada Cella.
"Memang aku seram, ya?" tanya Nael dengan tawa kecil.
Cella cepat-cepat menggeleng, lalu menimun air mineral yang diberikan Nael tadi.
"Kamu kenapa? Setiap aku panggil kaget terus." tanya Nael.
Cella menggeleng, "Nggak apa, kok. Lagi nggak fokus aja."
Nael tertawa kecil, "Sekarang sudah baikan?"
Cella menganggukkan kepalanya, "Iya."
"Kalau gitu aku mau bicara soal yang kemarin." Kata Nael.
Tiba-tiba suara benturan keras terdengar. Lutut Cella secara tiba-tiba terbentur pada bagian bawah meja karena kaget.
"Kamu nggak apa?" tanya Nael khawatir.
Cella menggeleng, "Nggak apa."
Nael tertawa. Sikap Cella pagi ini nampak aneh, tapi cukup menghibur.
"Soal... Kemarin. Aku bilang sesuatu ke kamu." Nael menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal, dia nampak malu-malu.
Detak jantung Cella mulai bertambah cepat. Ini situasi yang Cella benci.
"Ke-kenapa, Kak?" tanya Cella pura-pura tidak mengerti keadaan.Nael menggeleng lalu tersenyum, "Nggak apa. Kamu habiskan aja sarapanmu, setelah ini kita harus pulang."
Cella menangguk, lalu kembali meminum teh hangatnya sampai habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMATIC. [THE END]#ODOC #ODOCTheWWG
Teen Fiction"Aku benci...tidak, aku takut jatuh cinta. Lagi." Cella benci pacaran. Dia tidak percaya dengan cinta, baginya itu semua hanya omong kosong belaka. Pada akhirnya, akan jatuh lagi, patah hati lagi. Dia menolak semua cinta yang datang padanya. Membuat...