Chapter 8
Matahari bersinar tanpa terhalang awan pagi ini. Biru langit melatarbelakangi puncak-puncak menara beratap kerucut abu-abu. Sebuah menara tertinggi, selalu ramai dengan sekawanan gagak terbang hilir mudik setiap paginya. Manusia gagak yang menikmati awal harinya bersama sahabat-sahabat kecilnya, menjadi pemandangan yang selalu menarik dari balik ventilasi kecil di ruang tahanan tempat Guaryl mendekam.
Kali ini, Guaryl melihat seorang wanita setengah tua berpakaian ala bangsawan, berbincang dengan manusia gagak. Munusia berbulu burung hitam itu tak menghentikan aktivitasnya, terbang jarak pendek dan membiarkan dirinya dikejar oleh beberapa gagak-gagak kecil yang nakal. Ia seakan tak memperdulikan apa pun yang dibicarakan sang wanita paruh baya itu....
Di menara ...
"Yang mulia, tahanan kita sudah sepekan berada di istana ini. Ia masih berada di tahanan bawah tanah. Kapan anda bersedia menemuinya?" Dzo mencoba merayu Ravenska.
"Aku tak akan menemuinya, Dzo. Untuk apa?!" Ravenska terus terbang kesana-kemari kemari melesat mengelilingi menara yang hanya berdiameter sekitar 4 meter. Sedangkan Dzo yang dikelilingi sekawanan gagak kecil hanya mengikuti Ravenska dengan mata yang ia arahkan mengikuti arah terbang sang manusia gagak.
"Untuk ciuman cinta sejati, tentunya" Dzo menyeringai dengan senyum asimetris menggoda ratunya.
"Cinta sejatiku sudah banyak di sekitar sini, Dzo. Ada Kau, burung-burung cerdas ini, istana ini. Aku sudah nyaman dengan tubuh ini. Aku bukan lagi gadis remaja yang khawatir dengan penampilannya. Aku cukup nyaman dengan ini. Tetap berpakaian bersih, terlihat rapi. Itu sudah cukup. Dulu memang aku bersedih dengan kutukan ini. Tapi sekarang ..." Ravenska mendarat di depan Dzo berdiri.
"Realistis saja Dzo, dia pria beristri dengan keluarga bahagia, putri yang cantik, pintar dan lucu. Bagaimana mungkin bisa mencintai gagak buruk rupa seperti aku. Penolakannya sudah terprediksi. Itu akan menjadikan hidupku tak nyaman, Dzo. Aku sudah tahu aku buruk rupa, tapi tak perlu dipertegas dengan penolakannya. Terserah kau mau apakan dia. Jika perlu, lepaskan saja!" Ravenska tertawa kecil.
"Ah tapi, mungkin sebelum kau lepaskannya, bisa kau suruh dia merapikan mawar di pelataran belakang, Dzo. Aku sedang malas, saat ini." Ravenska mengepakkan sayap, bersamaaan dengan burung burung-burung kecil berlarian.
"Baik, tapi aku memintanya sekali saja untuk makan malam bersama?" Dzo meninggikan suaranya agar tetap terdengar Ravenska yang mulai terbang menjauh.
"Dia? Makan malam bersamamu, Dzo? Hahaha, silakan saja." Ravenska mendekat, melayang di atas Dzo.
"Yang Mulia... Tentu saja dia bersamamu. Kau tak perlu melakukan apapun. Hanya biarkan ia melihatmu, kalian berbincang, dan yaaa... Kau bisa bertanya keadaan rakyat, padanya. Ingat, rakyatmu sangat menantikan kehadiranmu, Yang Mulia. Rakyatmu yang kini dalam belenggu Madhappa." Suara Dzo masih setengah berteriak.
"AKU TAHU, DZO!" Ravenska mendarat kembali di tepi dinding menara. Ia terdiam. Pandangan kosong ditujukan Ravenska ke arah hutan pinus tempat telaga kutukan bersembunyi.
"Aku pun ingin membebaskan mereka dari jajahan dan keserakahan Madhappa. Kita sedang menunggu momentum. Dan aku tak tahu, hal itu seperti apa dan kapan. Lalu, sekarang kau malah menyuruhku mengurusi urusan tak penting itu. Sangat memalukan, Dzo. Memikirkannya saja aku... Agghh ciuman cinta sejati, menjijikkan...!" Ratu gagak itu terbang menjauh dari lawan bicaranya. Ia terganggu, dan Dzo sadar. Dzo mengendalikan emosinya agak tak terjadi pertengkaran yang lebih rumit di antara mereka.
"Bolehkan ia saya pindahkan ke ruang tidur di menara barat, ruang tidur tamu, Yang Mulia?" Dzo meminta pada Ravenska.
"Untuk apa? Dia tahanan, Dzo. Ingat itu!"
"Dia akan makan makam dengan Anda malam ini, esok akan Aku pulangkan dia ke telaga itu. Hanya satu malam, yang mulia. Agar ia bisa merapikan dirinya, memantaskan penampilannya untuk berbincang denganmu. Siapapun dia,..." menarik napas, "Dia, orang yang paling berpeluang untuk mendapat cinta sejatimu. Telaga dan hutan pinus, telah menyeleksinya untukmu. Itu tak terbantahkan." Dzo berbicara dengan tegas, seperti ketegasan seorang ibu kepada anaknya.
"Aaahhh Dzo. Mengapa kau bersikeras?". Ravenska terbang lagi memutari menara. Lalu kembali mendarat di depan Dzo. "Baiklah. Hanya hidangan pencuci mulut. Ingat, HANYA ITU!"
Dzo tersenyum.
"Baik, Yang Mulia. Akan saya ingat". Dzo merayakan kemenangan negosiasinya dengan Ravenska. Ia beranjak pergi.
Ravenska terbang meninggalkan Dzo, bersama gagak-gagak yang terbang di sekitar menara. Ia menghilang di balik hutan Mapple, di depan pelataran istana.
Sementara itu, di dalam tahanan, seorang pria sedang menikmati pemandangan manufer-manufer terbang sang gagak. Matanya sama sekali tak ingin melewatkan setiap momentum pergerakan sang gagak. Lagi, seberkas senyum menghias bibirnya.
***
Ravenska ngedate?
Ngedate sama manusia gagak gimana ya?
😄😄😄
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVENSKA, The Epic of Fairy Tale [TAMAT]
FantasyPutri tunggal Raja Adthera, Ravenska, menghilang. Dia, satu-satunya yang bisa diharapkan menjadi pembebas bagi rakyat Adthera. Ternyata Ravenska mendapat kutukan. Menjadi manusia bertubuh burung gagak, yang tersembunyi dalam hutan pinus terkutuk...