26. B. Akhir Sang Ratu

224 21 0
                                    

26. B. Akhir Sang Ratu

Seharian Ravenska tak menampakkan diri, di ruang makan, di ruang singgasana, maupun di ruang lainnya.  Baru pagi hari, Ratu gagak itu tampak menikmati paginya di menara tertinggi untuk memberi makan gagak-gagal sahabatnya.  Kali ini ia tak terbang berkejar-kejaran dengan gagak-gagak yang mengelilinginya, melainkan ia hanya melempat ikan-ikan kecil lalu kawanan burung hitam itu berebutan.  Bahkan beberapa kali mereka mengerubuti tangan mungil Ravenska. 

Usai semua persediaan ikan-ikan kecil itu habis, Ravenska berdiri di menatap sekawanan burung-burung itu terbang didekatnya.  Hinggap di bahu, kepala, dan bahunya.  Ravenska tertawa saat beberapa burung mematuk lembut jari-jarinya yang kosong. 

Setelah beberapa saat dalam canda tawa bersama teman-teman kecilnya. Ravenska terdiam. Angit berembus lembut di atas menara itu.  Rambut hitam sang ratu yang tergerai panjang, ia biarkan terbang menjauhi bahunya.   Lamunan kembali merayap dalam benaknya.  Ia meraba pelan ujung sayapnya yang terjangkau tangannya.  Ia merindukan terbang bersama burung-burung sahabatnya.   Ia pun ingin melihat keadaan istana dari atas, melintasi hutan pinus yang sepi, dan memantau telaga kutukan itu.  Sebentar melepaskan ikatan sayap mungkin tak apa, pikirnya.  Toh ia akan selamanya menjadi burung.  Tak ada salahnya sesaat menikmati menjadi burung, lalu esok berlatih kembali beraktifitas tanpa tanpa sayap.

Ravenska melepas ikatan pada sayapnya.  Seperti gerakan reflek, sayap itu segera membentang.  Lalu ia lipat kembali kedua sayap itu di punggungnya.  Dengan senyum, Ravenska mulai menaiki dinding menara seringgi dadanya.  Ia berdiri di atas dinding itu.  Bergeming sesaat, matanya terpejam.  Tangannya membentang, Ia menikmati semilir angin pagi menerpa telapak tangannya.  Hanya itu bagian tubuhnya yang tidak ditumbuhi bulu-bulu unggas.

Ravenska menjatuhkan diri dari dinding menara.  Ia meluncur ke bawah dengan cepat kecepatan tinggi.  Beberapa saat sebelum menyentuh tanah, ia kembangkan sayapnya selebar mungkin.  Lalu tubuhnya melayang naik kembali ke atas.  Ia melakukan manuver terbangnya dengan bahagia.  Gagak-gagak kecil mengejarnya.  Beberapa gagak tertinggal tak mampu mengejarnya.

Ravenska terbang berputar di atas istana.  Ia melihat Flyege sedang melatih Dzo.  Ratu Adthera itu tak memedulikan mereka, ia terus melesat menjauh dari istana.  Terbang tinggi keluar masuk awan, menembakkan snowden wind, dan meninggalkan gagak-gagak kecil di belakangnya. Makin lama ia melayang jauh di angkasa, makin tak terlihat.

Flyege yang melihat aksi Ravenska, hanya mampu mengerutkan dahi.  Sejatinya Putra Gimra itu khawatir akan apa yang dilakukan Ratu Adthera.  Akan tetapi, ia tak ingin menghentikan kebahagiaan Ravenska yang mungkin merindukan terbang untuk  melepas kebosanannya di dalam istana.

Flyege dan Dzo terus berlatih hingga menjelang matahari meninggi.  Pelayan Ravenska itu tersadar bahwa Ravenska belum juga kembali.  Saat bersamaan, Dzo menengadah ke langit.  Ia melihat kumpulan gagak kecil terbang ke arah tenggara.  Suara mereka mencicit sangat gaduh.  Dzo dan Flyege saling pandang.

"Dzo, perasaanku tak enak.  Bukankan gagak-gagak itu bergerak ke arah tenggara, mereka ke telaga kutukan, bukan?"

Wajah Dzo pucat.  Ia tampak tak bisa berkata-kata.  Namun, Flyege mengerti arti tatapannya.

"Tenang, Dzo. Aku akan ke telaga untuk memeriksa keadaan.  Latihanmu sudah cukup.  Lakukan apa yang perlu kau lakukan.  Jangan lepaskan tongkat ini dari dirimu, Dzo." Flyege meyakinkan Dzo.  "Aku akan bersiap, bisa kau sediakan kuda untukku, Dzo?"

Dzo mengangguk, matanya mulai menampung sebening air di kelopak bawah matanya.  Mereka pun berpisah.  Flyege bersiap untuk perjalanannya, Dzo mempersiapkan kudanya.

Mereka bertemu lagi di gerbang istana.  Flyege tampak siap dengan pakaian zirahnya. Sejatinya itu pakaian Prajirit Kwahdi yang terlarang ia kenakan. Namun, ia hanya melepas lambang kwahdi dan Adthera yang tersemat di pakaiannya.  Dzo tak ingin mengomentari soal pakaian yang dikenakan Flyege.  Baginya Flyege harus segera berangkat menyelamatlan Ravenska.  Pikiranya diselimuti kekhawaran yang amat sangat.

"Dzo, jika aku atau Ravenska tak kembali dalam beberapa saat, bisa jadi perang dimulai lebih cepat.  Persiapkan dirimu, Dzo.  Kau kuizinkan berangkat ke telaga.  Bersiaga dan berhati-hatilah." Flyege berbicara di atas kuda yang telah disiapkan Dzo. Ia pun segera memacu kudanya dengan cepat menuju hutan pinus dan telaga kutukan.

....

RAVENSKA, The Epic of Fairy Tale [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang