5. SAHABAT LAMA

300 40 2
                                    

Daun dan ranting bergoyang cepat menjatuhkan butiran embun, saat tersentuh seseorang yang lewat dengan tergesa-gesa di jalan setapak menuju sebuah rumah kecil di ujung terdalam kebun anggur Desa Kwahdi. Ketukan pintu, terdengar cukup keras, membangunkan sang penghuni rumah yang masih terlelap.

"Tuan Rweda, bukalah. Aku Guaryl. Ada yang harus kusampaikan!" Guaryl mengetuk pintu dengan cepat seperti sedang tergesa-gesa.

"Ya, ya... Aku datang" seorang pria dengan suara serak menghampiri pintu. Tak lama kemudian terdengar suara grendel pintu dibuka.

"Ahh Ff... Guaryl. Masuklah. Ada apa kau. Ini masih malam. Kenapa kau datang selarut ini.". Tuan Rweda masih mengerjap matanya dan berjalan sempoyongan menyambut kedatangan Guaryl.

"Tidak Tuan Rweda. Tutup pintunya." Guaryl langsung masuk ke arah dalam rumahnya, "Sudah terbit fajar. Lihatlah ...!" Guaryl membuka tirai jendela di samping memperlihatkan awan semburat fajar yang telah muncul.

"Dimana ruang dapurmu?" Guaryl tampak seperti orang panik dan gugup ia berjalan ke ruang dapur rumah itu. "Mana bubuk kopimu, gelas, buatkan aku air panas untuk kopi ini". Ia segera duduk di sebuah kursi usang di sebelah meja kayu bundar yang tak kalah usang, yang menjadi furniture utama ruang itu selain tungku untuk memasak. Ruangan dapur yang tak terlalu lebar itu tentulah berfungsi juga sebagai gudang, karena penuh barang-barang peralatan pertanian.

"Okeee. Ada apa Guaryl? Kau terlihat panik?" Tuan Rweda meletakkan ketel yang baru saja ia isi dengan air, di atas tungku. Lalu ia menyalakan apinya.

"Amarizc ... Diculik seekor gagak kemarin. Di telaga di hutan terlarang. Hari ini kami akan melakukan pertukaran!" Guaryl menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Tuan Rweda dengan sangat detil.
...

"Jadi, kau menduga gagak dan manusia berjubah itu orang-orang yang mungkin masih hidup di istana Adthera? Dan kau menganggap Ravenska masih hidup dan ia adalah gagak itu?" Tuan Rweda mengambil air yang telah mendidih dan menuangkan pada dua buah gelas yang telah berisi bubuk kopi yang terletak di atas meja makan, di depan Guaryl.

"Benar, Tuan Rweda. Kita harus lebih cepat untuk mempersiapkan pasukan. Cepat atau lambat, Madhappa akan menemukan istana itu"

"Bukankah kita sudah pernah ke sana, dan danau itu akan bergejolak. Begitu juga hutan pinus itu. Tak kan mudah pasukan masuk ke sana untuk menemukan istana Adthera" Tuan Rweda duduk di kursi di sebelah Guaryl.

"Aku, Tuan Rweda. Aku ...! jika hanya sendiri, aku bisa menyebrangi danau itu. Begitu juga dengan hutan pinus itu. Kau ingat, ketika kita ke sana waktu itu, kita berdua. Hutan dan danau bereaksi begitu kuat. Dan jika aku sendiri, hutan dan telaga itu menerimaku". Dengan antusias Guaryl menjelaskan. Tangannya bergerak ke sana kemari, memberi kesan hiperbola pada penjelasannya.

"Begitu? ..." Tuan Rweda menaikkan alis, berusaha mencerna semua penjelasan dan cerita Guaryl.

"Sore ini, aku akan bertukar dengan Amarizc. Aku akan melihat keadaan di sana, tanpa Nhaxa mengerti apa yang aku lakukan." Tiba-tiba Guaryl menghentikan kalimatnya. Ia memandang kosong pada cangkir kopinya yang asapnya sudah hampir hilang. "Nhaxaku, dia begitu mencintai Madhappa." Lalu hening sesaat terjadi di antara percakapan mereka sebelum Guaryl kembali pada antusiasmenya untuk berbicara.

"Aku rasa waktu kita akan dekat. Setelah kepergianku, mungkin Nhaxa akan melapor pada Madhappa. Madhappa yang begitu berambisi untuk menemukan istana Adthera, pasti akan mengerahkan pasukan ke arah hutan pinus. Aku tahu, mungkin hutan pinus tak kan menerima pasukan itu masuk, namun jika jumlah mereka banyak? Dan aku tak tahu kekuatan di dalam hutan itu. Bagaimana menurutmu?" Guaryl menolehkan pandangannya pada Tuan Rweda.

"Kesempatan yang bagus. Saat pasukan menuju hutan pinus, itulah momentum yang kita tunggu. Kau tetaplah menunggu di dalam. Lakukan semampumu untuk menahan pasukan masuk. Aku rasa hutan itu cukup pekat dan 'galak' juga untuk orang asing." Tuan Rweda menyeringai. "Kau diuntungkan dengan itu. Kami akan memberontak dengan diam, dimulai dari pelepasan sandera, kemudian pekerja tambang, lalu akan menuju benteng untuk mengambil alih. Semua akan dilakukan dalam diam saat pasukan sibuk menyerang hutan pinus. Lalu pasukan dari tambang dan penaklukan benteng yang sudah bersatu, kami akan berangkat menuju hutan terlarang. Aku akan kirimkan tanda dengan beberapa burung peliharaanku. Mungkin gagak, elang, atau apa saja yang memungkinkan untuk di terbangkan. Agak sulit menerbangkan burung-burung ini. Pengawasan Madhappa begitu ketat. Dan kau tahu, beberapa pimpinan perang Madhappa memiliki sihir hitam. Kau tak bisa lama-lama di sini. Habiskan kopimu lalu pergilah ke kebunmu. Bekerja seperti biasa pagi ini. Aku akan mengatur semua dengan sangat detil. Kita harus bisa mengembalikan Adthera secepatnya". Tuan Rweda bangkit dari kursinya.

"Tapi sementara aku pergi, kau bisa membantu Nhaxa memanen anggur. Kau tahu, kita harus memanen dalam jumlah yang pas. Aku tak mau Nhaxa terkena masalah karena panen kami kurang."

"Serahkan hal itu padaku. Pergilah, lindungi Ravenska dan istana Adthera. Pastikan Nhaxa bisa melobi Madhappa agar mengeluarkan pasukan dari benteng. Agar penaklukan kami lebih mudah"

"Baik, aku permisi. Sampai bertemu kawan. Semoga berhasil.!" Guaryl menepuk bahu Tuan Rweda dan menatap matanya sangat dalam mengirimkan harapan dan semangat pada rekan rahasianya itu. "Pintaku padamu, Jangan kalah, Tuan Rweda, Kita bertemu dalam pertempuran di hutan, nanti."

"Guaryl..." Tuan Rweda membalas tepukan bahu Guaryl. Mengirimkan semangat yang sama dari tatapan matanya. "Berhati-hatilah!"

____

Jadi Guaryl sebenarnya orang Adthera?

Lalu bagaimana pertukarannta dengan Amarizc, sore ini?

Bintang, Boleh?😍

RAVENSKA, The Epic of Fairy Tale [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang