Chapter 23
Dzo terdiam di sudut ruang. Dengan tongkat sihirnya ia mengeser meja dan kursi sehingga ruang duel bisa terasa lebih luas.
Dzo melihat binar di mata Ravenska. Memang sejak terkurung di istana, sang ratu tak memiliki teman untuk berduel. Ini pertama kali ia menjajal kemampuan kecepatan gerak tubuh setelah 10 tahun lamanya berlatih sendiri.
Dalam beberapa serangan Ravenska, Flyege tampak terdesak. Namun, serangan itu meleset. Pria dalam balutan pakaian petani desa itu, tetap lihai bergerak. Ia seperti dapat membaca pikiran Ravenska. Kecepatannya pun diluar dugaan. Sudah tiga serangan Ravenska gagal. Kedudukan tetap sama, satu untuk Ravenska.
Kini mereka saling berhadapan dengan kuda-kuda. Flyege tampak begitu tenang, namun Ravenska tampak gusar akan kegagalannya berulang kali. Ratu gagak itu mempersiapkan diri, mengatur napas, lalu kembali ia memulai serangan pada Flyege. Flyege terkecoh, ia tersimpuh karena pukulan tongkat Ravenska berhasil mematikan langkahnya. Secepat kilat, tongkat itu kembali bergerak mengarah pada leher Flyege. Pria itu diam tak berkutik.
"Dua!"
Binar mata Ravenska makin menyala.Ravenska merasa di atas angin. Mereka kembali bersiap dalam kuda-kuda. Tak butuh waktu lama untuk serangan ke tiga. Namun, serangan itu meleset. Berganti dengan serangan balik dari Flyege. Gerakannya cepat. Ia mampu melipat sayap Ravenska, dan mengunci kedua tangan ratu gagak itu dari belakang dengan tombaknya sendiri. Sedang ujung tongkatnya ia sentuhkan pada pipi Ravenska.
"Satu - dua"
Flyege tak tersenyum. Ia menatap Ravenska penuh konsentrasi dan begitu mengintinidasi. Ravenska tampak gusar."Tetaplah tenang dan fokus untuk mengalahkan lawan. Jauhkan perasaan apa pun dari dalam dirimu. Gelisahmu mengurangi daya dalam seranganmu. Itu membuat seranganmu tidak akurat." Flyege mengoreksi.
"Tak perlu berkhutbah!". Ravenska makin kesal, tak terima.
"Boleh aku menyerang lebih dulu?" pinta Flyege basa basi.
"Aku tak pernah takut," tegas Ravenska.
Flyege berdiri dengan kuda-kuda. Seluruh gerakannya tampak kokoh. Ia memulai serangan berlari cepat ke arah Ravenska. Kali ini Ravenska terkecoh. Dikira ia akan menyerang bagian depan, ternyata pria itu melompat dan menyerang Ravenska dari belakang. Tenaga penuh Ravenska untuk menangkis serangannya terbuang percuma pada ruang kosong. Hingga dorongan pelan dari Flyege membuatnya jatuh tersungkur. Flyege langsung mengunci menempelkan ujung tombaknya pada punggung Ravenska saat ia sedang berusaha bangkit.
"Dua - dua."
Ravenska bangkit dengan bantuan sayapnya ia terbang rendah lalu langsung mendarat. Ia mempersiapkan kuda-kuda dalam konsentrasi penuh. Diam-diam Ia mencoba mengikuti arahan Flyege yang baru disampaikannya tadi.
Semasa sekolah di Kwahdi, Ravenska memang murid yang patuh dan cerdas, sehingga kecepatan ia memahami arahan Father Gimra, membuatnya menjadi salah satu murid perempuan yang dibanggakan pimpinan sekolah itu.
Flyege dan Ravenska bergerak menyerang secara bersamaan. Kali ini hentakan tongkat terdengar berkali-kali dalam ritme yang cepat. Serangan Ravenska mampu ditepis Flyege. Begitu pun sebaliknya. Ravenska nampak belajar dari semua gerakan Flyege, hingga kali ini lawan tanding sang gagak sedikit kewalahan.
"Keluarkan semua kemampuanmu! Jika aku menang, kau akan jadi muridku." Flyege berusaha mengganggu konsentrasi Ravenska.
"Aku murid Father Gimra."
"Aku putra Gimra."
Serangan serentak berikutnya, Ravenska berhasil menyentuh sedikit bagian lengan Flyege
Namun, itu tak berpengruh banyak. Kemudian, serangan berikutnya dahi Flyege sedikit tersayat paruh Ravenska.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVENSKA, The Epic of Fairy Tale [TAMAT]
FantasyPutri tunggal Raja Adthera, Ravenska, menghilang. Dia, satu-satunya yang bisa diharapkan menjadi pembebas bagi rakyat Adthera. Ternyata Ravenska mendapat kutukan. Menjadi manusia bertubuh burung gagak, yang tersembunyi dalam hutan pinus terkutuk...