Chapter 17
Sore itu, Amarizc berdiam diri di depan pintu. Sambil ditemani seorang pengasuh, Ia telah mengenakan pakaian yang cantik, seperti sore-sore kemarin. Ia mengatakan pada ibunya, bahwa ingin terlihat cantik jika ayah pulang. Nhaxa hanya memendam kesedihan yang ia hiasi dengan senyuman di depan putrinya. Hatinya merintih, dalam kebingungan mengharapkan sang suami segera kembali.
"Ibuuuuu...." Amarizc berlari ke luar pagar menyambut ibu. Hari ini Nhaxa tak sendiri, ia bersama Rweda, kerabat dan pembantu khusus Guaryl di kebun anggur yang mereka kelola.
"Mengapa ibu bersama kakek Rweda, mengapa bukan ayah?" Tanya Amarizc saat sang ibu sudah berada di dekatnya. Rweda dipanggil kakek oleh Amarizc karena usianya yang memang tak lagi muda, dan ia bagaikan ayah bagi Guaryl dan Nhaxa.
"Beri hormat pada kakekmu, Amarizc. Ibu katakan ayahmu sedang dalam tugas. Jangan tanyakan itu lagi".
Amarizc terdiam. Rweda menggendong gadis itu untuk menghiburnya atas teguran sang ibu.
"Jika sudah selesai urusannya ia pasti segera pulang. Besok paman akan memanen anggur, kau mau ikut?"
"Mau, Kakek. Boleh aku membawanya pulang sedikit, untuk kubuatkan jus anggur jika ayah datang nanti."
"Tentu, Gadis manis."
Amarizc kegirangan, Rweda menurunkannya dari gendongan. Gadis kecil itu segera berlari masuk ke rumahnya. Ia mengambil sebuah gambar yang baru ia buat dari kamarnya. Gambar sebuah bangunan istana dan seekor burung dengan banyak bunga.
"Kakek, lihat gambarku ini. Aku menggambar sebuah istana gagak." Amarizc keluar kamar sambil berlari kecil menemui Rweda yang masih berada di pelataran rumah. Beberapa peralatan yang sedang dipersiapkan sang Kakek untuk panen anggur besok, segera dilepaskannya. Ia terkesima dengan ucapan amarizc.
Demikian juga Nhaxa yang mendengarnya dari dalam rumah, sedang berbincang dengan sang pengasuh, segera terjaga dengan apa yang diucapkan Amarizc. Ia pun segera keluar menemui Amarizc dan Rweda.
"Istana yang bagus. Hebat sekali khayalanmu, gadis kecil." Rweda mengecohkan Amarizc. Namun, Nhaxa terlihat antusias. Ia mendekati Amarizc dan memperhatikan gambar itu.
"Kau pernah melihat istana ini, Sayang?"
"Iya, Bu. Istana yang cantik, dengan mawar putih di sekelilingnya. Ini istana seperti mimpiku, Bu. Gagak yang membawaku terbang saat terbawa air danau. Dalam mimpiku, ia menolongku, menyayangiku, dan memberiku pakaian dan tempat tidur yang indah. Ia gagak yang sangat baik. Ia anggun seperti putri, hanya saja wajahnya berbulu dan berparuh seperti gagak."
"Ada siapa saja di sana? Adakan pasukan perang? Atau prajurit atau ksatria?" tanya Nhaxa.
"Mmmm, sepertinya tak ada Bu. Hanya putri gagak yang anggun dan seorang pembantunya." jawab Amarizc.
"Ya, mimpimu memang indah. Kau beruntung mendapatkan mimpi seperti itu. Sekarang masuklah, ibu perlu bicara dengan kakekmu." Nhaxa meminta putrinya masuk, direaksikan Amarizc dengan wajah bersungut.
"Kenapa, Bu. Aku masih ingin menceritakan mimpiku ketika tertidur di telaga pada Paman Rweda."
Amarizc enggan masuk ke dalam rumah. Tapi sang kakek memberinya isyarat agar masuk ke rumah, dan ia mengikuti permintaan sang kakek.Sepeninggal putri Guaryl yg cantik itu ke dalam rumah, Nhaxa dan Rweda terlibat diskusi serius sambil berbisik.
"Kau bilang, padanya bahwa penculikan itu, ia sedang bermimpi?" tanya Rweda.
"Iya, aku tak mau ia mengalami trauma penculikan." jawab Nhaxa.
"Ya. Itu lebih baik." Rweda diam. Ia kembali menyiapkan peralatan untuk kegiatan panen esok hari.
"Paman Rweda, yang tadi disampaikan Amarizc, akan aku laporkan ke istana Madhappa. Pasti ia dibawa ke istana Adthera dan gagak itu adalah Putri Tunggal Raja Muayz, Ravenska. Aku kuatir ia akan melakukan sesuatu pada Guaryl. Bagaimana jika naluri gagaknya yang karnovora, memakan ayah Amarizc?" Nhaxa tampak khawatir.
"Tidak seperti itu, belum tentu, Nhaxa. Guaryl cerdik dan lihai. Tak kan mudah gagak itu memakannya.". Rweda kenenangkan.
"Tapi, Paman. Terkadang dia lemah." Nhaxa meragukan Guaryl suaminya.
"Dia suamimu. Kau harus percaya padanya. Ia pasti kembali dengan selamat." Rweda meyakinkan.
"Tapi aku akan tetap melaporkan pada Madhappa besok. Bersamaan dengan kita mengantarkan panen-panen ini. Kau ikut denganku menghadap, di Istana, Paman."
"Baik, aku ikut. Tapi aku tak akan masuk istana. Aku perlu mengambil beberapa pupuk di gudang pertanian Madhappa."
"Baik, aku tak keberatan. Gudang lusuh itu, aku enggan kesana. Kotor banyak tikus, betapa diabaikannya sektor pertanian di negeri ini."
"Besok setelah matahari tergelincir, kita berangkat bersama panen-panen ini. Sebaiknya jangan kau ceritakan soal ini pada siapapun selain kepada pembesar istana, atau langsung pada Raja. Agar tak timbul keresahan di masyarakat yang dapat mengancam keamanan Guaryl di dalam sana. Kita harus sangat hati-hati."
"Kau benar, Paman."
Nhaxa sangat antusias atas apa yang ia temukan tentang Adthera. Ia yakin Raja Madhappa akan menyambut informasi ini dengan bahagia. Dan ia berniat untuk meminta satu batalyon pasukan untuk menyelamatkan Guaryl suaminya.
Paman Rweda akhirnya berpamitan setelah mengumpulkan peralatan panen yang ia perlukan. Rweda memohon diri, tanpa berpamitan dengan Amarizc. Rweda mempercepat langkah. Ia harus mengirin pesan dengan merpati, sebelum matahari menghilang.
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVENSKA, The Epic of Fairy Tale [TAMAT]
FantasyPutri tunggal Raja Adthera, Ravenska, menghilang. Dia, satu-satunya yang bisa diharapkan menjadi pembebas bagi rakyat Adthera. Ternyata Ravenska mendapat kutukan. Menjadi manusia bertubuh burung gagak, yang tersembunyi dalam hutan pinus terkutuk...